Chapter 25 | Tiga Hati Dua Cinta

16.8K 1.9K 325
                                    

Jika kamu memilihnya sebagai pasangan, maka pilih salah satu diantara kami. Jangan biarkan hati kami berlarut-larut dalam perasaan rindu yang tak tertuju.

🥋🥋🥋

INDIRA memang nekat. Baru kali ini ia pergi sendirian, apalagi mengunjungi seseorang di rumah sakit. Kepalanya terasa pusing akibat terlalu lama berdiri di bawah terik sinar matahari. Bukan tanpa alasan Indira berdiri disana, ia masih bingung mau melanjutkan masuk ke rumah sakit, atau lebih baik pulang saja dan tidak akan pernah memikirkan Azzam lagi.

"Maaf dong, Mbak. Jangan di jalan. Mbak menghalangi jalan orang-orang yang lewat sini!" ujar seorang wanita berbadan gempal. Kebetulan, ia hendak masuk lobi bersama kedua anaknya. Namun, terhalang oleh seseorang gadis yang tak lain adalah Indira.

"Mm maaf, Bu. Maaf. Silahkan lewat." Indira menghembuskan napas. Ia begitu gugup sejak mendapat balasan dari Fatih jika Azzam di rawat disini.

"Ya Allah, Indira harus gimana sekarang?" Indira mencengkram ponselnya kuat-kuat. Masih bingung dengan keputusan yang akan ia ambil. Tetapi rasanya akan sangat aneh jika ia pulang. Apalagi, Fatih sudah tahu jika ia akan datang.

"Yaudah deh, masuk aja," putusnya. Indira mengambil napas dalam-dalam. Menyusuri lobi, lalu lorong-lorong rumah sakit yang ramai. Mungkin, itu juga alasan mengapa rumah sakit ini membuka cabang dimana-mana. Untuk menampung padatnya penduduk di tiap tempat. Agar rumah sakit tak terlalu penuh dan para pasien bisa mendapatkan pelayanan yang seharusnya.

Indira menggunakan lift untuk bisa sampai di ruang Anggrek. Sempat kesal karena harus berdesak-desakan. Bukan, bukan itu sebenarnya. Melainkan karena yang menabraknya sejak tadi adalah laki-laki. Indira menghela napas, berusaha menetralkan emosinya.

Indira, emang lo udah dimana? Gak nyasar, kan?

Pesan dari Fatih membuat Indira begitu yakin kedatangannya ditunggu. Pasalnya, sudah satu jam berlalu namun Indira belum datang. Bisa dibayangkan berapa lama ia berdiri di depan lobi.

Alhamdulillah enggak kok, Kak. Ini udah mau sampai.

Indira memasukkan ponselnya ke dalam tas ransel yang ia bawa. Ia tidak pulang terlebih dahulu untuk sekedar mengganti baju. Ia begitu cemas, dengan kondisi Azzam. Ia ingin melihat sebentar dan berpamitan. Baginya itu sudah cukup lebih dari apapun.

Ketika tiba di ruang Anggrek, No. 30, Indira mengirimkan pesan pada Fatih jika ia sudah sampai. Tak lama, Fatih membukakan pintu. Keduanya tersenyum canggung. Pasalnya ini pertama kalinya mereka bertemu. Fatih tidak kenal Indira sama sekali. Ia baru tahu jika Indira adalah junior di kampus. Itupun hanya sedikit yang Kafka tahu dan diinformasikan padanya.

"Assalamualaikum, Kak. Maaf mengganggu waktunya. Ini, aku bawa buah-buahan buat Senpai," ucap Indira sambil memperlihatkan keranjang buah yang ia beli sebelum kesini. Fatih memicingkan matanya, heran. Atthaya saja tidak memberikan apapun meskipun hanya sekedar buah.

Apakah Indira orang yang spesial untuk Azzam? Pikirnya mulai kemana-mana.

"Yaudah, masuk aja. Kebetulan Azzam udah sadar kok. Lagi makan," ujar Fatih lalu membuka pintu lebar-lebar. Mempersilahkan Indira untuk masuk ke dalam.

Memang benar, Azzam sudah sadar. Meski kesusahan dalam bergerak, Azzam harus makan dan segera minum obat untuk meredakan rasa sakitnya. Indira membatu melihat jika Atthaya juga ada disana. Tengah menyuapi Azzam meskipun Azzam terkesan tidak mau, karena beberapa kali laki-laki itu melengos.

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang