10. Utarakan Saja

1.3K 72 35
                                    

'Mantan itu di buang jangan di kenang, tapi sayang gue nggak bisa buang karena gue masih sayang'
Regal Andrean

Ponsel Verdi berbunyi nyaring, menandakan ia mendapatkan pesan dari seseorang. Ia segera membuka aplikasi chat itu lalu mendapati beberapa pesan dari seseorang. Yang pertama kali ia buka adalah...

Dinda
Oii

Verdian
?

Dinda

Cek aja Ver, kirain ilang

Verdian
Jangan kangen kalau kangen nanti kita pacaran

Dinda terkekeh setelah membaca jawaban dari Verdi, tanpa ingin membalasnya ia langsung menutup room chat dengannya.

Berhari dan berminggu mereka mengenal, semakin akrab kedekatan mereka rupanya. Benang yang semula putus kini sudah terhubung kembali, daun yang berserakan kiri dapat ditampu oleh tempat yang sangat nyaman. Kebahagiaan perlahan kembali terbuka di kehidupan Verdi.

Verdi segera meninggalkan kafe dan beranjak melajukan motornya untuk menjemput Vanya. Tak perlu memakan waktu sepuluh menit, ia sudah sampai di sana dengan Vanya yang menunggui di depan gerbang sekolah.

"Kenapa lama, Kak?" tanya Vanya yang sudah berada di atas motor.

"Telat lima menit doang."

"Kan intinya lama, Kak, dan gue jadi nunggu sendirian di sini. Temen gue udah pada dijemput sebelum bel pulang bunyi." dengus Vanya kian kesal.

"Kesibukan orang itu beda-beda. Nggak usah nyamain pribadi satu dengan lainnya."

"Selalu aja bilang itu ke gue. Nanti mampir beliin gue ice cream ya?" ajak Vanya sepihak.


"Gue nggak suka es krim, es cincau aja!" tolak Verdi mentah-mentah.

"Apaan, kemarin aja gue punya stock es di kulkas lo makan malem-malem tanpa sepengetahuan gue." ingat Vanya malam itu.

"Kepepet, emang gak boleh?" tanya Verdi membuat Vanya menggeleng.

"Ayo beli, Kak. Gue lagi punya duit ini, janji deh gue traktir." ajak Vanya lagi. Verdi pun pasrah, dan mengarahkan motornya untuk pergi ke supermarket.

**

Motor itu sudah terparkir rapi di garasi, Vanya dengan sekantong plastik putih di tangannya segera masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Verdi. Pria itu masih berada di garasi untuk membenarkan motornya.

"Iya Bu, saya akui Verdi itu orangnya emang pendiam, tapi dia sangat pintar. Jarang sekali ada siswa cowok segenius Verdi. Biasanya yang menjuarai berbagai olimpiade sekolah adalah beberapa siswi, Bu." sanjung seorang tamu, tak lain ia adalah wali kelas Verdi. Ibu Mona.

"Assalamu'alaikum", salam Vanya setelah membuka pintu rumahnya, kemudian disusul oleh Verdi.

"Wa'alaikumsalam, eh udah pulang, sini Van. Salim sama guru kakakmu." kata Bu Rere sopan.

"Assalamu'alaikum, gurunya Kak Verdi." sapa Vanya mencium punggung tangan Bu Mona. Guru itu menjawab dan mengelus lembut kepala Vanya.

VerDinda [SELESAI]Where stories live. Discover now