Chapter 30 | Bersamanya, Aku Berharap Jodoh

19K 1.9K 153
                                    

Mula-mula raga ini hanya bisa memandangmu dari jauh. Tetapi, entah mengapa jiwa ini bergejolak. Ingin terus melihatmu dari dekat. Sedekat darah dan nadi.

🥋🥋🥋

Allah,
Katanya, jatuh cinta itu indah.
Bisa menatapnya dari dekat kapanpun kita ingin.
Bisa melihat senyumnya yang begitu manis dari segala sudut ruang.
Bisa memeluknya ketika dalam suasana berbeda.

Allah,
Tetapi, mengapa tidak denganku?

Sosok itu begitu jauh...
Sulit untuk aku sentuh...
Sulit untuk aku raih...
Sulit untuk aku peluk..

Dia begitu, istimewa .
Iya, istimewa sebagaimana Engkau menciptakannya dengan begitu indah.

Allah,
Bagaimana cara agar dia tahu perasaanku?
Perasaan yang sudah lama ku pendam sendirian.
Nyatanya, ini sangat sulit bagiku.

Memendam perasaan tanpa diketahui orang.
Memendam keinginan untuk berjumpa
Ingin sekali rasanya aku... memiliki.

Tetapi, Engkau lebih berhak atas diriku.
Jiwa dan raga ini untuk-Mu .
Hidup dan matiku pun aku berserah kepada-Mu.

Allah, bolehkah aku meminta?
Meski sebenarnya diriku bukan manusia yang selalu baik, karena terkadang masih memiliki rasa kesal, membenci, dan juga iri
Aku selalu melakukan kesalahan yang sama, meninggalkan kewajiban yang telah Engkau ajarkan pada Rasulullah saw. untuk umat-nya.

Aku ingin... dia yang jadi jodohku....

Dia yang selalu ingat pada-Mu.
Dan juga, dia yang selalu merindukan-Mu.
Di setiap sudut, aku melihatnya terus memohon pada-Mu.

Allah, izinkan raga ini memilikinya
Meski, aku hanya manusia biasa...

Indira Mahestri.

🥋🥋🥋

Memasuki pertengahan semester, segala tugas semakin menumpuk. Para dosen selalu memberikan tugas entah itu dalam bentuk makalah, atau karya ilmiah formal. Alma menghembuskan napas jengah, kembali menghapus tulisan pada layar laptop dengan meng-klik tombol delete. Lalu, kembali mengarahkan mouse untuk meng-copy paste sebuah gambar dari internet.

"Mbok sing sabar toh, Al. Pegaweanmu orak bakal rampung nek koe ngamuk-ngamuk wae. Wis, nek kesel rampungke sesuk. Mending mangan mie kie, gawenan aku karo si ayu Indira. Dijamin, enak tenan!" (Yang sabar atuh, Al. Pekerjaanmu nggak bakal selesai kalau kamu marah-marah aja. Udah, kalau kesal diselesaikan besok. Mending makan mie sini, buatan aku sama si cantik Indira).

Tari menyodorkan garpu ke hadapan Alma. Mengajak Alma untuk makan mie. Dilihat dari wajahnya saja, Alma sudah tidak sabar untuk membanting laptopnya sendiri. Ia tidak bisa membuat makalah dengan sabar. Biasanya, Alma akan men-copy paste dari internet. Alma hanya akan mengganti beberapa kalimat, dan diganti dengan namanya. Namun, sebulan ini Alma harus banyak bersabar setelah Milka Sensei mengetahui jika Alma tidak benar-benar mengerjakan tugas sendiri.

Untuk itulah, Milka Sensei menyuruh Alma untuk membuat tiga makalah dengan judul berbeda. Intinya, harus yang berbau dengan budaya Jepang. Entah itu jenis makanan khas Jepang, bahasanya, atau bahkan kebiasaan orang Jepang di musim semi. Alma menyerah, ia mengambil garpu dan meraup habis mie instan di mangkuk Tari.

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHWhere stories live. Discover now