5. Taman Kota

1.7K 96 31
                                    

'Kenapa dengan kehadiran lo bisa ngerubah sikap gue? Gue tahu gue baru kenal sama lo, tapi entah dari mana rasa ini muncul tiba-tiba'
Verdian Rahmat

Dinda yang sudah menaiki motornya dengan berbagai barang belanjaan di atas motornya melihat sebuah keramaian di seberang jalan. Nampak sedang asyik dengan para pengguna jalan. Membawa beberapa kotak kardus lalu turun di jalanan saat lampu merah sudah terlihat. Ada apa?

"Itu rame-rame, ngapain? Apa ada nyari donasi?" tanya Dinda melirik jauh.

Dinda melirik isi dompetnya sebentar. Masih ada beberapa lembar uang di dalamnya. "Gue kesana aja kalik ya." Niatnya langsung melajukan motornya menuju para pemuda di jalanan itu.

"Nih mas, sedikit bantuan un,-" ucapnya terpotong, ia kaget setelah melihat bahwa dia adalah "eh, lo... lo Verdi kan?" ingatnya membuat Verdi hanya menatap datar tanpa ekspresi, tak menunjukkan sebuah senyuman lagi.

"Ketemu lagi deh gue sama lo. Eh ini." senyum Dinda langsung memasukkan uang donasinya dan meminggirkan motor untuk berbicara dengan Verdi.

"Gue ajak lo ngobrol, mau?" tanya Dinda berdiri di samping Verdi panas-panasan.

"Lo nggak lihat gue baru ada kerjaan?" dingin Verdi tak menatap keberadaan gadis itu.

"Kan gue cuma ajak doang, balas biasa aja bisa kan? Dasar, jutek!"

"Urusan sama lo?" ribut Verdi menandingi.

Gadis itu pun sontak menciut, tak mungkin ia beradu mulut di tengah padatnya jalan raya seperti ini. Kenapa juga mulutnya berkata seperti itu saat keadaannya seperti ini? Kenapa juga sih? Emang itu mulut harus di plaster.

Regal yang mendengar keributan disana akhirnya mendekat dan menanyakan perihal keributan. "Ada apa sih, gue yang dari sana bisa denger ucapan kalian?"

Dinda memandang Regal dan memasang muka melas, "gue cuma ajak dia buat ngobrol, eh dia malah bentak gue."

Verdi pun diam, pasrah dengan segala drama yang dibuat oleh gadis itu, mengada-ngada. Emang siapa dia?

"Siapa sih yang bentak lo? Gue cuma nolak." sinisnya lagi.

"Udah sana, Ver. Kayaknya dia mau ngobrol sama lo penting." serah Regal agar tidak jadi keributan di jalan.

"Ini belum selesai."

"Ada gue sama lainnya, kan?" kata itu membuat Verdi pasrah dan menaruh rasa kesal dengan gadis itu.

"Puas?" liriknya tajam mendapat cungir Dinda.

Kini mereka berada di sebuah taman yang nampak ramai karena hari masih pagi. Teman-temannya ada yang masih berada di jalanan, ada yang sudah membeli makanan untuk beristirahat sejenak, tetapi ingat, mereka bukanlah memakai uang hasil penggalangan dana itu. Melainkan sendiri.

Dinda merogoh ponselnya saat mendapati beberapa getaran di saku celananya. Dengan Verdi yang masih menatap gerak-gerik cewek ini. Setelah itu ia pergi meninggalkan Dinda sendirian disana beberapa waktu. Dinda membiarkan, tak khawatir jika pria itu pergi meninggalkannya lama.

Riska: Guys hari ini kita jadi ketemuan, kan?

Chae: Aduh, jadilah kapan lagi kita mau kumpul di luar.

Dinda: Sorry, gue gak jadi ikut ada urusan mendadak.

Riska: Kenapa? Pasti sama doi nih bocah.

Dinda: Aduh kepo banget, urusan gue penting.

Meyza: Anjir beneran sama doi.

Cowok yang semula pergi meninggalkannya tanpa pamit pun, akhirnya datang membawa 2 ice cream, ia menyodorkan 1 ice cream coklat dan terbitlah senyum di bibir Dinda.

VerDinda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang