Part 28 - Surat Abhi

907 92 11
                                    

'Terkadang kamu harus melepaskan demi mendapatkan ketenangan ataupun kebahagiaan, pengorbanan itu dibutuhkan.'

***

"Hai!" Seorang pria seumuran mendatanginya dengan senyuman aneh.

"Wa'alaikumussalam!" jawab Farah ketus. Gadis itu kembali fokus dengan Al-Qur'an di tangannya.

"Eh, iya. Assalamu'alaikum." Pria itu menggaruk tengkuknya.

"Wa'alaikumussalam," jawab Farah lirih.

Pria itu duduk disebelahnya. Farah melirik orang disampingnya, ia sedikit menjauh dari pria itu. Murajaahnya sembari menunggu waktu Zuhur di teras masjid kini terganggu dengan kehadiran pria yang tak dikenalnya.

"Ayyu khidmah? Ada yang bisa dibantu?" Farah menutup mushafnya, melihat kearah pria itu.

Farah menatap pria itu dari atas ke bawah, penampilannya sama seperti santri-santri disana, dengan celana kepler hitam, baju koko putih dan peci hitam dikepalanya.

Pria itu berdecak, "Tolong, ngomongnya ga usah pake Bahasa Arab. Lagian ga ada ustadz dan ustadzah disini, jadi ga bakal kena tegur," pintanya.

Farah mengangguk, memperhatikan sekeliling. Para santri masih fokus dengan hafalannya, jarang ada yang mengobrol, karena jika ketahuan hukuman akan menanti, biasanya dihukum dengan hafalan tambahan.

"Nih," pria itu menyodorkan lipatan kertas pada Farah.

"Apa itu?"

"Ya kamu liat sendirilah kalau ini kertas."

Farah memutar bola matanya jengah, "Maksud aku itu surat, daftar belanjaan, struk belanja, atau apa?" Farah memperjelas pertanyaannya.

Pria itu terkekeh, "Pantas saja kamu jadi idola disini, ternyata kamu beneran unik, ya? Lain dari yang lain."

"Terserah kamu," jawab Farah cuek. Gadis itu kesal karena waktu murajaahnya terganggu dengan kehadiran pria itu.

Pria itu menghela nafas, "Ini surat," katanya.

"Surat apa?"

"Surat administrasi keuangan!"

"Hah?"

"Ya nggalah! Ini tu surat, surat cinta." Pria itu menaik turunkan alisnya.

"Dari siapa?" tanya Farah.

"Your future!"

"Udah nih ambil," sambung pria itu.

Farah tampak bingung dan canggung untuk menerima surat itu, tapi ia penasaran dengan isi didalamnya. Akhirnya, dengan sedikit keraguan Farah menerima sodoran kertas itu.

"Untuk aku? Ga salah orang kan nih?" tanyanya memastikan.

"InsyaaAllah ngga. Jangan dibaca sama orang lain ya itu suratnya," pinta pria itu.

Pria itu beranjak dari sana setelah memberikan surat itu.

"Eh tunggu!" Suara Farah menghentikan langkah pria itu.

Cinta di Sepertiga Malam Terakhir [END]Where stories live. Discover now