Chapter 27 | Atthaya's Job

17.6K 1.8K 290
                                    

Mari ceritakan apa kesalahanku, sehingga kalian semua membenciku.

🥋🥋🥋

MATANYA terasa sangat berat ketika dibuka. Atthaya ingat, ia masih kurang tidur setelah seharian kemarin menunggu Azzam di rumah sakit. Kepalanya terasa sangat pusing. Untuk itu, ia segera ke kamar mandi, membersihkan diri dan langsung berganti pakaian. Atthaya membiarkan rambutnya yang basah tergerai lurus berwarna hitam dan terdapat beberapa helai di ujungnya berwarna merah-hasil cat bulan lalu.

Ia menuruni undakan tangga, tujuannya yakni ke ruang makan. Ia harus minum obat pereda sakit kepala, lalu meminum beberapa vitamin dan suplemen agar tubuhnya tetap langsing. Sebagai model, Atthaya harus menjaga pola makannya agar tidak gendut. Itu sudah kontrak yang ia sepakati dengan pihak agensi tempat ia bekerja.

"Sayang, sudah bangun?" Sinta-Mama Atthaya yang sedang melihat-lihat majalah fashion terbaru menyapa. Atthaya mendekat, mencium pipi Sinta seperti biasa. "Iya nih, Ma. Baru bangun. Capek banget rasanya," ucapnya, jujur.

Sinta mengangguk mengerti. Ia mengusap rambut halus Atthaya dengan begitu sayang. "Mama ngerti. Gimana keadaan Azzam? Udah mendingan?"

Kini, giliran Atthaya yang mengangguk. "Alhamdulillah, Ma. Sedikit-sedikit udah bisa gerak meskipun kakinya belum, masih sakit katanya. Dokter juga bilang kalau sekitar tiga harian lagi baru diturunin tuh perbannya. Atthaya kasihan deh, Ma, sama Azzam. Kan dia jadi telat wisuda."

"Lho kenapa telat? Bukannya seharunya tahun ini bareng sama kamu?" Sinta bertanya heran.

"Kaki Azzam patah, Ma. Azzam gak mau maksain kakinya untuk bisa berjalan. Azzam sendiri yang memutuskan untuk mengambil jatah wisudah tahun depan. Jadinya, Azzam telat setahun dari aku."

Sinta lalu menutup majalah yang ia baca. "Apa sebegitu parahnya Azzam, Sayang? Mama belum bisa jenguk, kata Papa biar jengulnya barengan aja. Mungkin besok Mama sama Papa akan jenguk calon suamimu."

"Ih, Mama!" Atthaya berteriak, malu. Sinta bahkan tertawa melihat rona kemerahan di pipi Atthaya. Putrinya itu benar-benar sudah dibuat jatuh cinta dengan Azzam.

"Lho, Mama benar kan? Azzam itu calon suami kamu. Calon mantu Mama sama Papa."

"Ih, Mama jangan gitu! Atthaya malu tau," ucap Atthaya, menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Berharap Sinta berhenti menggodanya. "Udah ah, Atthaya mau sarapan. Soalnya mau ada pemotretan di Bandung, tempat kemarin belum selesai." Atthaya segera berdiri, berlari menuju meja makan dan segera mengambil dua lembar roti yang ia selipkan selai cokelat. Lalu, melahapnya pelan-pelan karena takut tersedak.

"Oh ya? Kayaknya Mas Seno suka sama kerja kamu. Makanya dia kontrak kamu sampai sekarang. Padahal, dulu dia itu terkenal banget milih-milih orang buat kerja sama. Bagus deh, semoga kamu betah sama kerjaan kamu yang sekarang. Hitung-hitung buat sampingan kamu kuliah," ujar Sinta, ia begitu bangga dengan putri semata wayangnya. "Mau Mama antar? Kebetulan Mama gak ada jadwal apa-apa selain ke salon nanti sore."

Atthaya menggelengkan kepala. "Gak usah, Ma. Mama ke salon aja, ya. Lagian cuma di Bandung. Aku berangkat sama Mbak Mona aja. Mungkin pulangnya agak malam, pokoknya nanti aku kabarin, ya. Mama jangan cemas," ucap Atthaya, lalu mencium pipi Sinta lagi. "Yaudah, aku ke atas dulu, ya. Mau siap-siap."

"Yaudah, nanti biar Mama yang telepon Mona, ya!" teriak Sinta, Atthaya balas berteriak dari lantai dua. "Iya, Ma!"

🥋🥋🥋

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHDonde viven las historias. Descúbrelo ahora