48. Pantai

66.3K 7.2K 263
                                    

Kini kehamilan Hana sudah menginjak tujuh bulan. Pun Hana sudah tidak terlalu mengidam lagi seperti ketika ia hamil muda dulu.

Memang tidak ada yang berubah dari tubuh Hana, masih sama hanya saja perutnya yang membuncit.

Namun hal tersebut tidak mengurangi kecantikan wanita itu, malah semakin hari ia semakin cantik dengan pesona yang ia berikan.

Ah, Jeno saja sampai semakin mencintainya.

"Bunda hati-hati nanti dedeknya keluar!"

Teriakan dari Jina membuat Jeno langsung menoleh ke sumber suara.

Hana meringis. Padahal ia hanya akan turun dari mobil tapi Jina sudah sangat over protektif terharapnya.

"Iya sayang. Ini bunda turun hati-hati kok."

Jina menganggukkan kepalanya. Kemudian gadis kecil itu turun dari mobil menyusul bundanya.

Jeno yang masih di kursi kemudi tersenyum  bahagia melihat keluarga kecilnya. Mereka saat ini sedang berliburan ke pantai atas usulan Jina.

"Gimana... Seneng nggak?"

Jeno memeluk pinggang Hana dari samping dengan berhati-hati. Tangannya mengelus perut Hana lalu tersenyum setelahnya.

"Seneng banget." Hana balas tersenyum. "Terimakasih ya, ayah."

Jeno menganggukkan kepalanya, kemudian ia mengecup kening Hana dengan sayang. "Apapun untuk keluarga kecil kita, yang penting kalian bahagia."

Kemudian Jeno menggandeng tangan Hana lalu menuntun istrinya berjalan mendekati Jina yang sibuk bermain pasir.

Mereka tertawa dan tersenyum bahagia, menikmati momen hari ini.

Tiba-tiba Jina memeluk kaki Jeno dengan mata yang mengerjap lucu.

Baik Jeno maupun Hana terkekeh karena melihat wajah menggemaskan yang Jina tunjukkan.

"Kenapa hmm?"

Jeno menggendong Jina, membuat kedua tangannya terulur memeluk leher sang ayah.

"Ayah ayo beli es krim. Di sana ada kedai es krim, Jina tadi lihat."

Setelah memastikan kalau jarak kedai es krim dengan posisi mereka saat ini tidak terlalu jauh, akhirnya Jeno menyetujui permintaan anak gadisnya.

Jeno menggandeng Hana dengan hati-hati. Bukan karena apa, dia terlalu takut kalau Hana kenapa-kenapa.

Dia tidak ingin kejadian dimana ia kehilangan mamanya Jina terulang kembali.

Hana pun tidak keberatan. Hana juga paham dengan apa yang Jeno khawatirkan.

Walaupun terkadang ia kesal karena Jeno yang selalu berlebihan mengkhawatirkannya, tetapi ia selalu mencoba untuk memahami keadaan suaminya.

"Padahal aku jalan sendiri tanpa di gandeng kayak gini gak apa-apa loh, yah."

Hana mengangkat jemarinya yang bertautan dengan jemari milik Jeno, membuat laki-laki yang berstatus sebagai suaminya menggelengkan kepalanya tidak terima.

"Terakhir aku membiarkan kamu jalan sendirian, hampir saja kamu kepleset."






🍓🍓🍓
Haloooooo... Ayo ramein chapter ini wkwkw😍

 Ayo ramein chapter ini wkwkw😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Young Dad 0.1 • Lee Jeno (✓). [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang