🐳Sisi Lain

1.2K 69 2
                                    

Jelang berteriak marah di dalam mobil. Baru saja mobil yang ia kendarai menabrak trotoar yang membuat bemper mobilnya rusak. Malam ini suasana jalan sangat sepi, saking sepinya jalan. Tidak ada satupun orang yang menghampiri mobil Jelang.

Jelang memukul stir dengan kencang.

Beruntungnya mobilnya masih bisa berfungsi, Jelang segera memacu mobilnya menuju arah pulang.

Seharusnya Jelang bisa pulang lebih awal. Setelah mengantar Nada, niatnya pun ingin langsung pulang. Namun panggilan dari kantor mengurungkan niatnya tersebut.

Jelang harus kembali ke kantor di saat kantor dalam keadaan sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang memang sedang lembur.

Sampai kantor Jelang disemprot habis-habisan oleh Argi. Meskipun Jelang dan Argi adalah saudara kandung, tapi Jelang tidak punya keberanian untuk angkat bicara mengenai kesalahannya itu.

Jelang salah memberi berkas pada Argi, berkas yang siang lalu ia titipkan pada Nada untuk diberikan pada Argi.

Ternyata berkas itu adalah berkas tahun kemarin yang memang masih Jelang simpan. Jelang sampai merutuki dirinya karena kecerobohannya.

Argi sebenarnya sudah mengingatkan Jelang agar tidak mencampur berkas yang tidak dipakai dan yang masih dipakai dalam satu lemari. Di dalam ruangan Jelang sudah disediakan dua lemari, namun Jelang masih saja salah meletakan berkas-berkas penting seperti itu.

Dalam urusan pekerjaan seperti ini tak ada kata main-main dalam kamus Argi. Argi bahkan tak segan-segan melempar berkas tersebut tepat mengenai wajah Jelang.

"Gue kan udah minta lo buat temenin gue, bantu kerjaan gue. Lo sama Nada sama-sama gobloknya. Kalau udah begini kan gue yang disalahin, malu gue kalau kerjaan gue gak bener begini!" Teriak Argi pada saat itu.

Mobil yang dikendarai Jelang mulai memasuki halaman rumah. Jelang mengerutkan keningnya kala ia mendapati rumah dalam keadaan gelap.

Setelah turun dari mobil, Jelang buru-buru melangkah memasuki rumah. Seluruh lampu mati, tidak biasanya rumah dalam keadaan seperti ini.

"Hel." Suara Jelang terdengar menggema di tengah kesunyian malam.

Jelang menekan stop kontak. Saat lampu menyala, Jelang di hadapkan pada sesuatu yang berhasil membuat amarahnya kembali memuncak.

Rumah dalam keadaan berantakan, bahkan untuk sekedar disapu saja tidak. Jelang melangkah menuju dapur. Meja makan dalam keadaan kosong, hanya ada teko saja di atas meja. Tak hanya itu, ada banyak tumpukan piring kotor yang belum dicuci, Jelang sempat melirik ke arah kamar mandi. Dan pakaian kotor pun masih menumpuk.

Jelang melangkah tergesa-gesa menuju kamar untuk mencari keberadaan Rachel. Tidak biasanya Rachel seperti ini. Padahal di sepanjang jalan pulang, Jelang selalu membayangkan kalau ia disambut hangat oleh Rachel, dihidangkan makanan lezat. Namun yang ia lihat malah seperti ini.

Saat Jelang membuka pintu kamar, hal pertama yang ia lihat adalah suasana kamar yang gelap gulita. Jelang dengan cepat menekan saklar lampu, namun ia tak menemukan keberadaan Rachel.

Dalam keadaan mood sedang tidak baik seperti ini, Jelang melakukan semuanya dalam keadaan tergesa-gesa. Seperti mencari ponselnya saja dalam keadaan tergesa-gesa seperti ini.

Panggilan pertama tidak diangkat, bahkan sampai panggilan kelima. Jelang meremas ponselnya dan hampir saja membantingnya.

Jelang menoleh kala ia mendengar suara deru motor yang memasuki halaman rumahnya. Buru-buru Jelang melangkah keluar untuk melihat siapa yang datang malam-malam begini. Tepat saat pintu dibuka, Jelang mendapati sosok Rachel yang baru saja turun dari motor. Fokus Jelang bukan pada Rachel, namun pada seorang laki-laki yang membonceng Rachel.

Will Be Fine ✓Where stories live. Discover now