Chapter 52 | Tunggu Aku, Indira

20.6K 2.2K 1K
                                    

Selamat sore. Selamat membaca. Vote dulu sebelum baca dan komen setelah membaca yaa. Waktunya deg-degan tahu jawaban di part sebelumnya 😁❤

***

Jangan ragu untuk merindu, karena rasa dari Tuhan memang sesederhana itu.

Jadikan Allah sebagai satu-satunya tempat berkeluh kesah,
Maka kamu akan menuai apa yang kamu minta.

🥋🥋🥋

Indira keluar dari taksi, dengan langkah lunglai ia memasuki rumahnya. Semula, wajahnya yang kusut itu langsung terganti dengan wajah berbinar kala melihat semua orang menunggunya di ruang tamu. Ada Farikha juga disana, anak laki-laki berusia kurang lebih enam bulan itu tengah meminum susunya dengan lahap. Indira menyalami punggung tangan Bunda, Bang Indra dan Mbak Fisya. Mereka memang sudah menunggu kepulangan Indira. Indra pun sempat mengajukan diri untuk menjemput, karena malam-malam begini ia khawatir dengan keselamatan Indira. Indira menolak, karena ia sudah memesan taksi dan jaraknya pun sudah dekat.

Mungkin, beberapa orang lebih baik membatalkan taksi pesanan mereka dan memilih pulang karena dijemput. Katanya, akan lebih irit ongkos untuk keperluan lain. Tetapi, Indira merasa itu salah. Coba bayangkan, pesanan ojek online atau taksi online yang dibatalkan padahal sudah dalam perjalanan. Tidakkah kalian berpikir jika mereka memiliki harapan untuk menerima rezeki meski sedikit?

Indira pernah membaca berita, jika ada tiga perempuan labil yang membatalkan ojek online dengan sengaja. Parahnya, salah satu dari mereka sengaja membuat video aksi pembatalan itu dan disebar ke media sosial. Seperti orang gila, mereka tertawa setelah melakukan aksi tersebut. Benar-benar tak punya hati, pikir Indira. Mereka keterlaluan. Tak adakah dibenak mereka jika ojek online yang mereka pesan yang sedang dalam perjalanan itu sedang membutuhkan uang? Misalnya, istrinya sedang hamil tua dan butuh biaya persalinan. Atau anaknya yang sedang sakit dan butuh biaya berobat. Atau juga, tunggakan listrik di rumah yang semakin menganga. Memikirkan itu, membuat Indira ingin menjejali mereka dengan kaus kaki yang tak dicuci berbulan-bulan.

"Dedek Farikha kok nggak tidur? Udah malem lho, bobok yuk...," ajak Indira, lalu menyium hidung anak kecil yang mirip seperti Bang Indra. Hanya saja mata dan bentuk bibirnya condong ke Mbak Fisya.

"Nggak mau tidur, Dek. Dari tadi muter-muter terus. Makanya dibawa kesini, sekalian nunggu kamu pulang," timpal Mbak Fisya. Kemudian mereka berbincang-bincang sebentar. Tentang apapun. Tentang Bunda yang hari ini memasak tapi kebanyakan garam, tentang Mbak Fisya yang tadi siang terkena serangan gigit oleh Farikha. Tentang Bang Indra yang minggu depan mendapat jatah libur. Mereka merencakan akan berlibur ke Bandung, tempat Eyang Indira dan Indra disana.

"Wahh mau! Indi kangen banget tau sama Eyang. Pokoknya minggu depan harus jadi ya, Bang? Nggak apa-apa deh, lebaran nanti nggak beli baju lebaran, yang penting ke rumah Eyang." Indira memasang wajah menggemaskan. Membuat Indra tak tahan untuk menarik bibirnya hingga berbentuk seperti mulut bebek. "Iya-iyaa.. eh btw tadi ke rumah teman lama? Siapa?"

Alamak! Indira tadi saja langsung ke kamarnya dengan alasan lelah. Tetapi, mau berbohong pun, rasanya Indira tidak bisa. Bang Indra sangat baik padanya. Ia pun menarik napas dalam, lalu mengeluarkannya melalui mulut. "Ke rumah Kak Azzam, Bang. Nggak sengaja ketemu waktu mau kasih-kasih takjil ke anak jalanan," jawabnya, membuat Indra dan Bunda terkaget, sementara Fisya bingung. Siapakah Azzam itu?

"Kamu ke rumah Azzam, Sayang? Kok nggak bilang kalau rumah teman lamamu laki-laki? Tadi saja biar Abang jemput kamu," ucap Bunda, kemudian kembali bersuara. "Dia mengajak kamu ke rumahnya hanya berdua?"

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHWhere stories live. Discover now