52. Pemikat Belaka

456 28 1
                                    

Permintaan yang sudah tercapai dan diterima oleh Dinda membuat Danis tersenyum licik sedari tadi. Di balik itu semua ada niat terselubung yang tak banyak diketahui. Di balik itu semua ada alasan tersembunyi yang juga tak diketahui. Hanya dirinya yang tahu.

Danis sudah duduk di kursi salah satu kafe sembari menunggu datangnya seseorang. Posisinya sekarang menunggu pacar namun pikiran masih terfokus akan kejadian beberapa jam lalu.

"Hai, Dan." sapa cewek yang sudah berada di depannya terlihat menarik kursi untuk ia duduki.

Danis terlonjak mengerjab. "Hai sayang, ah—iya, duduk-duduk." Anggun tersenyum menyadari kekikukkan Danis.

"Lo udah lama di sini?"

"Nggak kok, baru aja. Oh iya, gue udah pesen makanan favorit lo." ingat Danis terarah pada Anggun yang sedang memperhatikannya lekat.

"Makasih."

Percakapan hanya sebatas itu, Danis beralih menyibukkan diri dengan bermain ponsel dan Anggun yang terus menatap gerak-gerik Danis tanpa celah.

"Lo kenapa senyum-senyum gitu?" pergok Anggun memberanikan diri untuk mengutarakan pikirannya.

Pria itu beralih meletakkan ponsel ke depan lipatan tangannya. Mengangkat pandangan dan mendapati Anggun mengangkat satu alisnya. "Enggak, enggak pa-pa. Gue kangen banget sama lo beberapa hari ini, dan baru sekarang bisa ketemu buat makan malem berdua. Gue kangen berat."

"Gue juga." jawab Anggun tersenyum lebar, membalas perasaan yang belum tentu sesuai isi hati pria itu.

Setelah kejadian di taman rumah sakit, mendengar pernyataan-pernyataan Dinda yang belum tentu pasti. Anggun sampai berpikir berat hingga detik ini. Katanya terngiang di teling hingga berujung terkaan yang aneh-aneh.

Tak lama makanan pun sudah siap di meja mereka, Anggun mengucapkan terima kasih pada pelayan itu.

Apa gue tanya aja sekarang sama dia?

Jangan gegabah, Nggun. Lo harus cari bukti dulu, kalau lo tanya sekarang, yang ada dia bisa bohong dan malah semakin nutupin semuanya dari lo.

Nggak, jangan sekarang.

"Lo kenapa ngelamun? Nggak mau makan?" pecah Danis yang melihat Anggun menatap makanan itu kosong, hanya memegang sendok serta garpu tanpa berniat mengangkat makanan dan memasukkan ke mulutnya.

"Ng-enggak, ini mau dimakan." sahutnya cepat lalu menyendokkan nasi dan lauknya ke mulut. "Sebenernya ban mobil gue tadi bocor, makanya gue ke sininya lama, harus cari taksi dulu." kata Anggun setelah kunyahannya selesai.

"Lo nggak SMS gue, tau gitu gue yang akan jemput lo. Kasihan kan, duit lo kebuang cuma gara-gara bayar taksi? Mending itu lo simpen buat bayar kuliah." ucap Danis manis dan perhatian.

Ini yang membuat Anggun betah berpacaran dengannya. Namun setelah mengetahui, apa manisnya hanya sebagai pemikat belaka?

"Ponsel gue mati, lowbatt. Gue lupa nggak isi sebelum ke sini, Dan." jawab Anggun membuat Danis mengangguk, kembali menyendokkan makanan tanpa ada obrolan selanjutnya. "Makan dulu." titah Danis.

"Gimana kuliah lo? Jadi di Jakarta?" Danis yang sudah lebih dulu selesai, kini menanyakan hal yang mampu membuat keheningan berhenti di sini dan beralih dengan keramaian yang ia buat.

Dinda menyesap minuman mengakhiri makan malam. "Iya jadi, gue udah keterima dan bakal masuk pembelajaran bulan depan."

"Syukurlah, gue turut seneng."

VerDinda [SELESAI]Where stories live. Discover now