Part 45 - Kabar

1.2K 96 17
                                    

'Jangan malu untuk berbuat baik, karena kebaikan sekecil apapun akan tetap ternilai dihadapan Sang Khalik.'

***

Mata indahnya memperhatikan suaminya yang berlalu dihadapannya dengan kemeja biru langit tengah memakai jam tangan hitam ditangan kirinya.

Langkahnya terhenti, pria itu menoleh kebelakang. Abhi tersenyum kemudian menghampiri Farah dan menjatuhkan tubuhnya tepat disebelah istrinya yang duduk di sofa kamar. Pandangan Farah masih terarah pada Abhi yang masih melempar senyuman tipis kearah Farah.

"Ada apa?" tanya Farah yang mulai merasa risih dengan tatapan suaminya.

Abhi masih tersenyum, "Kamu cantik," tuturnya.

Farah malah mengernyit bingung, "Masakan Farah tadi ga ada yang salah, kan? Kok kamunya jadi agak lain gini sih, Mas?" Ia tertawa kecil. Abhi terlihat sedikit bahagia saat ini.

"Loh emang salah kalau suami muji istrinya cantik?"

"Yaaa ngga sih..."

"Nah, yaudah." Abhi kemudian merangkul Farah kedalam pelukannya.

"Kamu baik-baik ya di rumah. Mas ga lama kok, bentaaaaaarrr aja," katanya yang kemudian mengecup kening Farah.

Farah menatapnya, "Bener ya ga lama..?" tanyanya mencari kepastian.

Abhi tersenyum, "InsyaaAllah, Sayang... Lagiankan Mas ga bisa jauh-jauh dari Farah," godanya.

Tangan Farah mencubit perutnya, "Iiii gombal!" Sedetik kemudian ia tertawa melihat ekspresi wajah suaminya.

Abhi mengusap perutnya, "Dh lama ga kena cubit Sayang nanti ungulah ni perutnya."

Farah menatapnya datar, "Ga lucu, Sayang..." Dengan usil tangannya mencubit pipi kiri Abhi kemudian ia bergegas keluar kamar, tak ingin mendapat balasan dari suaminya.

Terdengar suara Abhi melantunkan sholawat Nabi sambil menuruni anak tangga satu persatu. Dia kemudian berjalan kearah Farah yang sedang asik menonton televisi. Tangannya mengambil remot disebelah Farah kemudian mematikan televisinya.

Seketika Farah menatap suaminya yang masih berdiri dihadapannya, "Kok dimatiin sih, Mas? Kan Farah-nya lagi nonton..." Protesnya.

Abhi duduk disebelahnya, "Ikut Mas, yuk."

Farah menoleh padanya, "Katanya kamu mau ke rumah sakit sama Akbar, kenapa Farah-nya diajak juga?" tanyanya.

"Kan ke rumah sakitnya untuk kamu juga. Kalau ada kamu nanti bisa lebih jelas gimana baiknya, Sayang."

Farah menggeleng. "Kenapa ga mau?" tanya Abhi.

Farah tersenyum tipis, "Gini aja, kita bagi tugas. Kamu bicara sama dokter di rumah sakit gimana baiknya untuk kondisi Farah sekarang, biar Farah bicarain dan minta solusi yang terbaik sama Allah di rumah. Ya, Sayang?" Tangan kanannya mengusap pipi kiri Abhi.

Abhi memegang tangan kanan Farah kemudian menciumnya. Abhi mengangguk kemudian pamit untuk segera berangkat ke rumah sakit.

Tadi malam Akbar menelpon dan meminta Abhi agar datang ke salah satu rumah sakit di kota ini untuk bertemu dengan dokter terbaik yang diharap bisa menyelamatkan Farah dan bayi kembarnya.

Farah menghela nafas pelan setelah melambaikan tangan pada mobil yang dikendarai Abhi yang mulai menjauh dari pekarangan rumah. Ia menunduk, mengusap perutnya lembut, "Bismillah, apapun yang terjadi itu pasti sudah rencana Allah yang terbaik untuk kita, Sayang." Farah tersenyum tipis kemudian masuk kedalam rumah.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now