47. Di Balik Misi Pertama

652 27 4
                                    

"Ra, lo dimana sih?" tanya Verdi yang masih celingukkan menatap kanan kiri. Tak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya orang yang ia cari.

"Ra!" panggilnya kian kesal, ia sudah lelah untuk berteriak memanggil nama itu hingga puluhan kali.

"Kalau lo gak nampakin diri lo sekarang, gue tinggalin lo di sini sendirian, biar lo ditemani sama pocong hutan dan suster hutan." kesalnya dengan nada yang terus ngos-ngosan. Ia berhenti sebentar, menetralkan deru nafas yang hampir melebihi batas normal.

Verdi terus-terusan melengo ke sekitar, hutan ini mempunyai banyak pohon yang menjulang cukup tinggi, namun tidak lebat seperti hutan biasa, dan kenapa ia masih tak melihat batang hidung orang itu? "Ra, capek gue cariin lo!"

"Lo dimana?"

"Gue nyerah, kalau lo masih ngumpet, gue tinggal nih sekarang!" pasrahnya lalu berniat kembali ke parkiran.

Namun seseorang berhasil menutup mata Verdi dari belakang, ia bisa menebak bahwa itu adalah Clara. Bisa dicium dari parfum vanilla yang melekat di indera pembaunya. Dan benar, dia adalah Clara.

"Lo kemana aja sih, Ra, gue cariin juga." dengusnya kesal lalu duduk di salah satu kursi yang berjejeran.

Clara tak bisa menahan tawanya, melihat ekspresi Verdi yang begitu kesal, berhasil membuat moodnya berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.

"Payah banget sih lo, Ver. Gitu aja gak bisa nemuin gue." ucap Clara sembari mengeluarkan dua botol minuman orange dari dalam tasnya lalu meminum bersamaan dengan Verdi.

"Lo itu ngumpet dimana? Gue cari di setiap balik pohon, lo gak ada. Apa jangan-jangan, lo punya ilmu buat berubah jadi makhluk transparan kayak di film-film?" tebak Verdi masih dengan wajah kesalnya.

Dinda semakin dibuat tawa, "Tebakan lo benar, Ver. Gak salah gue punya pacar penebak paling gokil kayak lo."

"Jadi benar, pacar gue ada ilmu kayak gitu? Astral banget. Aneh!" kata Verdi tertawa heran namun terlihat sedikit menyeringai.

"Gak lah, Ver. O-on banget sih, lo. Gue ini manusia biasa, mana mungkin bisa begituan." balas Clara menjambak rambut Verdi tiba-tiba, membuat Verdi berusaha untuk menghentikan aksi konyol itu.

"Tapi kan kekuatan lo ngalahin gue, Ra. Lo itu cewek tomboy yang pertama kali gue lihat." sanjung Verdi terlihat menghina, "Kalau dipikir nalar nih ya, o-on begini, lo tetap bakalan suka, 'kan, sama gue?" tambanya seraya menatap Clara lekat. Ia tertawa dengan menaik-turunkan alis tebal itu.

Clara pun hanya mengerdikkan bahu, acuh. "Gak tahu deh."

"Kok gitu?"

Gadis itu pun sontak berdiri dan berjalan mengelilingi tempat duduk Verdi, sambil memainkan botol minumnya. "Ya habis gimana? Gue gak mau punya pacar o-on kayak lo sih. Kalau gitu, bakalan gue sikat cepat nanti."

Verdi pun ikutan berdiri mengikuti Clara, "Gue itu pintar ya, gak o-on kayak lo. Dan kalau lo bilang gue o-on, kenapa juga mau jadian sama gue?" kata Verdi skakmat!

Clara pun hanya tersenyum kecil, tak bisa berucap apapun. "Oke yang sering juara kelas dan pintarnya ngalahin gue, gue terima kalah aja." jawaban itu membuat Verdi tertawa puas dan menyentil hidung gadis itu.

Mereka kembali duduk di kursi yang berbeda.

"Ver," panggil Clara membuat Verdi berdehem cepat, "kalau lo ulang tahun, lo mau minta apa dari gue?"

VerDinda [SELESAI]Where stories live. Discover now