🐳Sulit

944 60 1
                                    

"Gimana? Lo pilih jujur ke mereka atau harus gue yang ungkapin semuanya?"

"Gak usah bertindak sesuka lo, gue butuh waktu!"

"Tapi sampai kapan? Keluarga lo perlu tau masalah ini. Termasuk istri lo."

"Secepatnya gue beri tahu mereka. Tapi gue mohon, jangan ganggu rumah tangga gue."

"Seandainya kita gak ketemu dan gak jadi partner kerja. Mungkin lo gak akan dipindah tugaskan, dan mu ngkin aja gue masih bisa bantuin bisnis bokap gue. Tapi karena semuanya udah terlanjur terjadi. Ya udah, kita gak bisa ngelakuin apa-apa. Selain meluruskan semuanya. Gue tunggu kabar baiknya."

Tut....

Setelah sambungan terputus. Jelang melempar ponselnya ke atas meja dengan kasar sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Jelang tidak perduli jika ponselnya harus rusak sekalipun, akhir-akhir ini Jelang tidak bisa fokus bekerja. Banyak pekerjaan yang terbengkalai karena ia sibuk memikirkan sesuatu yang mungkin saja bisa terjadi.

Mengenai sikap Rachel yang berubah akhir-akhir ini. Membuat Jelang benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Jelang teringat. Kala ia pernah beberapa kali mendapati Rachel tengah menangis seorang diri, Jelang takut terjadi sesuatu pada istrinya itu. Terlebih seiring berjalannya waktu perut Rachel semakin terlihat membesar. Jelang tidak hanya khawatir dengan kondisi Rachel. Namun ia juga khawatir dengan kondisi bayinya yang ada di perut Rachel.

Jelang sudah berkali-kali menanyakan perihal apa yang sedang terjadi pada gadis itu. Namun jawaban Rachel tidak pernah membuat Jelang merasa puas. Dan Jelang merasa kini hubungannya dengan Rachel tidak sedekat dulu.

Jelang yakin ada sesuatu yang Rachel sembunyikan dari Jelang.

Terlalu banyak pikiran membuat kepala Jelang sering merasa pusing.

Kepala Jelang menunduk dalam, helaan nafas panjang keluar dari mulutnya. Berharap, masalah-masalah yang sedang ia hadapi dapat ia lupakan sejenak.

Kepala Jelang mendongak kala mendengar suara getaran pada ponselnya.

Tertera jelas nama Rachel di layar ponselnya. Segera Jelang menggeser ikon hijau untuk mengangkat panggilan.

"Ha--"

"Gue mau minta izin. Hari ini Audi balik, gue mau jemput dia di bandara."

Jelang menghela nafas lelah.

"Gue anter ya. Hari ini gue balik cepet."

"Gak usah. Gue bisa sendiri, gue cuma minta dibeliin baso aci. Kalau gitu gue berangkat ya."

"Oke. Hati-hati, kalau udah nyampe kabarin gue."

Tidak ada suara lagi dari sebrang sana. Sambungan benar-benar terputus. Akhir-akhir ini, Jelang dan Rachel jarang terlibat obrolan panjang.

Bahkan Rachel akan berbicara jika Jelang yang memulai duluan. Jika dibiarkan terus Jelang pun akan merasa jengah dengan situasi seperti ini, Jelang merasa hubungan rumah tangganya sedang ditimpa sebuah masalah yang tidak bisa dideskripsikan.

Tidak ingin terlalu pusing memikirkan sesuatu yang saat ini sedang terjadi, Jelang memutuskan untuk menemui karyawan-karyawannya. Siapa tahu saja dengan menyibukan diri membantu para karyawannya, Jelang bisa sedikit mengalihkan pikirannya.

****

Kepala Rachel terus bergerak ke kanan dan ke kiri. Hanya untuk mencari sosok Audi.

Sudah sekitar dua puluh menit Rachel menunggu. Suasana bandara hari ini tidak terlalu ramai, hal itu tentu memudahkan Rachel untuk mencari keberadaan sahabatnya yang baru saja pulang dari China. Sampai akhirnya mata Rachel menangkap sosok yang sedari tadi sedang ditunggu-tunggu.

Will Be Fine ✓Where stories live. Discover now