Part 20 - Peduli

905 95 7
                                    

"Orang yang kuat bukan yang banyak mengalahkan orang dengan kekuatannya. Orang yang kuat hanyalah yang mampu menahan dirinya saat marah."

(HR. Al-Bukhari)

***

"Udah sana! Aku tau kamu kecewa samaku." Farah memalingkan wajahnya dari Abhi.

"Tapi saya tau, bukan kamu yang ambil uang itu." Abhi masih menatap Farah yang berjarak 30 cm disebelahnya.

"Tau darimana?" tanya Farah seolah meremehkan.

"Saya punya saksinya."

Farah menoleh pada Abhi, ia mengerutkan dahinya.

"Iya. Ilyana," kata Abhi.

"Ily?"

Abhi mengangguk.

"Ilyana bilang dia liat Haura buka lemari kamu tadi, tapi dia ga tau Haura ngapain. Mungkin Haura memanfaatkan ini saat Cut sedang sibuk dengan penampilan silatnya. Sesuai dugaan saya," jelas Abhi.

Farah tertawa kecil. "Aku juga udah tau ini ulah Haura."

Abhi mengernyit, menatap gadis yang masih bersikap tegak dengan tangan kanannya yang hormat kepada bendera sejak tadi.

"Terus kenapa kamu ga bilang?"

Farah menoleh pada Abhi, "Apa kita punya bukti?" Farah memalingkan wajahnya.

Abhi terdiam, dia berdecak kesal. Mengingat Haura pasti sudah mengancam Ily agar tidak memberitahu yang sebenarnya.

"Terus kamu mau apa sekarang?"

"Nunggu keajaiban dari Sang Pencipta!" Farah tertawa kecil.

Farah tau, sikap Haura berubah sejak mengetahui bahwa Farah dekat dengan Abhi. Gadis itu terbakar api cemburu, sehingga membuatnya bisa melakukan apa saja untuk membuat orang yang dituju menderita.

Farah juga tau benar jika semua ini perbuatan Haura. Rasanya ia ingin menjambak hijab Haura untuk membalas rasa malu yang sudah ditanggungnya untuk kesalahan yang tidak ia lakukan, tapi Farah teringat dengan suatu ayat.

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barang siapa memaafkan dan berbuat baik, pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim." (Q.S. Asy-Syura: 40)

"Abhi," panggil Farah.

Abhi yang sejak tadi memperhatikan sekeliling memastikan tidak ada yang melihatnya, kini pandangannya bertemu dengan tatapan Farah. Pria itu tak bersuara.

"Kenapa kamu peduli samaku?" Pertanyaan Farah membuat Abhi bungkam.

Abhi masih terdiam. Pria itu juga tidak tau kenapa bisa sepeduli itu pada Farah, hal yang belum pernah dia berikan pada wanita manapun.

"Perasaan kamu aja kali!" Kata Abhi yang berusaha bersikap tenang.

"Kalau kamu ga peduli samaku, terus sekarang ini kamu ngapain disini?" Farah tersenyum jahil.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now