54. Bencana Katanya

53.8K 6.2K 138
                                    

"Hai, Daehwi."

Daehwi yang sedang fokus dengan laptopnya langsung mendongak, sedikit terkejut dengan kedatangan istri bosnya.

"Kau tidak berubah." Gerutu Daehwi, "Selalu saja mengagetiku. Untung saja kau sekarang istri atasanku."

Hana menunjukkan cengirannya. "Hehe... Kak Jeno ada di dalam kan?"

Daehwi menggelengkan kepalanya. "Tadi katanya keluar sebentar, kau masuk saja ke dalam."

"Om Daehwi semangat!" Seru Jina sebelum memasuki ruangan ayahnya.

Daehwi hanya terkekeh melihat kelakuan Jina, "Berapa minggu lagi kira-kira kau akan melahirkan?"

Hana refleks menunduk mengusap perutnya, kemudian ia menatap Daehwi seraya tersenyum. "Mungkin empat atau tiga minggu lagi."

Daehwi menganggukkan kepalanya paham. "Sehat terus, jangan makan mie instan!"

Hana kemudian merengut, dia menatap Daehwi dengan kesal. "Jangankan makan mie instan. Makan yang pedas saja aku dilarang oleh ayahnya."

Daehwi tertawa mendengarnya, sahabatnya ini memang tidak berubah sama sekali. Mereka memang bersahabat dari SMA dulu dan mereka pun adik kelas dari Jeno.

Tentu saja Hana sedikit terkejut ketika mengetahui sahabatnya itu bekerja menjadi sekertaris suaminya sekarang.

"Oh iya, aku ingin bertanya."

Kali ini Daehwi menatap Hana yang terlihat serius dengan pembicaraannya. "Aku tadi seperti melihat Sera, apakah aku salah lihat atau memang dia bekerja di sini?"

Daehwi menatap Hana dengan bingung, sedetik kemudian ia mengingat semuanya.

"Oh astaga... Ini bencana Hana, dia memang Sera yang kau kenal."










🍓

"Bunda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bunda... Ayah masih lama ya?"

Jina dari tadi memang sudah bosan, setengah jam menunggu sang ayah yang belum kembali ke kantornya.

"Sabar ya sayang... Sebentar lagi ayah datang kok." 

Jina menatap bundanya dengan raut wajah kesal. "Nanti kalau ayah belum balik juga kita pulang aja ya bunda, biar ayah nggak ada temennya."

Hana tersenyum, kemudian ia mengusap rambut Jina dengan sayang. "Iya sayang, udah itu lanjutin gambarnya."

"Ah iya bunda, kalau ayah belum datang bunda nggak usah tidur sama ayah lagi. Tidurnya sama Jina aja ya bun?"

Baru saja Hana ingin menjawab ucapan Jina, orang yang mereka bicarakan ternyata sudah kembali.

"Apa-apaan, bunda tidur sama ayah dong. Katanya Jina sudah besar tidur sendiri?"

Jina menatap sang ayah dengan kesal.

"Ayah lama sih, Jina kan bosan!" Seru gadis kecil itu kentara kesal terhadap ayahnya.

Jeno akhirnya menaruh kantong plastik yang ia bawa diatas meja lalu menghampiri putri kecilnya dan memeluknya.

"Maafin ayah ya sayang," Jeno menghujani wajah Jina dengan ciuman ringan, membuat gadis kecil itu memekik kegelian. 

"Udah ayah,  Jina geli!" Gadis kecil itu memberontak, mencoba melepaskan pelukan sang ayah yang begitu erat ditubuhnya.

Tanpa mau melepas pelukannya Jeno kembali mencium sang anak. "Maafin ayah dulu." 

"Tanya bunda sana."

Kemudian Jeno menoleh ke Hana yang tersenyum melihat interaksi ayah dan anak tersebut.

"Bunda, maafin ayah atau bunda ayah cium? Eh tapi nggak usah dimaafin nggak masalah deh biar ayah bisa cium bunda hehe."

"AYAH, BUNDA PUNYA JINA!"








🍓🍓🍓
Maaf yaa akhir-akhir ini aku updatenya sehari sekali T____T

🍓🍓🍓Maaf yaa akhir-akhir ini aku updatenya sehari sekali T____T

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Young Dad 0.1 • Lee Jeno (✓). [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now