46. Tak-Tik Pembalasan

597 32 5
                                    

"Si Rendra kemana sih? Dia nyuruh kita buat datang jam empat, tapi dia malah yang gak on time. Maunya apa sih? Kalau sama dosen dia kayak gini, bakal mampus dia, langsung di do sama rektor langsung." timpal Alex kesal. 

"Sok tahu banget sih lo! Belum juga masuk kuliah." protes Risky membuat Alex melengo ke arahnya.

Alex mengambil tusuk gigi yang ada di meja, lalu ia gunakan pada gigi-giginya, "gini nih, orang yang suka lihat cover gue doang, gak lihat isi pikiran gue kayak apa!" sergah Alex tak terima. Ia langsung membenarkan posisi duduknya untuk mengangkat satu kaki dan meletakkan di kaki satunya.

"Emang isi otak lo apaan, Lex? Kalau badan lo sih, gue tahu, isinya cuma daging dan lemak yang terbuat dari makanan membusuk dalam perut lo, iya 'kan?" celetuk Otong membuat Risky, dan lainnya tertawa.

"Omongan lo gak enak, Tong, sumpah!" desis Alex ke arah Otong. "Gue ini ya, sudah melakukan wawancara ke berbagai universitas ternama, sharing sama mahasiswa, apalagi sama mahasiswi-nya, beh, jangan tanya lo. Cantiknya ada. Nah kalau gue suruh milih ini, lebih baik gue ngelanjutin sekolah di tempat kelahiran gue, lebih banyak bule cantik di sana yang bakal nerima gue." tambahnya membanggakan.

"Ya sudah ke Benua sebelah sana! Ngapain juga lo kuliah di sini!" ujar Regal tertawa puas.

"Alasan gue ada banyak, bakal gue sebutin tiga alasan paling atas gue. Pertama, karena gue mau perbaiki keturunan biar ada unsur blasteran, kedua, karena gue belum bisa rebut pacar kalian buat jadi milik gue, dan ketiga, gue lebih takut kalau kalian rindu semati-matinya karena gak ada gue di samping kalian." jawab Alex dengan santainya, namun ia bisa tertawa puas.

"Gak akan gue serahin pacar gue, dan gak akan gue kangen sama bocah bule kayak elo. Lebih baik kangen sama pacar sendiri!" hardik Otong lalu tertawa.

Alex pun berdiri dan menjitak kepala itu, "sadis banget sih, ucapan lo." ucapnya lalu kembali duduk, "tapi beneran, Rendra aslinya kemana sih?"

"Tahu tuh, sama pacarnya mungkin. Verdi juga, jam segini gak ada tampang-tampangnya." jawab Paul yang masih terus bermain game online tanpa menghadap ke arah mereka.

"Gue telfon gak aktif." tambah Risky.

Otong menggaruk kepala botaknya, "mungkin gak mau diganggu karena dia baru pacaran sama si Dinda." celetuknya mungkin ada benar.

"Bisa jadi tuh, menghabiskan sisa waktu mereka di Indonesia sebelum ke luar negeri," tebak Regal lalu berhenti memainkan ponsel, "tapi mereka juga bakal liburan berdua sih di sana. Lebih romantis, dengan spot-spot menarik di Australia. Gue jadi pengen."

"Gue juga, Gal." tambah Otong.

Risky berdecak, "otak lo gak cukup buat saingan sama penerusnya Iqbal, Tong. Mimpi aja sudah." ejeknya tertawa.

"Iqbal, Iqbal siapa?" ucap Otong penuh tanya. Rasanya ia mempunyai banyak teman yang bernama Iqbal. Apa Iqbal yang hidupnya di Amerika?

"Iqbal Ramadhan yang jadi Abang Dilan lah, lo kira, Iqbal yang jualan lontong sayur di kompleks gue, apa!" jawab Risky mengundang tawa semua anak di sini. "Gue nge fans sama dia, sudah pintar, karier-nya oke, ganteng pula, panutan gue lah. Pengen gue ketemu sama dia."

Otong lah di sini yang tertawa cukup kencang, "lo nggak fans sama gue? Kan gue saudara kandungnya."

"Saudara apaan? Otak lo aja gak dapat penularan dari dia, ngaku-ngaku." sambung Regal lalu tertawa lagi.

Otong pun segera diam tanpa penuturan, ia hanya bergumam, "lo kira covid-19 apa, pakai tular-tularan segala."

"Setidaknya besok gue bisa satu kampus sama pacar gue." kata Otong kembali ke topik semula.

VerDinda [SELESAI]Where stories live. Discover now