11. Guess His Feelings

1.3K 67 27
                                    

"Semua butuh proses untuk berubah menjadi lebih baik sama seperti kopi yang perlu pengolahan terlebih dulu"

Dinda tak henti-hentinya membaca kalimat itu, hingga ia mengscreenshot pesan dari Verdi. Menurutnya itu sangat penting, menjadi sebuah kenangan saat mereka berpisah kelak. Untuk sekadar tak saling menyapa dalam waktu yang sangat lama.

Dan tak lupa ia juga membalasnya dengan kalimat yang tak kalah panjang darinya.

Ia sebenarnya bingung, harus menjawab apa. Butuh waktu lama untuk merangkai kata-kata meskipun tak ada unsur mengesankan. Semoga ia tak salah jalan!

Dinda
Maaf tuan, anda berbicara tidak sopan dengan saya. Jangan pernah anda bilang rindu kepada saya karena itu melanggar peraturan diri saya, peraturan yang mana pesan anda sekarang dapat menghantui pikiran saya.

Dinda kembali membaca pesan yang akan ia kirimkan, entah hal bodoh apa yang sedang mereka diskusikan. Setan apa yang merasuki pikiran Dinda kali ini, hingga ia merangkai kata bodoh seperti itu.

Dan terima kasih tuan, anda sudah membuat saya terbang hari ini dengan kata-kata indah yang rupanya sedang merindukan saya.

Verdian
Lo ngapain ngirim gue kayak gitu? Emang gue ngirim pesan apa sama lo?

Dinda yang mendapati pesan itu kini malah bingung, ia berpura-pura amnesia?

Dinda
Mengirim gambar (screenshot dari pesan Verdi barusan)

Verdian
Gue gak ngerasa ngirim pesan itu, gue habis ke kamar mandi. Jangan geer dulu.

Dinda pun semakin mengernyit, jadi rasa bapernya dengan Verdi tak dibalas? Ia hanya dibuat ngefly sebentar lalu diturunkan di tempat penampungan dengan kata itu? Dan itu... Bukan dari Verdi.

Dinda
Gue juga tahu, pasti itu bukan lo. Gue cuma main sajak aja sama lo, tapi ternyata gue gak bisa. Jangan geer juga sama dua pesan gue tadi!

Dinda kian kesal namun berbeda dengan Verdi, akhirnya ia tak ketahuan karena telah mengirim pesan menjijikkan seperti ini. Untung saja.

Tapi apa yang membuat dirinya seakan sudah begitu sayang dengan Dinda? Membuat dirinya gila dengan khayalan, padahal ia sadar, bahwa ia bukan siapa-siapanya.

Hatinya mengatakan bahwa Dinda pantas menerima cinta darinya, mengingat Verdi adalah orang yang susah dalam urusan bercinta. Sekali terkena sudah pasti itu akan ia pertahankan. Tapi ia harus menunggu beberapa bulan, menunggu perubahan dan membuktikan perasaan apa yang ia derita beberapa hari ini.

"Gue gak akan ambil tindakan secepat ini." pikir Verdi pada diri sendiri.

Sedangkan Dinda, ia yang sudah merasa hari ini dibuat terbang oleh Verdi setinggi-tingginya, malah harus jatuh di selokan berlumpur. Ia yang juga sudah yakin bahwa ia menyukai cowok dingin yang sempat merindukannya malah hancur sia-sia. Mau dibawa kemana harga dirinya? Pesan tadi sungguh memalukan.

"Gue udah senyum-senyum kayak orang gila juga, malah dijatuhin di selokan."

"Emang dia nggak tahu apa, gimana sakitnya dikirim pesan kayak gitu?"

"Cowok semua sama aja, menggantungkan perasaan doang." omong Dinda tak karuan.

Malam ini sudah dapat dipastikan bahwa dua insan itu akan tidur nyenyak dan sama-sama larut dalam mimpi kisah asmaranya. Akankah mereka dapat bersatu hingga usia mereka menua? Apa iya?

VerDinda [SELESAI]Where stories live. Discover now