FINAL EXTRA PART

15.4K 940 30
                                    

Dua tahun kemudian.

Hari ini, Indira wisuda. Sesuatu yang ia tunggu-tunggu sejak lama. Setelah berpusing-pusing ria mengerjakan skripsi dan sidang, akhirnya ia wisuda. Indira mematut dirinya di depan cermin, kebiasaan yang kini menjadi hal menyenangkan baginya. Indira mengusap perutnya. Perutnya sudah buncit. Ya, Indira dinyatakan hamil setelah dua tahun menikah dengan Azzam. Kini, usia kandungannya menginjak lima bulan. Sudah memasuki trimester kedua. Indira ngidam? Ya, tentu saja. Ia menginginkan mangga muda dan Azzam harus mencarinya malam-malam. Memang merepotkan, tetapi suaminya itu sama sekali tidak mengeluh. Saat pulang, Indira senang ketika Azzam benar-benar mencarikannya mangga muda. Akhirnya, malam itu Indira membuat rujak dadakan dengan ditemani Azzam yang kelelahan karena seharian juga bekerja. Indira ingat, saat itu ia sedang hamil dua bulan.

“Sayang, ayo. Jadi berangkat kan? Kok belum ganti baju?” Azzam, suaminya itu menggelengkan kepala. Semenjak mengandung, Indira agak sedikit malas. Apakah itu pertanda jika anaknya laki-laki? Azzam akan bersyukur apapun jenis kelamin buah hatinya. Yang terpenting adalah Indira sehat dan bayi mereka selamat sampai persalinan.

“Pengennya sih di rumah aja, A. Tapi, nanti nggak jadi wisuda dong?” Indira mengerjap, ia memeluk Azzam membuat Azzam hampir saja terjengkang karena perlakuan Indira yang tiba-tiba itu. Azzam terkekeh. Sifat manja Indira semakin menjadi-jadi setelah hamil. Ia membalas pelukan istrinya. Mengecup kening Indira dan juga pipi gembulnya bergantian. “Tinggal ganti aja kan? Tuh, bajunya juga udah disiapin. Nggak usah dandan, kamu udah cantik buat aku,” ucapnya, membuat Indira tersipu malu.

“Makasih yah, A. Udah bantuin aku ngerjain skripsi. Aku nggak tau kalau nggak ada kamu, pasti sampai sekarang aku masih stuck disana. Pokoknya makasih,” ucap Indira tulus. Azzam tentu saja mengangguk. Ia ingat, Indira marah-marah karena tugas skripsinya tak kunjung selesai. Apalagi, Indira yang sedang hamil membuatnya tidak tega. Ia pun berniat membantu, meski pada saat itu keadaannya juga sama lelahnya setelah seharian bekerja banting tulang mencari nafkah.

“Sudah tugasku membantumu saat kamu kesulitan, Sayang,” jawab Azzam, terdengar lembut di telinga Indira.

“Yasudah, kamu jadi berangkat kan? Ganti baju dulu, habis itu ke kampus. Setelah ini kan, kamu bisa bebas di rumah aja sampai persalinan,” ujar Azzam. Azzam memang tak pernah memaksa sebagai seorang suami. Indira pernah berkata jika ia tidak mau bekerja meski ia sudah mendapat gelar sarjana hingga ia benar-benar melahirkan. Indira mengatakan sendiri bahwa dirinya yang akan merawat dan menjaga buat hati mereka kelak. Indira tidak mau dibantu oleh baby sitter. Azzam tidak masalah. Toh, gajinya sudah lebih dari cukup sekarang. Ia juga sudah ditempatkan di kantor. Malah, kini mereka sudah tinggal di rumah pribadi. Azzam juga sudah mulai menabung untuk membeli mobil, agar Indira tak lagi bersusah payah berusaha naik ke atas motornya. Alasan lainnya, agar saat mereka jalan-jalan bersama bayi mereka nanti, Indira dan bayi mereka merasa nyaman.

“Yaudah, aku ganti dulu ya," tukas Indira, mengambil kebaya untuk wisudanya hari ini. Azzam menahan lengan Indira yang hendak ke walk in closet. “Gimana kalau gantinya disini aja? Atau, aku gantiin?”

Indira tercengang. Ia cepat-cepat masuk ke dalam walk in closet. Meninggalkan Azzam yang terus menggodanya dari luar.

“Mas Azzam! Ihhhhh!” teriak Indira, membuat Azzam terpingkal.

