Part 32 - Mantan Ketua OSIM

1K 104 16
                                    

'Jika Allah menimpakan kepedihan atas pengharapanmu pada seseorang, itu menunjukkan bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap pada selain Dia.'

***

'Dimana salah Ilyana padaku?'
'Kenapa aku harus membencinya karna persoalan yang sebenarnya bukan salahnya?'
'Kenapa aku harus menyalahkan perasaan Ilyana pada Akbar? Aku tak bisa menyalahkan perjodohan mereka. Aku tak punya hak apapun terhadapnya, Akbar bukanlah milikku.'
'Ilyana maafkan aku, Ya Allah... Ampuni aku yang terlalu bergantung pada hamba-Mu.' Farah membatin.

Farah menangis diatas hamparan sajadah, menceritakan semua keluh kesahnya pada Sang Maha Kuasa. Malam ini Farah sengaja bangun lebih awal untuk berdoa pada yang membolak balikkan hati.

"Teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu. Aku berserah diri dan meletakkan harapanku sepenuhnya pada-Mu Ya Allah." Tak bisa lagi dibendungnya semua air mata itu, isakan tangisnya mulai terdengar.

"Ya Allah, ikhlaskan aku untuk melepaskannya, melepas semua kenangan bersamanya, melepas semua kebahagiaan yang telah dia berikan padaku. Lembutkan hatiku untuk memaafkan pengharapan yang pernah dia berikan padaku. Wahai Allah yang tiada tandingannya di dunia ini, kabulkanlah permohonanku, aamiin." Setelah berdoa, Farah bersujud, tangisannya benar-benar pecah disana.

Seketika terlintas dibenaknya tentang firman Allah SWT:

وَلَوْ اَنَّهُمْ رَضُوْا مَاۤ اٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ  وَرَسُوْلُهٗ ۙ  وَقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ سَيُؤْتِيْنَا اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ وَ رَسُوْلُهٗ ۙ  اِنَّاۤ اِلَى اللّٰهِ رٰغِبُوْنَ
walau annahum rodhuu maaa aataahumullohu wa rosuuluhuu wa qooluu hasbunallohu sayu'tiinallohu min fadhlihii wa rosuuluhuu innaaa ilallohi rooghibuun

"Dan sekiranya mereka benar-benar rida dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Allah dan Rasul-Nya, dan berkata Cukuplah Allah bagi kami, Allah dan Rasul-Nya akan memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya kami orang-orang yang berharap kepada Allah."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 59)

Mulai hari ini, Farah sepakat dengan dirinya untuk fokus pada pekerjaannya saja. Mahasiswa Indonesia yang sekolah di Al-Azhar Mesir, sebelum tamat rata-rata mereka sudah di booking menjadi pengajar di Indonesia. Seperti Farah yang mengajar di Pesantren Daarul Qur'an, pesantren terkenal dan terfavorit, gajinya saja sudah lebih dari cukup untuknya dan keluarganya.

Saat menunggu waktu Subuh, Farah mengulang-ulang hafalannya (murajaah). Alhamdulillah kini hafalannya sudah mutqin 30 Juz. Hingga azan Subuh berkumandang, gadis itu bergegas untuk sholat. Selesai sholat, seperti biasa Farah menghatamkan satu juz Al-Qur'an. Semua ia lakukan didalam kamarnya sendiri, semenjak pulang dari Mesir Farah tidur sendiri di kamar depan, sementara Nafsah dan Adhwa tidur berdua di kamar belakangan.

Matahari merangkak naik, jam menunjukkan pukul 07:15 WIB. Farah membuka jendela kamarnya, menghirup udara segar pagi ini, Minggu pagi yang cerah. Burung-burung berterbangan dari sarangnya untuk mencari makan. Farah berbalik, keluar kamar.

Farah pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Setelah selesai, gadis itu melesat ke kamar mandi. Tidak lama, kurang lebih 20 menit.

"Teh Farah!" Panggil seseorang dari balik pintu kamarnya.

"Ya!" jawab Farah. Ia sibuk menyisir rambutnya didepan cermin setelah selesai mandi.

"Boleh masuk?"

"Buka aja pintunya ga dikunci!"

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang