31. Sayap pelindungmu

1K 140 6
                                    

"Jola mau kemana kamu?"

Pria paruh baya itu menegur Jola, gadis itu meringis pelan. Memainkan tali tasnya. Dia merasa Dejavu, apalagi alasannya keluar kelas lebih dahulu tetaplah sama yaitu Samuel.

"Saya mau ketoilet pak" katanya kembali memakai alasan lamanya.

"Itu lagi-itu lagi alasanmu, duduk baca doa dulu" katanya tak mau dibantah.

Jola mau tidak mau menurut, gadis itu duduk kembali ditempatnya. Setelah ketua kelas memimpin doa, Jola bangkit. Dia menyalimi tangan pak Imran lalu berlari tak lupa mengucap salam sebelumnya.

Lagi-lagi pak Imran hanya menggelengkan kepalanya tak percaya dengan kelakuan murid perempuannya itu.

-----

Jola celingak-celinguk mencari Samuel dikelasnya. Tetapi yang dicari tidak juga menampakan diri.

Gadis itu terlonjak beberapa langkah ketika pemuda dengan tubuh pendek itu keluar dari kelasnya.

"Kak, permisi. Ada Samuel gak?" katanya.

Pemuda itu menoleh, "enggak lihat, bolos kali"

Setelah berterima kasih, Jola memutuskan untuk menunggu Samuel dikelasnya.

Dijalan gadis itu bertemu Karin dengan kedua temannya. Jola mengenal salah satu diantaranya, gadis dengan tubuh jangkung itu adalah anak paduan suara sementara yang satunya Jola pernah melihat didepan kelas 11 jurusan Ipa tapi dia lupa kelas apa.

Kalau tidak salah gadis itu sedikit suka menyindir, Jola pernah mendengar dia menjelek-jelekan kak Alea ketika Jola lewat beberapa meter dibelakang kak Alea tapi Jola lupa namanya.

Pantes temenannya sama Karin.

Sama sama suka nyindir, satu kaum.

Jadi cocok.

Karin meliriknya sinis, lalu menghampirinya.

"Ikut gue!" katanya tegas.

Jola mengernyit, "mau kemana?"

"Ada yang harus gue omongin sama lo"

"Yaudah, ngomong disini aja"

"Ikut gue!" Ulangnya, kini kedua temannya sudah mencengkram tangan Jola.

Jola ingin melawan, tapi tangan salah satu teman Karin tidak tinggal diam. Dia membekap mulut Jola, sambil menariknya mengikuti Karin yang memimpin didepan.

Mereka membawa Jola ke gedung baru.

Jola merasakan firasat buruk akan terjadi kepadanya, gadis itu tidak ingin menuduh tapi dia hanya berasumsi.

Untuk apa mereka membawa Jola ke gedung baru, jika tidak ingin menyakiti Jola.

Dua teman Karin menghempaskan genggamannya. Mereka mendorong Jola kebelakang tembok.

Terdengar benturan kencang dari punggung Jola, gadis itu meringis pelan. Tangannya terkepal keras disampingnya, buku-buku jarinya memucat.

"Kenapa kak? Gue salah apa sama lo?" Jola memberanikan dirinya menatap Karin.

"Menurut lo gue mau apa?" Karin menyeringai. "Lo makin hari makin gatau diri ya, udah bagus cuma gue sindir. Tapi gak ngerti"

"Mak–maksud kakak apa ya? Gue ga ngerti" katanya gamang.

"Lo harus dikasih pelajaran biar tahu diri sedikit" katanya mendekatkan diri selangkah kedepan Jola. Membuat jarak diantara keduanya hilang. "Gue gak tahu, ini lo pura-pura bego atau emang bego beneran?"

Karin menarik rambut Jola, membuat gadis itu makin meringis kesakitan. "Masih mau gak ngaku lo?"

"Gu--gue beneran gak paham kak" cicitnya pelan, dengan suara yang bergetar.

"ck, bego beneran ternyata" Karin membenturkan kepalanya kearah tembok. Jola merintih, memijit pelan kepalanya yang terasanya ngilu dan nyut-nyutan.

"Gue udah kenal Samuel jauh lebih lama dari lo ya, kita udah deket daridulu. Asal lo tahu ya, sekarang Samuel jadi benci sama gua. Dan itu semua akibat lo"

"Kok... Salah saya kak?"

"Ya iyalah, terus salah siapa? Nenek lo? Tante lo gitu?! Kalau aja lo ga hasut Samuel buat benci gue, dia gak akan benci gue" Karin memelototkan matanya, membuat softlens biru tua yang dipakainya seperti ingin keluar.

Jola menciut, tubuhnya berkeringat dingin. Ingin berteriak melakukan perlawanan tapi yang ada dia pasti akan diperlakukan semakin kasar, "gue gak pernah hasut kak Samuel buat benci kak Karin kok"

"Gausah bohong!"

"Gue gak bohong"

"Gausah jawab omongan gue!" Teriaknya tepat depan wajah Jola. "Pokoknya gue mau setelah ini lo jauhin Samuel, lo bilang sama dia jangan benci gue"

Jola hanya diam.

Karin mengangkat dagunya, membuat kuku kuku tajamnya sedikit menyakiti dagu Jola. "Ngomong! Lo punya mulut tuh dipake"

"ta--tadi suruh diam" jawabnya.

Karin menamparnya.

Sakit.

Pipinya memanas, Jola mengusap pipinya yang memerah.

"Mau melawan?! lo tuh baru kelas sepuluh, gausah sok jago"

Salah satu temannya maju, "Rin. Udahlah, nanti kalau ada guru lihat bahaya"

Karin menggeleng. "Cewek kayak gini harus dikasih pelajaran biar sadar posisi" katanya, lalu beralih pada temannya yang lain."San, siniin airnya"

Karin merebut Soda dari tangan Sandra, lalu membuka tutupnya.

Jola menutup matanya bersiap menerima siraman soda yang sepertinya akan dilakukan Karin.

Gadis itu hanya bisa terdiam pasrah.

BYURRR

Dia mendengar suara air disiramkan, tapi Jola merasa bajunya tidak basah. Lambat laun secara perlahan, dia membuka matanya. Gadis itu terbelalak melihat punggung tegap itu sudah melindunginya.








Karin terkejut, sisa sodanya jatuh begitu saja.

"Kalau lo mau cari perhatian atau mau tenar enggak harus dengan bully caranya" pemuda itu membuka suara. "Bukannya suka, Samuel malah makin jiji sama lo"

Karin hanya terdiam kehabisan suara.

"Cowok tuh banyak, enggak cuma Samuel. Harga diri lo dimana ngejar-ngejar cowo yang udah jelas 'jijik' sama lo?" Katanya menekan kata Jiji.

Wajahnya memerah mendengar sindiran tersebut, dengan perasaan malu Karin pergi meninggalkan mereka diikuti kedua temannya.

Gema berbalik, pemuda itu memandang Jola penuh kasihan. Tangannya terulur mengusap bahu Jola menenangkan.

Jola mendekat, "Gema, gue pinjem bahu lo boleh?"

Gema tersenyum, "jangankan bahu, dada gue juga siap nampung tangisan lo"

Jola menghambur kedalam pelukan Gema, membiarkan airmatanya terjatuh begitu saja disana.










A/n: selamat malam minggu dari Samuel yang menyebalkan dan Gema yang lagi lagi menggemaskan

Bubble Gum Where stories live. Discover now