Part 31- Antara Bahagia dan Luka

899 95 9
                                    

'Kamu tidak akan menangis untuk seseorang jika kamu tidak mencintainya!!'

***

Five years later...

Setelah menyelesaikan S1 di Mesir dan menyandang gelar Lc, tiba saatnya untuk pulang ke tanah air. Melepas rindu dengan orang-orang tersayang. Kebetulan waktu itu Farah dan Abhi satu penerbangan, sementara Bang Putra langsung melanjutkan S2 disana.

Handphone yang ia letakkan diatas nakas berdering, ada panggilan masuk. Farah tak berfikir dua kali untuk mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum," katanya setelah menekan tombol hijau.

"Wa'alaikumussalam. Farah, hari ini mau pergi bareng?" tanya Cut yang saat ini sedang menelpon Farah.

"Loh, emang kamu lagi dimana? Udah pulang dari Aceh?" Farah balik bertanya.

"Udah dong, demi Ily. Sekarang aku lagi di rumah family, lumayan dekat sama rumah kamu. Kita pergi bareng aja ya?"

"Oh, oke. Aku siap-siap dulu, ya."

"Jangan lama-lama, inget, Ily minta kita datang lebih awal!" kata Cut mengingatkan.

"Aman! Aku tutup dulu telponnya ya, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Farah menutup telpon itu setelah Cut menjawab salamnya. Farah segera bersiap. Masih pukul 06:25 WIB, acara akan dimulai sekitar pukul sembilan atau sepuluh pagi ini, Farah harus sudah sampai disana sebelum pukul delapan, atau Ilyana akan menceramahinya.

Setelah selesai mandi, Farah mengenakan dress putih syar'i yang terkesan elegan pemberian Ilyana kemarin. Farah duduk didepan meja riasnya, memoleskan make up tipis ke wajahnya karena memang Farah tidak terlalu suka memakai make up. Setelah itu, lanjut mengenakan pasmina yang senada dengan warna pakaiannya.

Tak lupa Farah memasukkan barang-barang penting kedalam tas yang akan dibawanya, seperti handphone, kaca, dompet, parfum, dan yang lainnya. Setelah dirasa selesai, Farah segera memakai kaus kakinya. Dengan sigap gadis itu keluar kamar, menuju rak sepatu dan memilih sepatu dengan hak sedikit tinggi.

"Farah, itu temen kamu udah nunggu didepan." Ummi menghampiri Farah.

"Iya, mi." Farah masih sibuk memakai sepatunya.

"MaasyaaAllah, udah cocok jadi pengantin!" Perkataan ummi membuat Farah menoleh padanya.

"Semoga nanti ga salah boyong ya mempelai prianya." Ummi menggoda Farah.

"Ummi ini apaan, sih. Farah pergi dulu ya, mi. Assalamu'alaikum." Farah mencium punggung tangan umminya lalu bergegas menemui Cut yang sudah menunggu di halaman rumah Farah.

Farah membuka pintu depan mobil yang dikendarai Cut, "Udah, yuk buruan jalan nanti Ily merepet kalau kita telat!" kata Farah.

Bukannya menyalakan mesin mobil, Cut malah menatap Farah tanpa berkedip. Farah yang sadar akan hal itu tanpa perasaan memencet klakson mobil, membuat Cut terkaget.

"Kamu ngapain? Ayo jalan." Farah menatap Cut.

"Cantik banget..huhuhu... Pantes aja banyak yang iri, terus banyak yang ngantri juga!" Cut menyalakan mesin mobil, lalu mengendarainya keluar dari pekarangan rumah Farah.

"Hah? Ngomong apa sih, Cut?" tanya Farah yang tak paham, atau lebih tepatnya tak ingin paham.

Kebetulan gedung yang disewa Ily tak jauh dari rumah Farah, membuat mereka tak butuh waktu lama untuk sampai disana. Cut langsung memarkirkan mobilnya. Tampak parkiran belum ramai, hanya beberapa mobil milik keluarga terdekat saja yang sudah berada disana.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now