49. Spesial (Regal)

586 25 9
                                    

Dinda turun dari motornya, memandang Regal yang masih nangkring di atas motonya sendiri.

"Makasih Gal, sudah mau kawal gue sampai sini."

"Sama-sama, gak sekalian gue antar sampai dalam nih?" Regal tersenyum saat melepas helmnya, entah ia senyum dengan siapa tidak tau. Ia tak menghadap Dinda.

"Ya kalau lo mau lihat kondisi Verdi, gak apa-apa sekalian." pasrah Dinda dengan tawanya.

"Ayo."

Dinda berjalan lebih dulu, di depan Regal lebih tepatnya. Menelusuri lorong-lorong koridor dan beberapa latar ruang rawat. Perjalanannya nampak sunyi, padahal banyak orang yang berseliweran.

"Gal," panggil Dinda membuat Regal berjalan lebih cepat dan berada di sampingnya. Sejajar.

"Verdi lupa sama lo, Gal?"

"Enggak, dia gak lupa sama anak-anak, pertama dia kayak lupa sama Otong, tapi ternyata itu cuma prank doang." tawa Regal kentara jika dilihat. Benar-benar sikap Otong membuatnya geli.

Dev memandang Regal dari samping, lumayan, tapi kenapa ia masih tak memiliki pacar?

"Tapi kalau sama gue, dia lupa, Gal. Apa itu juga prank?" Dinda tersadar, ia menatap Regal penuh harap agar Regal juga menjawabnya. Iya.

"Gue gak tahu Din, coba nanti tanyain lagi." Dinda manggut-manggut mendengarkan.

"Berarti kehadiran gue di hidup Verdi emang gak dibutuhin ya, Gal?" Regal berhenti berjalan, menatap Dinda penuh iba. Ia tak bisa membayangkan perasaan Dinda yang hancur lebur. Ia kehilangan separuh semangat hidupnya.

"Enggak Din, lo berarti banget buat Verdi. Dengan kehadiran lo, Verdi bisa jadi seperti ini, Verdi bisa ceria lagi. Jangan mikir kayak gitu." ucap Regal memberi pencerahan berharap Dinda bisa berpikir terbuka.

"Tapi kenapa dia lupa sama gue, Gal? Kenapa? Itu kan yang jadi masalah sekarang?" tanya Dinda sedikit mata berkaca.

"Mungkin Verdi lupa sama orang baru di hidupnya. Biasanya sih ada yang kayak gitu, ingatannya hanya tentang masalalu doang."

"Gue bingung, Gal." pasrah Dinda tanpa meneteskan air mata.

"Lo harus semangat buat sadarin Verdi, Din. Lo gak boleh nyerah, apapun keadaannya sekarang, lo harus bisa terima, demi Verdi, Din."

"Makasih, Gal."

Dinda dan Regal kembali berjalan, tak bisa sampai jika mereka hanya bercakap dan berhenti disini.

"Eca," sedikit terdengar ucapan dari bibir Regal. Lamat-lamat.

"Siapa, Gal?" tanya Dinda bingung.

Regal tersenyum miring. "Itu Eca, mantan gue."

"Mantan yang masih lo harapin itu?" Dinda mengikuti arah mata Regal. Benar, ada gadis yang tengah keluar dari ruang.

"Jangan ledek gue, Din."

Dinda tertawa. "Enggak, santai."

"Eca, lo ngapain disini?" tanya Regal mendekat ke Eca—masa lalunya. Meninggalkan Dinda sendiri di belakangnya. Jauh.

Eca terlonjak kaget, ia yang tengah mengambil resep di dompetnya, harus memutar bola matanya ke arah Regal.

"Regal?" spontan Eca lalu menyembunyikan resep obatnya, "aku gak apa-apa kok."

"Apa sakit lo masih sering kambuh, Ca?" tanya Regal hati-hati, ia dapat melihat wajah Eca yang sedikit pucat.

"Ya begitu lah, Gal." senyum Eca mengembang.

VerDinda [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang