Chapter 04 | Harus Dipertimbangkan

24.4K 2K 138
                                    

[Visual Indira : Bella Almira (Bellmirs)]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Visual Indira : Bella Almira (Bellmirs)]

Keputusan itu harus dipertimbangkan. Ini menyangkut masa depan. Menyangkut keturunan. Karena mereka adalah orang asing yang tiba-tiba dipertemukan.

🥋🥋🥋

"ABI!" sentak Amalia yang juga sama, tidak menerima apapun tentang perjodohan semenjak kejadian yang menimpa mereka dulu harus terulang lagi. Bukankah Raihan juga mendapat keadilan untuk memilih calon istrinya? Lalu, mengapa Azzam tidak? Padahal, Azzam adalah laki-laki terakhir di keluarga mereka yang belum memikirkan tentang keluarga impiannya. Azzam masih memikirkan kuliah dan juga prestasinya di bidang akademik maupun olahraga bidang beda diri cabang karate.

Dimana Anzar menepati janji mereka untuk tidak menjodohkan keturunan mereka, dulu?

Azzam ikut mengusap bahunya. "Umi, pelanin. Jangan emosi dulu ya." giliran ia menatap Anzar, meminta penjelasan dari semua ini. "Bi, bahkan Kakak belum mau mikirin ini. Kakak masih punya kesibukan di luar sana."

"Itu masalahmu, nak." Anzar menjawab tegas. Kepergian keluarga Danang membuatnya lega, karena sedari tadi ia sadar jika Amalia sudah seperti ingin memakannya hidup-hidup. Padahal, sebelumnya istrinya itu selalu menebar senyum pada keluarga Danang. Terlebih pada Sinta. Mungkin karena mereka sama. Sama-sama wanita.

"Abi mau tahu, bagaimana cara kamu mengatur waktu untuk kuliah, untuk karate dan untuk masa depanmu." Anzar memotong steak pesanannya sebelumnya yang sudah dingin. Meski begitu Anzar tidak ingin ada yang mubadzir.

"Tapi Kakak kan bisa pilih calon sendiri, Bi. Nggak perlu lah, dijodoh-jodohkan begini. Kakak pasti pun banyak yang suka di kampus." Amalia masih mencoba merayu suaminya. Ia berharap Anzar dan Danang mau mencabut perihal perjodohan konyol di area modern seperti sekarang ini. Zaman saja sudah canggih, lalu mengapa tradisi perjodohan masih saja turun temurun sejak dulu?

"Iya, Bi. Azzam masih punya masa depan yang panjang. Berapa umurmu, Dek?" Raihan kini membuka suara. Ia jadi tak tega melihat sang adik yang harus menerima keputusan Abi mereka. Raihan merasa jika Azzam tidak memiliki keadilan disini.

"20, Bang," jawab Azzam.

"Tuh, Bi. Masih 20 kok, masih muda. Masih banyak waktu untuk Azzam memilih sendiri calon istrinya. Allah nggak tidur, Bi. Jika sudah waktunya, Allah akan mengirim jodoh yang baik untuk Azzam." Raihan berusaha membantu Umi dan Azzam. Mereka sama-sama mendukung Azzam untuk memilih calonnya sendiri.

Helaan napas panjang terdengar keluar dari bibir Anzar. Pria itu memandang semuanya tajam. Ia menatap Azzam yang juga sama menatapnya. Mereka sama. Sama-sama keras kepala dan terkadang egois. Hanya saja Azzam terlalu sering nyeleneh dengan segala sikapnya. "Abi kan bilang, Kak. Coba dulu. Kalaupun kamu nggak cocok sama Atthaya, boleh kok ditolak. Tapi harus dirunding dulu bersama Atthaya dan dua keluarga."

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang