🐳Pertemuan 2

2.2K 102 0
                                    

Selepas pulang kerja, Rachel langsung membawa sepeda bututnya menuju ke rumah sakit. Rachel rindu dengan sosok Sang Ayah yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Rachel tidak tahu kapan Ayahnya akan membuka mata.

Rachel membawa kue ulang tahun berukuran kecil. Yang dulu selalu Ayahnya belikan ketika Rachel berulang tahun. Ayahnya sedang tidak berulang tahun saat ini, Rachel hanya ingin mengucapkan selamat hari Ayah untuk pria itu.

Rachel ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Ayahnya karena sudah mau bertahan sejauh ini.

Rachel mendorong pelan pintu ruangan, di dalam ruangan ia tak menemukan siapa-siapa. Sebelumnya Rachel mendapat pesan dari Kakak perempuan Ayahnya bahwa wanita itu ada keperluan sebentar di luar. Untuk itu, sementara wanita itu pergi, Rachel diminta untuk menemani Sang Ayah.

Rachel duduk di sebuah kursi di dekat Brankar, gadis berambut panjang itu membuka perlahan-lahan bungkusan kue agar tidak menimbulkan suara. Takut tidur Sang Ayah terganggu.

Rachel tersenyum tipis melihat kue kecil yang ia beli selepas pulang kerja. Kue itu ia bawa tepat di hadapan Sang Ayah yang terlelap begitu damainya.

"Happy Father Day Ayah...Rachel tadi beli kue buat Ayah, kue yang biasa Ayah beli kalau Rachel ulang tahun. Nggak berasa udah satu tahun Ayah kayak gini." Rachel tertawa sumbang.

"Rachel nggak tau gimana caranya ngucapin kata terima kasih buat Ayah, yang jelas. Rachel bangga sama Ayah, Rachel bangga sama Ayah yang selama ini mau jadi Ayah sekaligus Bunda buat Rachel. Rachel tau. Kata terima kasih aja gak mampu untuk membalas apa yang selama ini Ayah lakuin buat Rachel. Maafin Rachel Yah...maafin Rachel yang belum bisa bawa Aileen pulang. Tapi di sini, sebagai seorang Kakak. Rachel lagi berusaha buat cari uang supaya bisa bawa Aileen pulang.
Yah...cepet bangun, Rachel kangen. Sebentar lagi Rachel lulus, Rachel mau Ayah dateng ke sekolah Rachel biar semua orang tau kalau Rachel punya laki-laki hebat seperti Ayah." Rachel memejamkan kedua matanya menahan sesuatu yang ingin keluar, Rachel menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. Ia harus bisa tetap tenang. Rachel meletakan kue kecil tersebut di atas nakas, sambil menunggu kedatangan keluarganya. Rachel memilih untuk memejamkan kedua matanya. Rachel terus menggenggam tangan Sang Ayah sambil terlelap.

🍷🍷🍷🍷

Rachel menjalani hari seperti biasanya, Pagi sekolah lalu setelah pulang sekolah ia langsung menuju ke tempat kerja. Seperti siang ini, Rachel harus kembali masuk bekerja. Bahkan seragam sekolahnya belum sempat ia lepas hanya saja ia balut dengan Hooddie hitam kesayangannya.

Kali ini Rachel tidak sendiri, Kedua sahabatnya--Nada dan Audi pun ikut dengan Rachel. Kedua gadis itu hanya ingin makan-makan sebentar di Caffe tempat Rachel bekerja dan Rachel tidak bisa melarang kedua sahabatnya itu. Toh hanya makan saja, yang penting mereka mau membayar makanan dan juga tak mengganggu Rachel ketika bekerja.

Seperti biasa. Rachel akan memarkirkan sepeda bututnya di belakang Caffe, sementara kedua sahabatnya sudah lebih dulu masuk ke dalam Caffe lewat depan. Karena mereka termasuk pengunjung.

"Tumben dateng jam segini Hel?" Tanya seorang laki-laki bernama Angga yang bekerja di bagian dapur.

"Hari sabtu selalu pulang cepet Kak." Jawab Rachel pelan tanpa sedikit pun melirik ke arah laki-laki itu.

"Kayaknya kita gak perlu keluarin tenaga banyak, Caffe di buat tutup aja. Ada hal penting yang mau gue omongin!" Teriak salah seorang Wanita yang membuat para pekerja menoleh ke arahnya.

Rachel langsung berlari menghampiri wanita itu.

"Mbak tapi dua pengunjung itu gimana?" Tanya Rachel sambil menunjuk kedua sahabatnya yang tengah mengobrol ria.

Will Be Fine ✓Where stories live. Discover now