Chapter 46 | Almira... OH, GOD!

20.2K 2.3K 442
                                    

Ada beberapa note di bawah setelah chapter ini yang WAJIB kalian baca. 🙂

***

Sudah ku katakan, terlalu dekat denganmu memang sebuah ancaman. Pergilah, jika memang itu yang terbaik. Aku tidak pernah menyalahkan takdir atas pertemuan kita. Bagaimanapun kita setelah ini, maka aku yang paling bersalah. Iya, bersalah karena membiarkan hatiku selalu jatuh di tempat yang sama; kamu.

***

HARI kedua setelah kepergian Almira ke Yogyakarta.

Biasanya, ada Almira yang membawakan makanan ke kamar Azzam sebelum keadaannya dengan Abi Anzar membaik. Almira yang cuek itu berubah menjadi cerewet, hanya untuk nemperingati dirinya agar tidak telat makan. Azzam terkekeh membayangkan wajah jutek Almira yang beberapa bulan ini selalu dihiasi dengan senyuman jika dekat dengannya. Almira sangat cantik, Azzam akui itu. Adiknya itu memang terkenal cuek, dan sedikit galak, akan tetapi Almira tetap mewarisi sifat lemah lembut sang Ummi.

"Kak, sini, makan dulu, yuk!" ajak Ummi, beliau sudah selesai memasak dibantu Alyssa. Kebetulan, Bi Ani sedang pulang kampung. Anaknya jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Sementara Bi Nah, sedang nyuci piring di dapur.

Alyssa mendekati Azzam, mencium pipinya sekali. "Icha buatin kue buat Kakak nih, biar cepat sembuh. Enak lho, kata Ummi. Cobain, gih!" Alyssa mendorong sepiring berisi kue cokelat untuk Azzam. Kue kesukaan Azzam. Azzam mengusap kepala Alyssa dengan lembut, tersenyum selebar mungkin. "Pintar banget sih, kamu. Cita-citanya mau jadi koki, ya?"

Alyssa tertawa kecil. Ia mengangguk semangat. "Iya, dong! Biar Abi, Ummi, Abang Rai, Kak Azzam, sama Kak Mira bisa makan enak terus. Dan yang masak Icha! Oh ya, sama Mbak Cyrra juga. Sama Aira dan Aesya juga dong!" serunya, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.

"Icha.. udah ah, ajak Kakak kesini. Kita makan siang bareng-bareng. Habis ini Ummi mau ke kantor. Abi minta dibawain makan," ucap Ummi Amalia. Alyssa mengangguk. Mendorong kursi roda Azzam mendekati meja makan. Alyssa duduk di samping Ummi. "Kak, mau makan apa?"

Azzam yang baru menelan kue cokelat keduanya menoleh. Melihat isi meja yang penuh dengan nasi, sayur mayur, lauk pauk serta buah-buahan segar. Azzam meneguk ludah, tiba-tiba nafsu makannya meningkat. "Ambilin nasi sama sayur bening aja ya, Dek."

Alyssa segera mengambil dua centong nasi, sayur yang Azzam minta dan sepotong ayam goreng. Azzam kembali mengelus kepalanya sebagai bentuk terima kasih.

"Kak, pimpin doa ya," pinta Ummi. Azzam mengangguk. Mulai mengangkat kedua tangan dan memimpin doa. Ummi dan Alyssa meng-aamin-kan.

Mereka mulai menyantap makanan dengan hening. Meski tanpa Abi Anzar dan Almira, yang membuat dua kursi di meja makan kosong.

Tiga puluh menit kemudian, Ummi berpamitan untuk ke kantor Abi. Abi meminta diantarkan nasi seperti yang sudah-sudah. Azzam menyalimi tangan Ummi, bergantian dengan Alyssa.

"Dirumah baik-baik ya, Kak. Minta tolong Icha aja kalau ada apa-apa. Atau Bi Nah. Ummi nggak akan lama. Sekitar jam tiga sore nanti pulang. Soalnya Ummi juga mau mampir sebentar ke butik Tante Kanaya. Nggak apa-apa, kan?"

"Gak apa-apa, Ummi. Ummi hati-hati di jalan, ya," ujar Azzam. Azzam memejamkan mata ketika Ummi tiba-tiba mencium keningnya. Mengapa menjadi melow seperti ini? Ah, Azzam terlihat lemah beberapa bulan ini. Ia mudah tersentuh. Apalagi jika menyangkut tentang Ummi dan adik-adik perempuannya.

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHWhere stories live. Discover now