Part 25 - Solusi

802 80 4
                                    

"Ayo, turun," titah pria itu.

Farah masih mematung diposisinya, pandangannya memperhatikan bangunan megah dihadapan mereka.

"Eh, Bang Fathur mau ngapain?" tanyanya yang sontak memundurkan tubuhnya kebelakang, melekat dikursi mobil. Ia dikejutkan dengan ulah pria itu.

"Mau bukain sabuk pengaman, orang kamunya diem aja dari tadi."

Pria itu bersikap seolah tanpa salah, padahal jarak wajahnya dengan Farah hanya beberapa centi.

"Farah bisa sendiri." Farah mengalihkan pandangannya, menunduk.

Bang Fathur kembali ke posisi normalnya, "Kirain kamu mau buat aku peka gitu, eh ternyata ngga. Akunya aja yang terlalu peka jadinya gitu, maaf ya." Pria itu tertawa salah tingkah.

"Gapapa, bang." Farah bersiap-siap untuk turun.

Keduanya turun dari mobil. Farah mengikuti langkah pria yang berjalan dihadapannya. Langkahnya terhenti didepan pintu besar itu.

"Ga ada orang ya di rumah?" Farah memonitor kedalam saat Bang Fathur sudah membuka pintunya.

"Bentar lagi bunda sama Tante Maya pulang kok. Galu lagi main futsal. Nanti pintunya dibuka aja, yaudah yuk, masuk."

Pria itu sepertinya paham dengan maksud Farah. Dia masuk lebih dulu kedalam, membuka lebar kedua daun pintu itu, mempersilahkan Farah masuk.

"Assalamu'alaikum," katanya saat masuk kedalam.

"Wa'alaikumussalam. Kamu duduk dulu ya, aku mau ganti baju bentar." Pria itu tersenyum lalu berlenggang menuju tangga.

Farah hanya mengangguk, memonitor sekelilingnya, ternyata tidak ada yang berubah, semuanya masih kelihatan sama disana. Farah mengeluarkan handphonenya, ia mulai menggeser-geser layar handphone ditangannya.

"Assalamu'alaikum!"

Pandangannya teralih ke ambang pintu, tampak Bunda Nida dan wanita dibelakangnya yang diduga adalah Tante Maya masuk ke dalam dengan banyak tentengan dikedua tangan mereka.

"Eh, kok ada Farah? Udah dari tadi?" Bunda Nida menghampirinya sembari tersenyum hangat.

"Wa'alaikumussalam. Farah belum lama kok, bun." Farah balas tersenyum.

Wanita itu meletakkan belanjaannya diatas meja, Farah bangkit dari duduknya, ia meraih tangan Bunda Nida lalu menciumnya. Bunda Nida balas memeluknya singkat.

"Ini yang waktu itu, kan?" Tante Maya menatap Farah lekat. Sepertinya dia ingat dimana pertama kali melihat Farah.

Farah beralih pada Tante Maya, mencium punggung tangannya, tersenyum manis. Ya, pertama kali mereka bertemu saat terjadi pertengkaran di rumah itu beberapa waktu lalu.

"Pacarnya Fathur, ya?"

Pertanyaan Tante Maya membuat Farah membulatkan matanya. Sementara Bunda Nida hanya tersenyum seperti biasa.

"Bu-bukan tante," katanya mencoba menjelaskan.

"Calon istri, tan!"

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now