26. Kali Kedua

1.3K 161 10
                                    

Jola menepuk keningnya, dalam hati sudah sibuk merutuki dirinya yang lagi-lagi meninggalkan dasinya di meja rias dirumah.

Sementara beberapa meter dari dia, pak Jay sudah sibuk berteriak mengatur barisan. Agar jalannya upacara dapat segera dimulai.

dengan lesu gadis itu melangkahkan kakinya kearah lapangan, hendak mengikuti upacara bendera.

baru dua langkah berjalan, tangannya ditarik oleh seseorang.

"Pagi pagi kok mukanya murung?" tanya pemuda itu tak lupa memberikan senyuman pertamanya untuk gadisnya tersebut.

"iya, gak bawa dasi" katanya mengadu. "Dasi aku ketinggalan di meja rias"

seakan mengerti, pemuda itu melepaskan dasinya. "Coba sini deketan" katanya memberi perintah.

Samuel menarik tangan Jola, lalu sedikit merunduk. Pemuda itu memasangkan dasi miliknya kepada Jola didepan lapangan.

"udah selesai, sekarang ayo upacara" katanya memberi titah.

Jola melongo, masih dengan wajah memerah.

Ya gimana sih, siapa yang gak malu dipasangin dasi sama cowo didepan umum?

Apalagi udah mau upacara itu banyak guru dan juga murid.

Seakan tersadar dengan pikirannya, Jola mencegah tangan Samuel. "Sebentar, kok kamu udah sekolah?"

pemuda itu mengangguk, "iya bosan dirumah, gak bisa ketemu kamu"

Jola hanya mencibir pelan, "emang pulang dari hari apa? Kenapa gak ngabarin aku?"

Hening beberapa saat, pemuda itu tampak berpikir. "Aku pulang kemarin malam, gak ngabarin soalnya handponenya rusak"







Jola memandang kerumunan murid didepannya, sebentar lagi jalannya upacara akan dimulai sementara dia masih tetap berdiri dibelakang dengan Samuel disisinya.

Dia menoleh, mengamati pemuda itu dari mata kaki sampai kepala. Tangannya di gips, bajunya acak acakan tanpa dasi. Sudah pasti dia akan dihukum, walaupun sebenarnya yang seharusnya dihukum adalah Jola bukan dia.

gadis itu merenung sesaat, merasa kasihan pada pemuda itu.

Sampai ide gila muncul dikepalanya.

"Kak Samuel?"

Samuel melirik gadis itu sekilas.

Jola memberi kode bahwa gadis itu ingin berbisik, membuat Samuel merunduk menyamakan tingginya.

"Kakak pernah bolos upacara gak?"

Samuel tersentak tetapi mengangguk mengiyakan. "pernah, kenapa emang?"

gadis itu tersenyum, ide gilanya sepertinya akan segera berhasil.

"Aku mau lihat tempat kakak bolos sekarang"

"Tapikan upacara?"

"Kita kan bisa bolos upacara"

"jangan gitu, nanti aja ya pulang sekolah"

Jola menggeleng, "enggak, aku mau sekarang. Lagian aku juga udah pernah upacara, bolos sekali ya gapapa"

----🐍 🐊 -----

Samuel menatap gerbang tinggi didepannya. "Kamu yakin bisa naiknya?"

"Yakin, justru aku khawatirnya kamu yang gak bisa naik. Kan tangan kamu di gips gitu" katanya menunjuk tangan kanan Samuel.

Mereka berdua sedang berada digerbang barat, tempat biasa murid-murid sekolah suka membolos. Setelah menyatakan keinginannya Jola terus memaksa agar Samuel mau. Akhirnya pemuda itu menuruti keinginannya.

"Ayo cepetan nanti ada miss Jessie" kata Jola menarik tangan Samuel.

Keduanya melompati pagar sekolah.


Jola menghembuskan nafasnya lega, "yes akhirnya kita bisa bolos, daridulu aku pengen coba bolos tapi gak pernah ada temannya"

Samuel langsung menoyor kepalanya pelan, "hus, gaboleh bolos-bolos. Kamu itu masih kecil harus belajar yang benar"

"Ih Joodie aja pernah bolos sama Gema ke Mixme waktu jam pelajaran"

"jangan ikut-ikutan orang"

"Iya enggak"

"Jangan pergi jauh-jauh sendiri, kalau mau pergi minta anter aku"

"Iya" Jola mengangguk paham.

"Kamu denger kan?"

Jola mendelik, "kok kamu jadi lebih mirip ayah aku sih daripada gebetan aku?"

"Aku gak mau ya, gara-gara deket sama aku. Belajar kamu jadi terganggu" katanya serius.

Jola mencicit pelan, "iya iya, ayah tiri"

"Kamu udah sarapan?" katanya mengalihkan topik pembicaraan.

Jola menoleh, "kamu mau makan? Ayo aku temenin"

"Beli bubur yang deket sekolah depan aja ya?" ajak gadis itu antusias.

Mereka menyebrangi trotoar, lalu berjalan beberapa meter hingga berhenti didepan sebuah bangunan sekolah.

"Kamu yakin gamau?" kata Samuel bertanya.

"Iya aku udah makan, kamu aja"

"Yaudah bang, satu ya"

Penjual itu mengacungkan ibu jarinya, keduanya mulai mencari kursi. Beberapa menit, bubur pun datang.

Samuel meraih mangkuknya dengan tangan kiri, melihat dia kesusahan. Jola berinisiatif membantu, gadis itu mendekat mengambil alih mangkuk.

"Sini aku suapin aja, kasihan tangan kamu" katanya memberi perintah.

Samuel tidak dapat menyembunyikan senyuman lebar dibibirnya, "kayak bayi aja disuapin"

"Iya bayi besar, yang merepotkan" kata Jola kesal.

Pemuda itu tertawa, "tapi kamu suka kan direpotkan?"

dengan malu, Jola menjawab. "iya juga sih, hehe"

"udah ini kita mau kemana?"

"aku mau habisin waktu sama kamu, terserah kemana aja, asal berdua sama kamu, aku ikut" katanya sambil tersenyum, memperlihatkan semburat merah dipipinya.

"Kenapa mau pergi sama aku?"

"Karena aku suka pergi sama kamu, berdua, gak sama Karin"

"Heh" Samuel erseru kesal, "Jangan ajak dia, dia mah nanti dikasih oleh-olehnya aja"

"Baju kotor?"

"Hehe, iya boleh"

"Kenapa perginya berdua?" Samuel nanya lagi.

"Karena"

"Karena apa?"

"Karena aku rindu pergi sama kamu berdua hehe"

Pemuda itu mencubit pipi Jola gemas. "yaudah setelah ini kita pergi berdua ya, yang jauh. Kita pergi ke Merkurius"

Jola hanya tersenyum sambil terus menyuapkan makanan kemulut Samuel.

Sinar matahari pagi sangat cerah, secerah hati kedua insan remaja tersebut.


















A/n: tamat.





























































TAPI BOONG. HEHE

Bubble Gum Where stories live. Discover now