Chaptet 29 | Calon Istri (2)

18.5K 1.9K 229
                                    

Udah siap baca? Mohon untuk terus menunggu, meskipun menunggu memang hal yang membosankan. Kalian harus paham, jika menunggu cerita ini, itu artinya kalian bersedia menjadi saksi cerita cinta Azzam, Indira juga Atthaya. Apa kalian mau? Karena sejatinya menunggu akan menciptakan sesuatu yang manis. Percayalah :)

Makasih untuk yang selalu menunggu ^_^

Selamat membaca, kesayangan ♥

***

Kepulangannya disambut oleh tangisan manja Alyssa. Adiknya itu memang sedikit nakal. Meski tidak nakal yang acapkali ia artikan. Alyssa memaksa pulang di jam istirahat pertama. Ketika bel berbunyi tanda masuk kelas, Alyssa menelepon Pak Jaya untuk menjemputnya di sekolah. Alyssa berhambur memeluk sang Kakak. Tangisnya pecah melihat keadaan Azzam yang seperti itu. "Kakak..."

Azzam terkekeh mendapat pelukan hangat itu. Ia balas memeluk Alyssa meski hanya bisa duduk di kursi roda. Mengusap punggung ringkih adiknya. "Assalamualaikum adik Kakak yang satu ini, tumben nih meluk duluan? Biasanya harus disogok cokelat dulu?"

Anzar meminta Alyssa sebaiknya untuk berganti pakaian dulu. Lalu, mengatakan jika lain kali jangan sampai membolos lagi. Alyssa cemberut. Ia tidak membalas ucapan Anzar dan memilih terus memeluk Azzam hingga Amalia memintanya untuk duduk saja di sofa depan TV. Amalia mendorong kursi roda Azzam kesana dan membiarkan mereka berdua mengobrol. Sementara Amalia menuju dapur, membuatkan kopi untuk Anzar yang sudah masuk ke ruang kerja di dekat tangga.

"Ih, masa mau meluk nggak boleh? Icha kangen tau sama Kakak. Dua minggu nggak ada Kakak, nggak seru. Nggak ada yang godain. Rumah ini jadi sepi banget. Kak Mira jutek banget, nggak kayak Abang yang suka nggodain Icha," ucap Alyssa. Jika diibaratkan, Alyssa seperti anak kecil yang mengadu pada Ayahnya ketika Ayahnya pulang bekerja.

"Ululuhhhh, cini peyukkk manjaaaah!" Azzam merentangkan kedua tangannya, bersiap memeluk Alyssa. Alyssa tak tinggal diam, ia ikut memeluk Azzam begitu erat. Ia begitu merindukan sang Kakak. "Kakak harus cepat sembuh, ya. Nggak tega liatnya kalau duduk di kursi roda."

"Mau janji apa kalau Kakak cepat sembuh?" Azzam bertanya. Dalam hati ia tersenyum geli mendapati raut wajah Alyssa yang nampak berpikir.

"Icha mau deh dicium sama Kak Azzam terus. Nggak bakal nolak kayak biasanya," jawab Alyssa begitu polos. Azzam terkekeh. "Emangnya benar mau begitu? Janji?"

"Janji!" Alyssa mengecup pipi Azzam sekilas. Lalu, memeluknya lagi. "Icha sayang banget sama Kakak, meskipun Kakak banyak jailnya daripada Abang Rai."

"Kakak juga sayang banget sama Icha," jawab Azzam. Ia tersenyum, hatinya berdebar. Merasakan momen langka seperti ini bersama Alyssa. Ia mencubit pipi Alyssa kencang, hingga Alyssa mengerang kesakitan. "Ih, Kakak! Pipi Icha merah, kan jadinya. Ihhh! Bilangin Umi, nih!"

"Yah ngadu, kalau gitu biarin Kakak nggak sembuh-sembuh." Alyssa menggeleng, ia tidak ingin Kakaknya tidak kunjung sembuh. Ia pun mencubit pipinya lagi, meski tidak sekencang Azzam mencubitnya. "Nih-nih, Icha cubit lagi. Pokonya Kakak harus cepat sembuh, ya!"

Coba katakan, bagaimana Azzam bisa menahan tawanya mendengar ucapan Alyssa, adik bungsunya?

🥋🥋🥋

Suasana malam hari di kediaman Nugraha begitu ramai. Azzam duduk di kursi rodanya menghadap ke arah pintu. Jaraknya sekitar dua meter. Sekarang, sedang ada pengajian 40 hari untuk almarhum Oppa Arfan. Anzar memang menyepakati jika untuk pengajuan akan diselenggarakan dirumahnya saja. Nanti saat 1000 hari, akan bergantian di rumah Rahma dan Fathan.

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHWhere stories live. Discover now