57. Goresan Luka

503 31 3
                                    

"ANJING!!!" Otong mengumpat keras di balik semak yang tak jauh dari bangunan itu.

Mereka ternyata mengikuti Dinda dan mengetahui semuanya lewat alat penyadap milik papa Alex.

Tak sia-sia ia meminjam alat itu, tebakan mereka tentang kecurigaan Danis beneran terjadi. Apa yang mereka takutkan ternyata muncul hari ini.

"Itu bocah bener-bener keterlaluan, Lex!" sahut Regal tak terima. "Kita harus kasih dia pelajaran!"

"Lex, kalau lo nunggu nanti-nanti, Dinda bisa celaka." sambung Risky yang juga sudah siap dengan kepalan tangannya.

Alex dengan pengikat kepala biru pun mengangguk mengiakan setelah berpikir. Di antara semuanya, Alex lah yang paling mempersiapkan diri matang-matang.

Selain ia tangan kanan Verdi dan juga sahabat Verdi, ia juga menaruh dendam pada Danis karena dulu Chika—pacar Alex dilecehkan olehnya. Dendam terbesar bagi seorang Alex akan terbalas.

"Sebagian masuk, sebagian di luar."

"Gal, Tong, Ris, lo ikut gue ke dalam." Alex dan mereka pun segera mendekat ke arah bangunan itu, berjalan mengendap dan tak butuh waktu lama mereka menghadap Danis.

"DANIIS!!!" teriak mereka langsung membuat Danis kaget dan membawa Dinda ke dekapnya, lebih tepatnya ke kuncian tubuhnya.

"Lepasin Dinda, Dan!" teriak Alex dengan mata memerah marah, uratnya terlihat di sekujur lehernya, kepalan tangannya membuat buku jarinya memutih.

"Lo siapa nyuruh gue lepasin dia?"

"ANJING LO DAN!!" Alex pun mendekati Danis dengan langkah lebar dan amarah yang memuncak.

"Kalau lo berani ke sini, gue akan bunuh dia di depan kalian." potong Danis membuat Alex mundur langkah menggeram.

Melihat wajah Dinda yang semakin pucat tak berdaya, membuat gerombolan Alex ingin segera melepaskan dia, otaknya sudah kewalahan untuk berpikir ia kuranv persiapan untuk taktik semacam ini. Tak ada cara yang bisa mereka pikirkan.

Tiba-tiba seseorang berlarian menuju dalam ruangan ini dengan keringat di kain penutupnya. Mata mereka melihat kedatangan orang itu dan terkejut.

"Danis, lepasin Dinda gue mohon." pintanya di antara gerombolan Alex.

"Lo ngapain ikut masuk, Nggun? Gue udah bilang kan, lo di luar aja." ucap Otong penuh kekhawatiran. Anggun tak menggubris, ia menatap pria di depannya yang mendekap kasar seorang gadis yang penuh luka di pipinya. Tamparan dan cengkeramannya membekas memerah.

"Anggun, lo ngapain ke sini?"

"Lo nggak perlu tau gimana gue bisa ke sini dan apa tujuan gue. Yang jelas lepasin dia sekarang. Gue udah tau semuanya, Dan!"

"Ternyata gue salah nilai lo, Dan. Gue salah! Lo bener-bener licik, jahat, dan pembohong." maki Anggun di hadapan Danis tanpa celah. Kenyataan akan dibalas kenyataan.

"Nggun, ini nggak seperti yang lo kira."

"Nggak seperti apa? Gue denger obrolan lo sama Dinda, gue denger semua! Lo emang picik, bilang kalau gue itu orang satu-satunya yang bisa ngertiin lo. Tapi lo sendiri nggak bisa ngertiin perasaan gue, Dan. Perasaan seorang cewek!"

"Lo bohongin gue!" bentak Anggun semakin membuat Danis terdiam. Ia menurunkan pisaunya dari dekat Dinda dengan rasa berkecamuk tak jelas.

Sedang empat pria itu memberikan ruang untuk dua pasangan itu berucap. Tak ada sela-menyela, mereka juga ikutan diam tanpa berkomentar memperhatikan.

"Gue sayang sama lo Nggun, gue nggak bohong."

"Kalau lo sayang sama gue, lo jangan hancurin hidup Verdi. Dia sahabat gue." tekan Anggun dengan panas yang semakin menjalar di tubuhnya. Ia menangis dan Danis melihatnya. Semoga Danis menerima pintanya, melepaskan Dinda dan Verdi dari daftar hitamnya.

VerDinda [SELESAI]Where stories live. Discover now