🐳 Menunggu

1.2K 93 2
                                    

Kedua mata yang terpejam tersebut bergerak-gerak, membuat semua orang yang berada di dalam ruangan berseru terkejut.

Rachel berusaha membuka kedua matanya, berusaha beradaptasi dengan sinar cahaya di sekitarnya. Setelah kedua matanya terbuka sempurna, hal pertama yang Rachel lihat adalah. Seorang anak perempuan duduk tak jauh darinya, mata bundar anak perempuan itu menatap lekat ke arah Rachel.

Tiba-tiba Rachel teringat pada Aileen yang sampai saat ini belum bisa ia bawa kembali, Rachel rasa. Ini hanyalah bunga mimpi, tidak mungkin Rachel melihat sosok Aileen ada di dekatnya.

"Hel."

Rachel tersentak, merasakan tangannya disentuh oleh seseorang. Rachel bisa melihat jelas wajah seseorang yang sudah lama ini tak ia lihat.

"Jelang," lirih Rachel.

Rachel tak mimpi, Rachel sedang tak tertidur saat ini. Apa yang terjadi padanya benar-benar nyata, Rachel bisa melihat jelas. Ada Ayah dan juga Jelang. Dan yang terakhir.

Refleks Rachel bangkit dari tidurnya, ia menatap anak kecil yang terus menatapnya sedari tadi. Kedua mata Rachel memanas, rasa rindunya pada sang adik membuat Rachel tak bisa berpikir dengan baik. Rachel merasa, apa yang ia alami, apa yang ia lihat saat ini. Hanya bunga mimpi dalam tidurnya, namun Rachel bisa merasakan kehadiran orang-orang di sekitarnya benar-benar nyata. Rachel memberanikan diri menyentuh anak kecil tersebut. Bahkan, tangan Rachel sampai bergetar hebat.

"Aileen," lirih Rachel.

Air mata Rachel luruh begitu saja.

"Kalau ini benar-benar mimpi. Kakak berharap kakak gak akan bangun lagi, Kakak kangen banget sama Aileen," lirih Rachel di sela-sela isak tangisnya.

Rachel memberanikan diri menyentuh wajah anak kecil itu.

"Kakak minta maaf, maaf sampai saat ini kakak belum bisa bawa Aileen pulang, Aileen pasti bosen tinggal sama orang tua angkat Aileen. Kakak bener-bener minta maaf. Maaf, Kakak belum bisa jadi Kakak yang baik buat kamu..." tangis Rachel semakin pecah, Rachel bahkan tak kuat menatap wajah lucu anak kecil itu, ia tersadar. Apa yang ia lihat saat ini bukanlah sesuatu yang nyata.

Rachel tersentak ketika merasakan anak kecil itu memeluk tubuhnya, tangis Rachel benar-benar tak bisa lagi dibendung. Rachel membalas memeluk anak kecil itu, memeluknya begitu erat seolah-olah tak membiarkan anak kecil itu pergi. Karena sungguh. Rachel sangat merindukan sosok Aileen, rasa bersalah selalu ia rasakan ketika ia mengingat bahwa ia belum bisa menjemput Aileen pulang kembali bersamanya.

"Kamu gak mimpi Hel," ujar seseorang.

Rachel menoleh. Mendapati sosok Sang Ayah yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Gak mungkin...Aileen gak mungkin ada di sini," lirih Rachel masih tak kunjung mau melepaskan pelukannya. Rachel hanya ingin menikmati mimpi-mimpi dalam tidurnya. Apalagi ketika ia bisa merasakan sendiri kalau Aileen benar-benar hadir di mimpinya.

Rachel menggeleng ketika melihat Sang Ayah mulai menarik Aileen, Rachel berusaha mempertahankan tubuh Aileen agar tak lepas darinya.

"Rachel mohon...jangan, biarin kayak gini. Rachel kangen sama Aileen," isak Rachel, air matanya luruh semakin deras membuat orang-orang yang berada di ruangan ikut merasakan apa yang Rachel rasakan.

Ayah tetap menarik Aileen, sampai Aileen masuk ke dalam gendongannya.

Rachel berpikir. Setelah pelukannya dan Aileen terlepas. Aileen akan menghilang ditelan cahaya, namun yang ia lihat saat ini. Aileen masih nampak nyata di hadapannya.

Rachel benar-benar sedang tidak mimpi. Ini semua nyata.

"Kenapa Aileen ada di sini?" Tanya Rachel pada akhirnya.

Will Be Fine ✓Where stories live. Discover now