30. Would You

82.4K 10.3K 554
                                    

Ini agak panjang...
Next 300 vote, 100 komen bisa ga?
Hehe sengaja emang, aku mau fokus sama naskah sebelah dulu...

__________






Sekembalinya Hana dari dapur, wanita cantik itu masuk ke dalam kamarnya membawa nampan yang berisi minuman serta makanan ringan untuk Jeno.

Ia tersenyum, dilihatnya Jeno sedang memejamkan kedua matanya di atas kasur miliknya.

Diletakkannya nampan tadi di atas nakas, kemudian ia duduk di pinggiran kasur. Memperhatikan dalam diam wajah Jeno ketika tertidur.

Tangannya menyampirkan rambut Jeno yang menutupi matanya. Kemudian ia tersenyum tipis.

"Iya tau kok kalau aku ganteng, gak usah dilihatin segitunya juga. Aku nggak bakal kabur."

Hana tertawa pelan, tangannya terulur untuk mengusap pipi Jeno. Membuat lelaki itu membuka kedua matanya lalu menatap ke arahnya.

"Papa sama mama katanya baru pulang jam tujuh. Kayaknya nanti malam nggak sempat ketemu deh, besok pagi aja gimana?"

Jeno menganggukkan kepalanya. Kemudian lelaki itu bangun dari tidurnya, membuat Hana menatapnya bingung.

"Bersiap-siaplah... Aku ingin mengajakmu keluar."

"—Ehhhh?????"

Jeno terkekeh. Kemudian menghampiri Hana yang masih menatapnya bingung.

"Aku mau mengajakmu jalan-jalan ke suatu tempat, bersiap-siaplah. Setengah jam lagi kita berangkat."

Akhirnya, setelah mereka bersiap-siap rupanya Jeno membawa Hana ke salah satu cabang restoran miliknya.

Setelah masuk ke ruangan vip, mereka berdua duduk bersebelahan dengan jemari yang saling bertautan.

Jelas Hana masih bingung dengan gelagat Jeno. Apalagi lelaki itu seakan tidak mau dirinya lepas dari pandangannya.

"Ada yang mau kakak omongin?" Tanya Hana yang sudah tidak tahan lagi.

Jeno menganggukkan kepalanya, kemudian tersenyum tipis. "Iya tapi nanti, habis makan kakak omongin."

Hana memilih diam dan menunggu. Setelah makanan mereka selesai di antar, mereka berdua pun makan. Sesekali Jeno menggoda Hana begitu pun sebaliknya.

Sampai makanan mereka habis, akhirnya Jeno memberanikan diri untuk berbicara. Jeno terkekeh, melihat wajah Hana yang tegang membuatnya lupa dengan tujuan awalnya.

"Astaga, kenapa wajahmu lucu sekali huh?"

Hana mendengus. "Aku serius kak... Kakak mau ngomong ap—ehhhh????"

Hana melebarkan matanya kaget ketika Jeno menarik tubuhnya dan mendudukkannya tepat di atas pangkuannya.

Chu

Dikecupnya pipi kanan Hana, kemudian dia tersenyum. "Aku bingung... Kenapa aku bisa jatuh cinta denganmu." Kemudian dia terkekeh. "Jangan marah dulu, dengarkan aku berbicara."

Jeno memeluk pinggang Hana kemudian menatap lurus gadis itu. "Aku sudah ijin dengan orang tua Hyerim. Awalnya mereka menentangku karena berniat melupakan mamanya Jina."

Hana membuka mulutnya, ingin berbicara tapi buru-buru Jeno melanjutkan ucapannya.

"Setelah aku menjelaskan semuanya, akhirnya mereka mengerti. Jina butuh sosok perempuan yang selalu ada untuknya. Sosok yang selalu bisa membuatnya merasa memiliki rumah. Tempatnya belajar dan berbagi segala. Jina butuh seorang ibu disampingnya."

Jeno tersenyum melihat Hana yang hanya terdiam menatapnya. Tangannya terulur mengusap rambut wanitanya.

"Kemarin aku serius mengatakan ingin menikah denganmu. Tapi saat itu ada yang kurang, mungkin kau sadar."

Melihat Hana yang mulai menitihkan air mata membuat jemari Jeno terulur untuk menghapusnya.

"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Aku tau dulu aku pernah melakukan sebuah kesalahan. Meninggalkanmu disaat kita hampir menjalin suatu hubungan tanpa alasan adalah kesalahan terbesarku. Dan kini kita kembali di pertemukan."

Jeno kembali tersenyum. Tangannya yang bebas kini menggenggam tangan Hana, mengelus punggung tangannya.

"Aku tahu takdir seolah mempermainkan kita. Merancang skenario yang bahkan tak terduga sama sekali."

Jeno mendekatkan wajahnya, mencium kening Hana sayang.

"Aku mencintaimu, sangat. Jina pun juga seperti itu. Baik aku maupun Jina sangat berharap kamu menjadi sosok bunda untuk putri kecilku, Hana... juga menjadi istriku. Aku tidak bisa melamarmu lebih romantis dari yang kau harap..."

Jeno mengambil sesuatu dari saku jasnya.

"Hana, maukah kamu menjadi pendamping hidupku? Bunda dari Jina dan anak anak kita?"

Hana yang dari tadi terdiam kini menatap Jeno dengan kedua matanya yang masih saja meneteskan air mata haru.

"Kak." Hana menyeka air matanya. "Ini sangat romantis."

Gadis itu merengek kemudian memeluk Jeno erat. Sungguh dia tidak percaya kalau Jeno akan melamarnya lagi dengan sangat romantis dan manis seperti ini.

Kemudian Hana mengangguk dipelukan Jeno, sambil berucap lirih. "Aku mau jadi istri Kak Jeno."

Jeno yang mendengarnya tersenyum bahagia. Ia memeluk Hana erat, lalu kemudian mencium bibir Hana dengan ciuman yang sangat manis.

"Terima kasih, terima kasih karena mau menerimaku. Semoga besok orang tuamu juga menerimaku."

Di dalam hati Hana mengamini ucapan Jeno.
















Di dalam hati Hana mengamini ucapan Jeno

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Young Dad 0.1 • Lee Jeno (✓). [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now