45. Ruang Sendiri

985 112 17
                                    

Jola mendecak kesal begitu melihat langit sudah mulai gelap. Rintik hujan sudah mengguyur kawasan EHS sejak dua puluh menit yang lalu. Bukannya reda, hujan malah semakin deras, sementara Jola merasakan perutnya semakin lapar.

gadis itu mendongkak, menerawang menatap hujan. Tidak bisa menahan lapar, akhirnya dia keluar untuk menerobos air hujan dengan berbekal hoodie ditangannya.

Kalau di film-film biasanya, cowoknya bakal datang terus payungin si cewek tiba-tiba. Atau mereka berdua bakal nerobos hujan sambil kejar-kejaran ala India.

Realita tidak semanis iklan sprite.

Alhasil Jola termenung memantapkan dirinya yang masih ragu untuk menerobos hujan.








Dilain tempat.

Samuel menatap Jola dari balik pilar sekolah, sejak gadis itu keluar dari kelas Samuel terus-terusan saja membuntutinya.

Bohong jika dia mengatakan dia tidak peduli, nyatanya hingga saat ini nama Jola masih ada didalam reluk hatinya yang terdalam.

Jola baginya adalah spidol permanent yang sulit dihilangkan dengan apapun, jika mau dihapus juga butuh usaha yang keras untuk menghapusnya.

Dia terdiam, memikirkan cara bagaimana agar Jola dapat menyebrangi lapangan tanpa harus kehujanan?

Keinginannya mengatakan bahwa dia harus menghampiri Jola dan pergi bersamanya. Tapi, nyalinya masih terlalu kecil, dia tidak sanggup jika harus ditolak lagi.

Senyum terlintas dibibirnya ketika melihat mba Indah, penjaga UKS sekolah mereka berjalan dari arah berlawanan mendekatinya.

Samuel dengan cepat keluar dari persembunyian, dia merentangkan tangannya. Menghadang mbak Indah yang hendak melewatinya.

"eh kenapa ini? Ada apa Sam?" tanya mbak Indah yang terkejut karena jalannya dihalangi.

"Mbak Indah mau kemana? Lewat lapangan basket gak mba?" tanyanya pada mba Indah.

Mbak Indah terdiam sejenak, "enggak sih, emang kenapa?"

"yah, lewat aja mbak" katanya memohon.

"Kamu mau nebeng payung emang?" tanya mbak Indah mengacungkan payung lipat yang dia pegang.

"hehe, enggak kok mba" katanya terkekeh pelan.

"Loh terus kenapa?" tanya mbak Indah semakin bingung.

"buat Jola mbak" katanya melirik Jola yang bersandar pada pilar. "kasian, mau jajan dia"

Mbak Indah tertawa kecil. "Sam, Sam, sama Miss Jessie berani tapi sama cewek aja takut. Kasih sendiri dong"

"kan miss Jessie juga cewek mbak"  katanya membela diri. "Beda mbak, yang ini spesial"

"Kalau spesial perjuangin dong, kamu ini gimana sih"

"udah mbak, tapi dia gak mau sama saya"

"pasti ini gara-gara kamu ceweknya dimana-mana sih ya?"

"ih enggak mbak, Sam mah satu" katanya sambil mengacungkan jari. "Satu disini, satu disekolah depan, satu ditempat les, satu dirumah teman, satu diperumahan"

Mbak Indah tertawa lagi. "Hehe, bisa aja kamu. Yasudah, mbak samperin Jola dulu ya?"

"eh eh, bentar mbak" Samuel meraih tangan mbak Indah. "Jangan bilang disuruh Sam ya"

"loh kenapa? Lagi ribut emang?"

"iya, dia gak mau ketemu Sam dulu katanya"

"yasudah, mbak nggak bilang"

"oke, thanks mbak. Didoain biar makin cantik"

"Doain jadi istri mr Simon aja, mbak mau" katanya dalam konteks bercanda, lalu berjalan meninggalkan Samuel.

Samuel menarik nafas lega, akhirnya dia bisa membantu Jola dalam kesulitan.

Senyumnya makin berkembang melihat Jola menyebrangi lapangan berdua bersama mbak Indah. Kedua perempuan itu tertawa pelan, entah apa yang mereka bicarakan.

"Harusnya gue yang disamping Jola, bukan mbak Indah" katanya meratapi nasib.









----

Jola mempercepat langkahnya ingin cepat pulang. Hari ini ada jadwal nonton Drama Korea baru bersama sang kakak.

Gadis itu berdecak kesal ketika melihat ponselnya mati, padahal pesanya pada kakaknya belum mendapat jawaban.

Malas balik lagi kekelas, dia memilih untuk duduk dikursi parkiran. Ingin meminjam ponsel teman, apadaya temannya sudah pulang semua.

Sampai semuanya berubah ketika dia melihat Samuel mendekatinya.

Dengan ragu Jola berdiri, lalu mendekati Samuel.

"Hai kak!" katanya menyapa.

Samuel meliriknya bingung.

"Boleh minta tolong gak?" tanyanya meminta idzin.

"apa?" balas Samuel berusaha terdengar sedatar mungkin.

"gue boleh pinjam ponsel enggak? Mau telepon Jessica"

Samuel merogoh kantung celananya lalu menyerahkan ponselnya pada Jola.

Jola menghidupkan layar, lalu membukanya. Perempuan itu dengan lihai menulis nomor kakaknya, kemudian menghubunginya.

Dia mendekatkan handpone ketelinga. Ketika tidak mendapat jawaban, Jola pun menyerah. Gadis itu mengirim pesan pada Jessica agar tidak menjemputnya.

Dia mengembalikan ponsel pada pemiliknya.

"Makasih ya, kalau pulsanya habis bilang aja nanti gue ganti" katanya mencoba ramah.

"gimana? Dijemput kan?" tanya Samuel datar.

"enggak, kayaknya pulang naik ojek deh" kata Jola dengan wajah malasnya.

Ya tuhan, semoga peka.

Katanya berdoa dalam hati, yang berikutnya jadi mengumpat ketika Samuel hanya mengangguk sambil ber oh ria.


"Mau bareng gak?" tanya Samuel menarik nafas, biar gak kelihatan gugup. "jangan salah paham, saya cuma tawarin antar pulang"

"Boleh?" tanya Jola sudah tersenyum girang.

Samuel mengangguk, lalu balas tersenyum.

Kedua remaja itu akhirnya pergi meninggalkan sekolah.















Jola melompat turun dari motor Samuel, setelah berterima kasih akhirnya dia berbalik hendak masuk rumah.

"La?" panggil Samuel pelan.

Jola menoleh, "kenapa kak?"

Samuel menelan ludahnya, "enggak jadi"

Jola mengernyit bingung. "oh ongkos bensin ya sama uang pulsa?" dia merogoh saku hendak mengeluarkan uang sebelum gagal ketika Samuel kembali berbicara.

"Besok ada acara gak?besok malam Minggu temenin gue ke Strabuck bisa?"

Jola mengingat ingat kegiatannya, perempuan itu diam beberapa menit.

"Kalau enggak bisa gapapa" lanjut Samuel.

"Bisa kok ka, jemput ya?"

"Oke, jam 7 gue jemput. Siap-siap ya" katanya lalu berlalu pergi.

Jola memasuki rumah dengan keadaan gembira dan perasaan hati yang menghangat.












A/n: mau tau dong, kalau spin off kalian lebih suka kapal mana yang berlayar?

Gema-jodohnya.

Joodie-jodohnya.

Dewangga-jodohnya.

Agus-Shanon.

Ps: aku sih lebih suka kapal Gema atau Agus. Karena aku suka kapal friendzone ^___^

Bubble Gum Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora