Chapter 42 | Titik Terang

18.6K 2.2K 673
                                    

Aku mencintaimu, mengertilah. Dan hanya itu yang harus kamu tahu...

🥋🥋🥋

ALMIRA terlihat malas. Beberapa kali Azzam memergokinya kesana kemari dengan bibir yang terus komat-kamit. Alis Azzam berkerut, memandangi Almira dengan raut wajah bingung. "Dek, kenapa?"

Almira mendongak. Menatap Azzam malas. "Bosan, Kak. Lagian, Kakak ngapain sih nyuruh kita nungguin Kak Atthaya? Mira masih ada tugas tau, ada praktik Asam Basa di sekolah buat besok. Mira bakal presentasi di depan anak-anak. Icha aja tuh, nganggur."

Azzam menghela napas. Ternyata oh ternyata alasannya karena bosan. Azzam mengusap kepala Almira yang ditutupi kerudung instan berwarna navy. "Sabar, kamu tahu sendiri kalau Icha masih polos banget. Tungguin sebentar ya, sampai Atthaya sadar."

"Ih, malas banget," balas Almira, bibirnya mengerucut. Azzam menarik bibir Almira gemas. Membuat adiknya itu meringis kesakitan. Almira melotot. Bibirnya terasa perih sekali. "Isss, kan! Dibantuin malah kayak gitu! Udah ah, tuh Icha aja yang nungguin. Mira mau turun!" gadis itu segera berlari dan menutup pintu. Berteriak memanggil Alyssa yang sedang menonton film di ruang tamu.

"Cha, temenin Kakak tuh di kamar Mbak Cyrra. Lagi nungguin Kak Atthaya."

Kening Alyssa berkerut. "Kan tadi yang disuruh Kak Mira..."

"Ishh, udah sana! Kakak nggak mau nemenin nenek sihir itu!" Almira mendorong tubuh Alyssa untuk segera menaiki tangga. "Bilangin ya sama Kak Azzam, jangan mau berduaan sama nenek sihir itu!"

Alyssa menggelengkan kepalanya, heran dengan sikap Almira. Padahal, Kak Atthaya tidak pernah berbuat jahat pada mereka. Alyssa mengangguk, lalu menaiki tangga dengan hati-hati.

Di dalam kamar, Azzam hanya bisa terdiam. Ini salahnya. Salahnya membiarkan seseorang patah hati begitu dalam. Atthaya pasti sangat membencinya sekarang.

"Kak... Ini Icha," ucap Alyssa di depan pintu. Tangannya mengetuk pintu tiga kali. Lalu, terdengar suara Azzam menyuruhnya masuk saja karena pintu tidak dikunci. Alyssa mendekati Azzam, duduk di samping sang Kakak. "Kak Atthaya sakit apa, Kak?" tanyanya, gadis itu segera menghampiri Atthaya yang sedang berbaring lemah di atas ranjang. Wajahnya pucat, meski tidak sepucat sebelumnya. Ada kain yang dibiarkan tinggal di dahinya. Mungkin kain untuk kompres.

Azzam terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Jika memberi tahu, maka ia akan merasa sangat jahat sekali. Jika sebaliknya, maka Azzam akan berbohong.

"Hmm, Kak Atthaya sakit-"

"Eh, Kak. Kak Atthaya melek nih," potong Alyssa cepat. Segera mengambil air minum di atas nakas. Menyodorkannya ke bibir pucat Atthaya. Atthaya memperhatikan sekitar. Nuansa kamar berwarna merah muda. Dan yang jelas, ini bukan kamarnya. Atthaya merasa sangat pusing sekali saat melihat lampu. Tangannya mencengkram kepalanya yang terasa pusing.

"Kak, Kakak udah bangun?" Atthaya segera menoleh, suara mungil itu berasal dari Alyssa, adik Azzam. Tunggu.

Atthaya kembali memperhatikan sekitar. Jantungnya berdebar tidak karuan saat melihat Azzam menatapnya tajam. Tatapan itu seolah menghunusnya. Tepat di jantung sehingga Atthaya kembali memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu.

Tak bisa dipungkiri, rasa sesak itu kembali hadir. Air matanya tiba-tiba mengalir. Alyssa dibuat bingung saat Atthaya menangis. Gadis cilik itu mengambil tisu, memberikannya pada Atthaya bersama tempat-tempatnya agar Atthaya puas!

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHWhere stories live. Discover now