32. sepi

88 11 12
                                    

Gue sedih banget, bukan sedih yang pengen nangis lalu ngurung diri sendiri di kamar sih, tapi sedih karena kosan mendadak sepi. Tyas sama Bila yang biasanya ricuh di ruang tengah sekarang lebih sering menghabiskan waktu di kamar masing-masing buat ngerjain tugas. Kak Irin juga akhir-akhir ini lebih sering lembur, dan kalau weekend waktunya dipakai buat pacaran sama Jefry. Bukannya gue gabut, sih, tapi kadang kalau udah selesai ngapa-ngapain dan nggak ada kerjaan jadi bingung mau ngajakin ngobrol yang mana. Daffa yang notabenenya sekelas sama Tyas dan Bila juga makin jarang muncul tiba-tiba di kosan saking sibuknya kuliah tingkat tiga.

Sebenernya kalau sekadar mau cari hiburan gue bisa aja main sendiri, tapi rasa-rasanya gue butuh temen ngobrol karena beberapa hari belakangan sering begadang sebab nggak bisa tidur. Ya, mungkin seharusnya gue membiasakan diri aja alih-alih ngeluh karena ini dan itu.

Untungnya hari ini gue nggak perlu ngerasa sepi lagi karena temen-temennya Tyas sama Bila termasuk Nanda, Adli, sama Daffa nugasnya di kosan.

"Ini kagak ada yang mau gofood apa gitu? Dari siang belom pada makan emang kagak laper kalian?" tanya Nanda sambil naruh laptopnya dengan brutal.

"Laper, lah!" sahut Daffa semangat lalu menoleh ke gue yang dari tadi ditahan jadi divisi konsumsi bagian cemilan. "Kamu laper juga kan, yang?"

YANG MANA LANGSUNG DITOYOR KEPALANYA SAMA TYAS DI SEBELAHNYA. Gue malu banget jadi cuma bisa melototin Daffa.

"Si anjir kalau mau pacaran jangan di sini," protes Bila.

"Tau lo, tar kenyang duluan sebelum makan," sahut Tyas.

"Emang mau gofood apaan?" tanya Adli.

"Ayam geprek aja yang gampang."

"Ayam geprek mah noh di depan ada!"

"Iya, daripada jauh-jauh gofood?"

Nanda yang mengusulkan gofood seketika mencibir. "Dih yaudah, emang siapa yang mau beli ke depan?"

Mendadak semua mata kembali terfokus sama laptop masing-masing. Alah klasik.

"Gue aja dah," sambar Daffa yang bikin gue keheranan sendiri. Sejak kapan dia mau direpotin? "Ayo kak."

Halah ujung-ujungnya ngajak gue juga.

"Males ah, sendiri aja sana!" tolak gue tapi Daffa malah narik tangan gue biar berdiri.

"Halah mau pacaran ya kalian!" seru Nanda yang disorakin setuju anak-anak lain.

Pengen banget gue sumpel mulutnya satu-satu.

-

Daffa masih pegang tangan gue waktu kita antri di warung sop sapi. Pada akhirnya mereka semua ganti menu makanan alih-alih ayam geprek seperti rencana awal. Dan sebenarnya nggak ada yang pesan sop sapi, tapi gue sama Daffa kebetulan pengen dan dia mengusulkan biar kita makan duluan aja langsung di tempat, nggak tau biar apa juga.

"Malu tau," desis gue sembari menarik tangan gue setelah mendapati beberapa orang ngeliatin kita dengan tabu.

"Yaudah, sih, emang aku gak boleh pegang tangan pacar sendiri?" balasnya yang bikin gue mencebikkan bibir. "Kangen tau."

Gue mendongak menatap Daffa yang tersenyum kecil. Pengen rasanya gue bilang kalau dia lagi nggak nyebelin makin bikin salting, tapi alih-alih bilang gitu gue malah ngiket rambut.

"Dibilangin jangan iket rambut kalau di tempat umum," katanya lantas narik ikat rambut gue sampe rambut gue terurai. "Banyak cowok."

"Sumpah, apa salahnya, sih, iket rambut di depan cowok?" protes gue.

"Gak boleh pokoknya."

"Dasar aneh," cibir gue pelan.

Gue menghela napas pasrah, soalnya mau nanya lanjut juga nggak berani. The questions just don't sound appropriate.

"Yang," panggil Daffa yang nggak mau melanjutkan sebelum gue menoleh. "Tar kalo tugasnya belum selesai aku nginep ya?"

SDJSDHDJKD

Ngapain gue jadi panik sendiri, sih? Padahal emang iya bukan pertama kali dia nginep, padahal gue kangen juga!

"Ya makanya diselesaiin biar bisa pulang," kata gue.

"Masih banyak yang belum selesai," katanya hampir dengan nada merengek.

"Gak mau, kamu bau!"

Gue mencicit pelan waktu Daffa langsung menarik gue dan tau dia ngapain?????? Malah ngetekin gue! Kurang ajar banget nggak, tuh? Makin gue meronta dia makin ngekep gue.

"Nih, bau," katanya ngeledek.

"Dafsdjdhjf bau beneran!"

"Ini masih wangi tau!" katanya setelah melepas gue yang rambutnya udah berantakan kayak sarang burung. "Tar aku mandi, lagian aku bawa baju. Sikat gigi aku juga ada yang masih di kos, kan?"

Gue mengernyitkan dahi tiba-tiba teringat Alta. "Cowok, tuh, selalu bawa baju ke mana-mana, ya?"

Daffa mengedikkan bahu. "Cadangan aja, sih, kali aja mau main futsal atau ngapain."

"Yaudah, deh, serah," kata gue. "Cepetan balik, kasian temen-temen kamu nungguin makanan dari tadi."


-

over everythingWhere stories live. Discover now