🥋🥋🥋

“Selamat wisuda, Sayang. Semoga ilmu yang kamu dapat menjadi berkah,” seru Azzam saat Indira sudah turun dari panggung. Ia memberikan sebuket bunga mawar dan juga boneka beruang cokelat berukuran sedang. “Habis ini, kita syukuran ya ke Panti?” usul Azzam yang tentu saja diangguki oleh Indira. Mereka tentu saja menjadi sorotan pagi itu, karena banyak dari mereka yang tak menyangka jika Azzam malah menikah dengan Indira. Bukan Atthaya dua tahun lalu. Padahal, sudah sebagian besar dari mereka menerima undangan atas nama Azzam dan Atthaya.

“Iya, Mas. Aku juga kangen banget sama anak-anak Panti. Mau tahu kabar mereka,” jawab Indira.

Banyak yang memberikan ucapan selamat padanya. Termasuk Alma dan juga Tari. Akhirnya, mereka lulus bersama setelah empat tahun mengejar ilmu disini. Alma sekarang sudah langsing, tubuhnya tak lagi gendut seperti awal kuliah karena Alma mengikuti panduan diet sehat yang Indira tawarkan beberapa tahun lalu. Tari? Jangan tanyakan, sahabatnya yang satu itu kini sudah memiliki suami. Bahkan, rencananya Tari juga akan mengejar S2 di London bersama suaminya.

Ada Fatih dan Atthaya juga yang menyempatkan hadir disini. Mereka sudah memiliki seorang anak perempuan. Ternyata, saat Indira bertemu dengan Atthaya di rumah Azzam saat berbuka puasa bersama dua tahun silam, Atthaya dinyatakan hamil. Mereka mengajak Mariska—putri mereka yang menginjak satu tahun lebih. Mariska berada di gendongan Atthaya. Gadis cilik itu terlihat cantik dengan gaun princess Elsa. Membuat Indira gemas sendiri dan menhujaninya dengan ciuman sayang.

“Selamat ya, Indira. Akhirnya wisuda juga. Malah, mau jadi Ibu nih beberapa bulan lagi,” ucap Atthaya. Kini, wanita itu sudah lebih dewasa dari yang terakhir kali Indira bertemu. Mungkin, karena faktor usia juga. Semakin bertambahnya umur, membuat seseorang semakin dewasa kan?

Indira mengangguk. “Makasih ya, Mbak. Mbak Atthaya sama Mas Fatih sudah menyempatkan hadir. Apalagi bawa Mariska. Makasih juga lho bunganya,” ungkap Indira, sangat senang. Ia mendapat banyak bunga dan hadiah.

Bunda, Bang Indra, Mbak Fisya, dan Farikha juga hadir. Ada Umi Amalia dan Alyssa juga. Abi Anzar sudah mengirim pesan pada suaminya, jika beliau tidak bisa hadir karena ada acara. Almira pun tidak mungkin kemari karena kondisinya. Pagi itu Indira begitu mensyukuri nikmat dari Allah. Ternyata, banyak sekali yang sayang dan peduli padanya.

Azzam menggenggam tangannya. Menyalurkan kehangatan dari sana. Indira menatap suaminya itu tanpa kata. Mereka saling menatap, saling mengungkapkan rasa tanpa kata.

Indira percaya, bahwa Allah tidak tidur. Allah mengabulkan doanya dulu, saat ia berharap Azzam menjadi jodohnya. Dan terbukti, Allah memang begitu baik. Allah mengirimkan Azzam untuk berjodoh dengannya. Ternyata, Indira baru menyadari. Jika pertemuannya dengan Azzam di Fakultas Sastra Jepang saat itu adalah petunjuk.

Allah ingin, Indira dan Azzam sama-sama memperbaiki diri terlebih dahulu sebelum bersatu. Allah ingin, mereka sama-sama intropeksi untuk lebih dewasa sebelum bersatu.

Allah ingin, menyatukan mereka di waktu yang tepat. Tentunya untuk membangun cinta suci. Cinta yang hakiki.

“Aku mencintaimu, istriku,” bisik Azzam, lalu menggandeng lengannya untuk segera pulang.

***

Yang kangen Azzam & Indira mana?
Wkwwk

Jadi, mereka dikarunia 2 anak yaa
Aufar Hamdana Nugraha
Jasmin Aulia Nugraha

Semoga extra part ini mengurangi rasa rindu kalian yaaa..

Terimakasih untuk 700K pembaca 🐛💚

Love u all..

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHWhere stories live. Discover now