16. Gagal Bersembunyi

1.8K 255 16
                                    

Np: Gagal bersembunyi- the rain


Samuel mendongkak, menatap langit cerah.  Matahari bersinar begitu terang, tapi hembusan angin yang menyentuhnya seakan memberi tanda bahwa hujan akan turun.

Pemuda itu mengeluarkan topi dari dalam tasnya, lalu memakainya hendak keluar dari gerbang barat yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat dia berdiri sekarang.

Kalau ditanya, kenapa tidak lewat gerbang utama saja?

Jawabannya adalah karena dia takut ketahuan, iya dia membolos dua jam mata pelajaran terakhir sebelum pulang sekolah.

Dan yang kedua, dia sedang malas berurusan dengan kekasihnya yang super menyebalkan itu.

Kalau dia lewat gerbang utama dan bertemu dengan kekasihnya itu, sudah jelas pasti Karin akan memintanya makan di Mixme sebelum gadis itu berlatih cheerleader atau hal sepele seperti pergi kelapangan dengan bergadengan tangan.

Mungkin itu hal yang lumrah untuk orang yang berpacaran, tapi Samuel merasa gak nyaman. Entah, mungkin karena orang ini Karin bukan Jola.

Pemuda itu mengerjap pelan, kakinya jadi berbalik dan berlari secepat mungkin kedalam gedung baru ketika dirasakan air hujan membasahi wajahnya.

"Ck, segala pake hujan lagi" katanya kesal.

Samuel memutuskan untuk berteduh di Lab Komputer, sambil menunggu hujan Reda pemuda itu memilih untuk membuka ponselnya. Memutar lagu-lagu melankonis yang sangat sering didengarkan para abg ketika hujan.

Katanya, patah hati terus dengerin lagu galau ditengah hujan itu kombinasi sempurna.

Karena walaupun image badboy melekat padanya, aslinya cowo ini tuh cuma anak mamah yang hobi dengerin lagu galau dan stalking timeline galau.

Tapi herannya, walaupun sering lihat timeline yang galau. Otaknya itu gak pernah berfungsi kalau berhadapan langsung dengan cewe yang dia incar. Dia sangat cerdik dalam teori, mungkin teorinya seratus tapinya nyatanya dalam nilai praktet cowok ini tuh nilainya nol.





BRUK.




"KYAAAAA, ARGH"

Ruangan tiba tiba menjadi gelap, sepertinya mati lampu. Ditambah dengan suara yang baru saja dia dengar membuatnya mematikan lagu yang didengarnya. Pemuda itu menghidupkan senter diponselnya lalu mulai menelusuri sumber suara.

Kakinya berhenti ketika lampu senternya menyorot seorang anak perempuan yang tersungkur didepan Ruang penyiaran Radio sekolah. Matanya terbelalak, perlahan dia mulai mendekat kearah gadis itu.

"Lo gapapa?" Tanyanya pelan, sebenernya agak takut kalau di depannya ini bukan orang.

Gimana Samuel gak ragu, rambutnya panjang. Seragamnya putih bersih, hampir aja Samuel kabur kalau gak lihat trening EHS yang dia pakai.

Gadis itu meringis pelan, memandangi pergelangan kakinya yang sedikit berdarah karena tergores lantai.

"Pergelangan kaki lo lecet, tunggu disini ya gue mau ke Uks di gedung baru siapatau udah ada obat disana" katanya pelan memberi perintah, sebelum berbalik.

Gadis itu menoleh, masih dengan posisi duduk jadi menarik tangan sipemuda itu menahannya pergi. Kepalanya mendongkak. "Jangan pergi, gue gakpapa. Lo temenin gue disini aja" bisiknya lirih.

Bentar.

Suaranya familier.

Samuel membungkukan tubuhnya melirik gadis itu, pemuda itu menyorot wajah gadis itu dengan senter ponselnya.

Bubble Gum Where stories live. Discover now