44. belanja lebaran

69 13 1
                                    

Rencana bukber sama ibunya Daffa berubah total jadi ngabuburit sekaligus belanja buat lebaran yang tentu saja nantinya disambung bukber. Daffa bilang dia nggak mudik karena keluarganya dia sebagian besar masih tinggal di kota yang sama. Dan waktu tau gue bakalan pulang sebelum lebaran, ibunya langsung gencar ngajakin gue belanja.

"Bu, ntaran ajalah beli bajunya," keluh Daffa waktu kita ngikutin ibunya masuk ke salah satu toko baju. "Lagian baju koko aku masih banyak yang jarang dipake. Nggak usahlah beli lagi."

"Jarang ke masjid, sih," celetuk gue lantas ditoyor pelan pipinya sama Daffa.

"Tuh denger," kata ibunya. "Bulan puasa aja jarang taraweh ke masjid."

"Astagfirullah," gumam Daffa. "Ibadah kan tetep cuma aku sama Allah yang tau."

"Udah ah, ngomong mulu, sana cari bajunya."

Lalu kita misah, Daffa nyari baju di bagian cowok sedangkan gue nemenin ibunya nyari baju. Sesekali dimintain pendapat juga menurut anak muda bagusnya yang mana. Sesekali ngomongin Daffa juga, cerita dia tadi pagi hampir gak sahur gara-gara susah dibangunin.

Nggak berapa lama kemudian, Daffa datang nyamperin dengan beberapa pasang baju di tangannya. CUIH, bilangnya aja nggak usah beli baju tapi datang-datang bawa banyak.

"Ini bagus gak?" tanyanya entah ke siapa, tapi ibunya udah jawab duluan. "Nggak, masa lebaran pake baju kayak gitu?"

Ya Allah ibu-ibu. Tapi bener juga, masa Daffa ngambilnya baju koko sama baju main modelan kemeja gombrang yang motifnya floral gitu. Daffa, tuh, ganteng-ganteng tapi kadang fashion sense nya ilang sampe gue pengen jadi stylist pribadinya dia. Emang Tuhan maha adil nggak ada manusia yang sempurna.

Daffa cemberut tapi manut nyari baju lain. Dia balik lagi waktu ibunya lagi nyoba baju di ruang ganti.

"Ini gimana?" tanyanya sambil nunjukin baju koko putih polos panjang sama kemeja warna biru langit.

"Bagus, coba aja," kata gue.

"Ikut ayo."

"KE MANA?"

"Liatin bagus apa nggak maksudnya astaga, parnoan banget sih," katanya dengan muka capek sama kebodohan gue kayaknya. Baru gue mau ngelak, tapi pas banget ibunya keluar dari kamar ganti. "Bu, aku pinjem Kak Meyi dulu bentar."

Setelah liat-liat di bagian baju cowok, gue nggak langsung menyetujui pilihan Daffa melainkan milihin beberapa baju lagi buat dicoba. SEMUANYA BAGUS DIPAKE DIA. Beneran he looks extremely good when he knows what he wears. Lalu ada baju koko item yang gue suka banget dipake dia tapi kayaknya ibunya nggak bakal setuju kalau lebaran pake baju warna gelap.

Nyokap gue juga sama masalahnya.

Akhirnya setelah nyoba beberapa baju, dia memutuskan buat milih pilihan pertamanya yang gue approve. Waktu balik ke bagian pakaian perempuan, ibunya udah pindah dari tempat tadi tapi masih tetep nyari-nyari baju.

"Kak, itu kayaknya lucu kalau kamu pake," kata Daffa nunjuk sebuah dress.

Dress, bukan gamis atau kaftan atau baju lebaran. Dress motif floral berlengan pendek yang model lengannya ruffle. Lucu, sih, gue juga langsung naksir begitu ditunjukin.

"Ih iya, lucu banget," gumam gue lalu sekilas liat dress midi lucu lain di sebelahnya. "Ini juga."

"Gak mau nyoba apa?" tanya Daffa.

Gue mengernyitkan dahi. Di kala mall udah penuh sesek sama orang belanja, gue males nyoba cuma karena pengen tau. "Enggak ah, nggak akan aku beli juga."

"Kok gitu? Baju lebaran udah beli tapi?"

"Udah sih, paling udah dibeliin Mama."

Sebelum Daffa bisa nanya-nanya lagi, ibunya keburu nyamperin kita.

"Habis ini kita belanja makanan di atas ya," katanya.

Terus Daffa menggerung kayak motor ngadat nggak bisa digas. Anak itu emang udah paling males kalau diajak belanja ke supermarket. Mana ini baru jam empat, terus dia tadi cuma minum doang katanya pas sahur. Kasian.

"Mei kalau di rumah kue wajib lebarannya apa?"

"Eh, apa ya, kalau aku wajib sedia egg roll. Kalau kakak sama adik sukanya nastar sama kue Monde," jelas gue. "Kalau di rumah tante apa?"

"Aku sukanya kastengel!" sambar Daffa yang bikin gue sama ibunya liatin dia dengan heran.

"Tuh, kastengel, terus kue salju buat Riri sama kue kalengan yang pasti," katanya.

"Biasanya bikin atau beli, tante?"

"Beli," jawabnya. "Gak sempet bikin juga nggak ada yang bantuin."

Gue ketawa waktu Daffa mendengus karena merasa tersindir.

Antrian di kasir udah tinggal sedikit dan sebentar lagi hampir giliran kita buat bayar.

"Nanti kalau keluarganya mau datang ke sini, bilang-bilang ya," ucapnya, bikin gue tiba-tiba deg-degan.

Daffa juga langsung pasang telinga.

"Hah, iya, tante. Emangnya kenapa?"

"Nanti main ke rumah, tante masakin yang banyak," jawabnya sambil senyum.

Gue nggak tau harus merasa gimana. Di satu sisi terharu, di sisi lain gugup parah. Masa mau diajak pertemuan keluarga! Langsung kebayang dong keluarganya gue ketemu sama keluarganya Daffa. Mana waktu kemarin Daffa ikut pulang Mama cuma ngajak ngomong seperlunya lagi tanpa ada basa-basi.

Daffa yang kayaknya ngeh gue keringat dingin langsung raih tangan gue.

Yang bener aja.... Apa yang mau diomongin kalau beneran ketemu.



-


selingan flashback krn heiiiiii lebaran seminggu lagi

over everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang