Part 11 - Awal Cerita Baru

1K 113 2
                                    

'Terkadang kamu harus melepaskan demi mendapatkan ketenangan ataupun kebahagiaan dimasa mendatang.'

***

Farah mulai terusik dengan tangan yang menepuk pelan pipinya. Membuat pangeran dalam mimpinya menghilang, ia mengerjap-ngerjapkan matanya.

"5 menit lagi mi," katanya yang hendak memejamkan matanya kembali.

Ummi yang sejak tadi berusaha membangunkan putrinya itu mengerutkan dahi, "Hei, Farah, ummi ga lagi bangunin kamu untuk pergi sekolah!"

"Ayo cepat bangun, kita sudah sampai di pesantren!" sambung Ummi.

Farah yang mendengar kata 'pesantren' itu kini langsung membuka matanya lebar. Ternyata dikirim ke pesantren itu bukan bagian dari mimpinya.

Farah segera duduk masih dikursi mobil, memperhatikan parkiran pesantren yang cukup luas. Abi sibuk menurunkan barang-barangnya, sementara si pemilik barang tampak seolah tak berdosa.

"Mi, ini beneran? Farah tidur lagi ya, besok kalau udah waktunya pergi sekolah ummi bangunin aja." Farah kembali menidurkan tubuhnya di kursi mobil.

Ummi langsung menarik tangannya, membuat Farah mau tau mau harus kembali duduk.

"Kamu kira kamu bisa nepis mimpi ini gitu aja? Cuci muka sana, biar sadar kalau ini bukan mimpi!" Kata Ummi sedikit kesal. Pasalnya, dia sudah membangunkan Farah lebih dari sepuluh menit yang lalu.

Farah hanya diam, matanya tiba-tiba terasa perih mengingat bahwa ia tak akan bisa melihat wajah orang-orang terdekatnya sebentar lagi.

Kini gadis yang sejatinya tak bisa diam itu harus menutup mulutnya, mengikuti langkah kedua orang tuanya yang memasuki lingkungan pesantren.

Mata indah Farah kini memonitor sekeliling, kebanyakan perempuan disana memakai jilbab panjang hampir menutupi seluruh tubuhnya, walau tak semuanya begitu. Tak ia dapati satupun perempuan yang memakai jilbab persegi pendek sepertinya saat ini.

Rasanya penampilannya dengan perempuan-perempuan disana berbanding terbalik. Farah menunduk, memperhatikan gamis yang sudah lama tak dipakainya itu kini masih terlihat pas ditubuhnya yang tidak terlalu gemuk.

"Ummi!" Farah memanggil wanita yang berjalan di depannya.

Ummi dan abi menoleh kebelakang bersamaan, "Kenapa?" tanya Ummi.

"Farah kebelet pipis, kamar mandinya dimana?" tanya Farah.

Ummi memonitor sekeliling, "Itu disana kayaknya kamar mandinya, mau ummi temenin?" Ummi menawarkan.

"Ngga usah, mi. Farah sendiri aja."

"Eettt! Awas kalau kamu kabur, ya!" Abi memperingatkan.

Farah melongo, bahkan dia tidak kepikiran sampai kesana. Tapi baguslah abinya mengingatkan, bisa juga dicoba.

Farah langsung memutar badannya kemudian sedikit berlari menuju kamar mandi yang ummi tunjuk tadi.

Brukk!!

"Astaghfirullah!"

"Aduuhh! Kalau jalan pake mata dong, ga liat apa ada orang?!" Kata Farah kesal.

Pria itu mengangkat kepalanya menatap Farah yang sudah jingkrak-jingkrak menahan sesaknya.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang