34. Pergi Menjauh

960 118 4
                                    

Pagi itu setelah sampai digerbang sekolah. Jola langsung didatangi oleh Shanon dan Agus. Membuat beberapa orang diparkiran mencuri-curi pandang kearah mereka.

"Lala woi! Ayo ikut kita sekarang." Seru Shanon menarik tangan Jola.

Jola yang kebingungan hanya pasrah ditarik Shanon.

"Ih bentar," katanya berhenti melangkah. "Ini kita mau kemana?"

"Lo mau ngelayat ga? Nyokap Samuel dimakamin hari ini" jawab Agus.

"Udah udah, mikirnya nanti aja. Cepetan La, nanti keburu ketahuan guru kita bolos" kata Shanon.

"kita bertiga doang?"

"Yang lain udah dirumah Samuel dari tadi malam La"

Jola hanya menurut, tanpa mengatakan apa-apa lagi. Dia masuk kedalam mobil milik Agus.
















Cuaca kali ini cukup kelabu, matahari bersembunyi dibalik gumpalan awan hitam diikuti titik hujan gerimis yang mulai membasahi bumi.

Begitu turun dari mobil, Jola dapat melihat kerumunan orang seperti semut hitam memenuhi pemakaman. Jola, Agus dan Shanon menerobos masuk hingga berhasil mencapai barisan terdepan.

"La, lo aja yang samperin Samuel gih. Kita tungguin disini aja" kata Agus memberi saran.

"Ih tapi gimana, ini aku pakai baju sekolah gini pasti mencolok banget" katanya menatap baju seragam sekolahnya.

Shanon membuka selendang miliknya, lalu memberikannya pada Jola.

Jadilh Jola mengikuti perintah Shanon dan Agus.

Jola melihat Samuel didekat pusara ibunya dengan pakaian serba hitam.

Jujur, ini memang bukan waktu yang pas. Tapi harus Jola katakan, Samuel sangat tampan dengan balutan kemeja hitam dan celana levis miliknya.

Baru saja ingin mendekat, Karin terlebih dahulu mendekati Samuel. Perempuan itu memakai gaun hitam kontras sekali dengan kulitnya yang seputih Bengkoang.

Karin menyerahkan botol aqua kepada Samuel, pemuda itu meraih botol tersebut dan meminumnya.

Jola hanya menggigit bibir melihat mereka dari kejauhan. Dia jadi sedikit ragu untuk menghampiri Samuel, toh udah ada Karin juga disana kan?

Karin mengusap bahu Samuel, mereka tampak sedang membicarakan sesuatu. Entah apa yang dikatakan Karin, Samuel tampak tersenyum kecil. Tak lama keduanya saling berpelukan, sebelum Samuel pergi meninggalkan Karin.

Jola cepat cepat berlari mengikuti kemana Samuel pergi.





Pemuda itu ternyata pergi menepi dari kerumunan. Dia bersandar disebuah pohon rindang, yang berada di tepi makam ibunya.

Jola mendekat.

"Kak Samuel?"

Samuel mendongkak, tapi tidak menjawab.

"Aku turut berduka cita ya kak" katanya ikut duduk disamping Samuel.

"Thanks" katanya terdengar serak.

Jola meraih tangan Samuel, pemuda itu menepisnya. Dia berdiri, membuat Jola ikutan berdiri.

Tanpa kata, dia pergi meninggalkan Jola begitu saja.

Jola hanya mematung ditempatnya, menatap punggung Samuel dengan kedua alis yang bertautan.

Pemuda ini kenapa sih?

Apa yang terjadi?

Memangnya Jola salah apa lagi?







































Pemakaman sudah berakhir sejak dua puluh menit yang lalu, Jola kini berada dirumah Samuel.

Gadis itu memutuskan untuk bolos sekolah dan menemani pemuda itu dirumahnya.

Walaupun sejak tadi Samuel tidak berbicara apapun pada Jola.

Pemuda itu diam seribu bahasa.

Jola paham betul, mungkin kondisi hatinya sedang buruk makanya dia tidak mau berbicara dengan siapapun saat ini.

Tapi jujur, Jola merasakan ada hal lain.

Samuel seperti sengaja menghindari interaksi dengannya.

Bahkan sejak tadi, pemuda itu mengurung diri di kamar.

Jola hanya duduk duduk saja diruang tamu, sepuluh menit yang lalu dia menemani Tiffany dikamarnya. Sekarang gadis itu sudah terlelap pulas dikamarnya.

Mba Tintin, pembantu rumah tangga dirumah Samuel menghampiri Jola.

"Mba Jola?" Panggilnya.

Jola menoleh, "iya mba kenapa?"

"anu mba-- eum, mba Jola disuruh pulang sama mas Samuel" katanya berhati-hati, takut menyinggung perasaan Jola.

Jola menggigit bibir bawahnya ragu.

Merasa benar-benar ada yang tidak beres, dia memutuskan untuk menghampiri Samuel.

"Samuelnya dimana ya mba?" tanyanya.

"Di kamar mba" jawab Mba Tintin.

"yaudah saya mau keatas dulu pamit" katanya beralasan.

Mba Tintin hanya mengangguk lalu meninggalkan Jola.

Jola menaiki tangga menuju kamar Samuel.

















Gadis itu mengetuk pintu Samuel kencang.

Tapi yang didalam belum mau membukanya.

"SAMUEL BUKA!" katanya suaranya meninggi hampir berteriak.

"Pulang La" katanya dengan suara paraunya.

"ENGGAK YA. AKU GAK MAU PULANG SEBELUM KAMU BUKA. CEPET BUKA GAK?!" kata Jola sudah berteriak.

"Pulang" sahut Samuel, suaranya masih serak. "Aku capek La, mau istirahat"

"Yaudah aku tungguin" balas Jola tak mau kalah.

"La pulang!" kata Samuel tanpa sadar suaranya meninggi.



Mendengar Samuel yang membentaknya. Jola akhirnya menyerah.

"Yaudah aku pulang, nanti sore aku kesini lagi" katanya. "Istirahat yang cukup, jangan terlalu sedih. Semuanya bakal baik-baik aja"

Jola memutar tubuhnya, sebelum benar-benar pergi. Dia bersuara lagi, "Jola minta maaf kalau Jola punya salah sama Samuel, tapi jangan pergi lagi. Kali ini, kita lewatin semua masalah kita bareng-bareng ya?"


Jola berbalik meninggalkan Kamar Samuel.

Gadis itu menoleh, berharap dikejar tapi pemuda itu sepertinya tidak memiliki niatan untuk mengejarnya.

Ya padahal Jola pengen sih kayak di film-film. Cowoknya keluar, terus nahan si cewe.

Eh terus dia minta si cewenya buat tetap tinggal dan jangan tinggalin dia.

Tapi realita gak seindah ekspektasi.

Sampai masuk taksi, Samuel tidak juga menyusul Jola.

Dengan sedikit kecewa, Jola membiarkan dirinya pulang dengan perasaan penuh khawatir.






















Tanpa Jola ketahui, Samuel sebenarnya memperhatikan Jola dari jendela balkonnya.

Setelah taksi melaju, pemuda itu kembali duduk disisi kasur.

"Sorry La, aku gak ada maksud buat kasar ataupun ketus sama Kamu" katanya merunduk memainkan jarinya. "Kalau menjauh adalah cara terbaik, aku gak apa-apa kamu gak sama aku. Yang penting kamu aman gak ada yang ganggu. Daripada harus sama aku tapi kamu menderita"

























A/n: aelah ribet ih kak sam, nanti mba Jolanya diambil Gema nangis. Minta balikan:"

Bubble Gum Where stories live. Discover now