Chapter 47 | Jogja dan Almira

17.2K 2.1K 447
                                    

Bagian Empat Puluh Tujuh

Jatuh cinta itu pilihan hati. Tetapi, yang menentukan kebahagiaan adalah diri sendiri.

***

Ada perasaan sesak ketika Azzam kembali teringat jika beberapa bulan kemarin hanya Almira yang sangat peduli padanya. Membawakan makanan ke kamarnya, menceritakan kegiatannya di sekolah, dan juga niat mulia sang adik kelak jika ia akan menjadi seorang fotografer berhijab. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, mana yang terbaik untuk umat-Nya. Azzam menunggu pintu ruang rawat Almira terbuka. Dengan diiringi tangisan Ummi Amalia, Azzam menahan untuk tidak menitikkan air mata. Meski jaraknya dengan Almira kisaran tiga tahun, namun tidak mengurangi rasa empatinya jika Almira tetaplah ia anggap sebagai adik kecil. Sama seperti Alyssa. Mereka adalah perempuan yang harus Azzam jaga kehormatannya hingga suatu saat mereka menemukan jodoh masing-masing.

"Mira Bi..., Mira kecelakaan..., Mira kesakitan di dalam sana..., kalau tahu akan seperti ini, Ummi tidak akan mengizinkan Mira pergi tour ke Jogja. Biarlah Mira kita yang antar ke Universitas yang ada di Jakarta..., hiks...," Ummi menangis sesenggukan. Suaranya bahkan sudah habis karena menangis terlalu lama. Bayangkan, dari Jakarta sampai Jogja, Ummi masih terus menangis meski terkadang berhenti untuk tertidur. Azzam tidak tega melibatnya. Abi Anzar terlihat frustasi menenangkan Ummi. Beliau hanya bisa memeluk Ummi dan mengatakan jika Almira akan baik-baik saja.

Alyssa tak jauh berbeda. Gadis itu menangis sambil terduduk tak jauh dari Azzam. Alyssa merasakan sesak. Padahal, baru beberapa hari kemarin Almira mengatakan jika saat nanti ia berulang tahun, ia ingin diberikan hadiah berupa sebuah kamera untuk menyalurkan hobinya lebih jauh. Meskipun sekarang Almira memiliki kamera, namun kualitasnya tentu saja sudah ketinggalan jauh karena itu kamera milik Abinya dulu.

Lalu, rencana mereka berdua untuk memberikan hadiah untuk Almira pun akan batal. Hadiah ulang tahun ke tujuh belas Almira tidak akan pernah dirayakan.

Apakah ada yang lebih menyakitkan dari itu?

"Kak, Kak Mira nggak apa-apa kan? Kak Mira pasti baik-baik aja kan?" Alyssa bertanya sendu, ait matanya masih bercucuran meski matanya sudah memerah bengkak. Alyssa terlihat sama seperti Ummi.

Azzam meraih pergelangan tangan Alyssa. Lalu, berucap, "Kita berdoa aja ya, semoga Allah memberikan petunjuk yang terbaik."

Hanya mengangguk, kemudian suasana menjadi hening. Hanya suara isak tangis yang keluar. Azzam memperhatikan Abi, yang tak hentinya mengusap wajah frustasi. Lalu, Ummi, yang masih saja menangis dalam pelukan Abi. Terakhir Alyssa, yang mana harus merasa tertekan karena kejadian ini. Mereka semua bersedih. Tetapi satu hal yang membuat Azzam tak akan melupakan kejadian ini.

Ia tidak bisa berbuat apa-apa dengan posisi kaki di atas kursi roda.

***

Raihan meninggalkan Cyrra bersama dua kembarnya dengan terpaksa. Ia mendapatkan kabar jika adiknya, Almira, kecelakaan ketika sedang melakukan kunjungan wisata ke Tebing Breksi, Dieng, Wonosoba sebelum perjalanan dilanjutkan ke Yogyakarta. Almira tertabrak mobil ketika sedang mendaki karena mobil gunung remnya blong. Tubuhnya terpental jauh. Dan yang paling parahnya lagi, Almira jatuh dari ketinggian tebing. Raihan tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan adiknya, tetapi ia senantiasa berdoa pada Allah agar Almira baik-baik saja dalam perlindungan Allah Swt.

Tadinya, ia sedang di rumah sakit ketika mendapat telepon dari Ummi dan kabar duka ini. Ia pun pulang terlebih dahulu untuk berpamitan pada Cyrra, dan dua anak kembarnya, Aira dan Aesya. Padahal, keadaan keduanya sedang tidak membaik akhir-akhir ini. Tetapi, Cyrra memahami jika Almira pasti juga butuh doa dan semangat dari orang-orang terdekat. Meski tak rela ditinggal, Cyrra tetap berusaha ikhlas. Ia memohon maaf pada Ummi jika tidak bisa menyusul karena keadaan Aira dan Aesya yang tidak bisa ditinggal. Ummi Amalia memahami dan mendoakan yang terbaik untuk cucu kembarnya.

Hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam, Raihan sudah sampai di Bandara. Ia segera memesan taksi online dan menuju rumah sakit dimana Almira dirawat. Tentunya kejadian ini merupakan kejadian berbahaya. Pihak sekolah dan travel harusnya bertanggung jawab dengan kondisi keselamatan Almira. Apalagi, bagi pelaku. Raihan akan meminta keadilan untuk adiknya. Siapapun orangnya, apapun jabatannya, keadilan harus tetap dijalankan. Khusunya di negeri ini.

Insya Allah, kamu baik-baik aja Mira. Aamiin.

***

Anzar dimintai ke ruangan dokter yag merasa Almira. Tentunya ada yang akan disampaikan mengenai kondisi putrinya. Anzar menitipkan Amalia yang tertidur pulas, mungkin kelelahan sehabis menangis, sebentar pada Azzam dan Alyssa. Ia mengikuti langkah dokter Freddy, ke ruangannya. Ia tidak berpikiran macam-macam awalmya. Namun, ajakan dokter Freddy menuju ruangannya tentunya ada hal yang sangat penting.

"Sebelumnya, saya sebagai dokter di rumah sakit ini meminta maaf, Pak, karena ada hal yang sangat-sangat mungkin membuat anda dan keluarga terpukul. Tapi, alangkah lebih tidak sopan lagi jika saya tidak menyampaikan ini." dr. Freddy menghembuskan napas perlahan. Ini selalu jadi bagian yang paling membuat hatinya tersayat; yakni memberikankabar duka bagi keluarga pasiennya.

"Ada apa dengan putri saya, Dok? Almira baik-baik saja kan?" Anzar tahu, saat ia menitikkan air mata saat itu, ia sudah gagal menjadi seorang Ayah. Ayah yang seharusnya melindungi anak-anaknya, justru sebaliknya. Apakah ia pantas disebut Ayah?

"Almira mengalami kecelakaan dan benturan yang sangat keras di bagian kepala dan kakinya. Benturan ini membuat pendarahan di otaknya, Pak. Almira...," suara dokter Freddy tertahan. Ia kehabisan suara.

Sementara Anzar membeku. Ada apa ini, Allah?

"Almira divonis lumpuh, Pak. Kami pihak rumah sakit meminta maaf..."

Air mata Anzar luruh, ia tidak lagi mendengarkan suara dr. Freddy. Ia melangkah keluar ruangan dr. Freddy dengan lunglai. Ia terjatuh di depan pintu. Sebagai seorang Ayah, Anzar merasakan sakit luar biasa. Allah, sungguh kuasa-Mu tak terduga. Anzar kemudian berlari, selain hatinya uang sakit, pastilah Amalia sekarang membutuhkan dirinya. Amalia pasti akan sangat kecewa mendengar kabat ini.

Disisi lain, Azzam masih menjaga Ummi yang tertidur. Mesk tidurnya tidak tidak terlihat nyaman, tetapi lebih baik daripada melihat wanita yang ia cintai menangis.

"Abi, bagaimana keadaan Mira?" Azzma bertanya ketika Abinya datang. Matanya memerah. Azzam merasakan firasat buruk. Apakah tentang Almira?

"Kak...," Abi mendekatinya, memeluknya dan membisikkan sesuatu. Alangkah terkejutnya Azzam, tak terasa ia juga ikut menjatuhkan air mata. Mereka menangis bersama. Juga bersama Alyssa yang diam-diam mendengarkan.

Almira lumpuh, itu adalah fakta yang dapat Alyssa dengar. Kakaknya jatuh sakit dan ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Alyssa menunduk, mengamati lantai rumah sakit dengan perasaan campur adik. Sakit hati, kecewa dan juga putus asa.

Apakah Allah sekejam ini pada keluarganya?

***

BACA! WAJIB!

Assalamualaikum semuanya💙 Alhamdulillah bisa menyapa lagi. Kalian rindu SAUF? KOMEN DISINI!

Eeeeeemmm, sejujurnya nggak rela Mira lumpuh, tapi inilah konflik di cerita Mira nanti... Ar harap kalian nggak bosan dengan konflik yang itu itu saja, makanya Ar akan buat setiap cerita punya konflik berbeda. Bagaimana?❤

Doain yaah, insyaallah april ini SAUF selesai... Aamiin💕💕💕

Doain yaah😊

Oh yaah, Ar ada rencana ngadain Give Away dalam rangka 1 tahun ACA SQUAD tgl 2 Mei! Sama perayaan 5jt pembaca ACA 😝❤❤❤ gimana? Ada yang mau ikutan GIVE AWAY NYAA? rencana sihh, hadiahnya novel gituuu. Kalau mau komen disini💛💛💛

Udah ah gitu aja, Ar masih ada di sekolah. Lapar. Mau makan,😂

Sampai jumpa chapter selanjutnya... Insyaallah Indira akan hadir.😊😝

LOVE,
ARTHAR PUSPITA

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHWhere stories live. Discover now