Part 43 - Sahabat Lama

1.1K 98 40
                                    

"Sejauh apapun jarak dan waktu, meski sempat putus komunikasi. Namun jika ia memang sahabatmu, ia akan tetap kembali padamu dan kau akan menerimanya seperti menemukan cerita baru dalam hidupmu."

***

"Gimana, Mas?" Farah masih menunggu jawaban dari Abhi.

Abhi berjalan ke depan cermin kamar, melepas peci dikepalanya kemudian meletakkannya dimeja rias.

"Kenapa kamu mau itu?" tanyanya dengan suara pelan, namun pria itu tidak menatapnya.

Farah mengutarakan maksud Haura kepada Abhi saat perjalanan pulang tadi. Namun pembicaraan itu masih belum selesai hingga sekarang. Abhi masih menolak niat itu mungkin hingga sekarang dia telah bosan mengatakan bahwa dia tak mau menikah lagi.

"Ntah kenapa Farah yakin sama Haura, Mas. Keliatannya dia udah lebih baik dari sebelumnya," kata Farah.

Abhi berbalik kemudian duduk di sofa kamar, tepat disebelah Farah, "Kamu yakin sama dia, tapi kenapa kamu ga yakin sama saya? Berapa kali harus saya bilang kalau saya ga mau menikah lagi," kata Abhi penuh ketegasan.

Abhi berdiri, membelakangi Farah, "Sudahlah, lupakan. Bersih-bersih dan bersiap sholat Ashar." Perintahnya. Kemudian dia berjalan keluar kamar.

Tak terasa butiran bening itu telah mendarat dipipi Farah, tangannya segera mengusapnya. Ada apa denganya? Kepalanya juga terasa pusing. Farah mengontrol napasnya berusaha tidak sedih lagi agar rasa pusing dikepalanya segera hilang.

Selepas sholat Ashar hingga sekarang di meja makan, Abhi belum ada berbicara lagi pada Farah. Rasanya Farah sangat takut jika dia benar-benar marah padanya. Namun jika Abhi tau yang sebenarnya akan hal yang waktu itu sempat ia tunda untuk memberitahunya, mungkin ia akan mau menikah dengan Haura.

"Mas?" Panggil Farah. Kedua matanya melihat Abhi yang sepertinya sudah bersiap-siap untuk tidur.

Dia berjalan kearah tempat tidur namun belum membaringkan tubuhnya, "Ada apa?" Abhi menoleh pada Farah yang duduk ditepi kasur bersebrangan dengannya.

"A-ada yang mau Farah bilang sama Mas," katanya ragu.

"Saya tau apa yang mau kamu bilang. Sebaiknya sekarang tidur saja, sudah malam," titah Abhi.

Abhi membaringkan tubuhnya, membelakangi Farah kemudian mematikan lampu. Farah masih memperhatikannya. Kenapa Abhi jadi begitu? Farah merasa Abhi begitu pasti karena permintaannya tentang Haura tadi, untuk itu Abhi marah. Namun bukan tentang Haura yang ingin ia katakan padanya malam ini. Ada hal yang ingin Farah beritahu pada suaminya, tentang dirinya. Tapi kenapa Abhi malah bersikap begitu padanya?

Jika saja Abhi mengetahui apa yang akan Farah katakan padanya mungkin Abhi akan lebih marah padanya, atau mungkin juga Abhi akan langsung menerima Haura sebagai istrinya.

Farah memejamkan matanya, lagi-lagi kepalanya terasa sangat pusing apa lagi kalau sudah menangis seperti itu. Farah berusaha menahan air mata yang terus jatuh. Ia menutup mulutnya agar tak bersuara, Farah tak ingin Abhi mendengar dan melihatnya seperti ini. Disimpannya kembali surat dari rumah sakit itu didalam laci dan Farah berusaha menenangkan dirinya kemudian ikut terlelap.

***

"Mas Farah pergi dulu ya?" Farah menghampiri suaminya diruang tamu. Abhi mematikan handphone ditangannya begitu melihat kedatangan Farah.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now