🐳Mangga muda punya tetangga

1.2K 53 1
                                    

Rachel mengikat rambutnya secara asal. Hari ini, ia dan Jelang akan ke Dokter Kandungan untuk memeriksa kandungan Rachel. Sedari tadi, senyum di bibir Rachel tak pernah pudar hanya karena calon Bayi yang saat ini ada di perut Rachel. Meskipun perutnya masih rata, namun Rachel sangat senang karena akhirnya. Usaha ia dan Jelang membuahkan hasil.

Rachel tidak menyangka, di usianya yang baru menginjak sembilan belas tahun. Ia sudah mengandung anak Jelang. Dan saat umurnya belum genap dua puluh tahun, Rachel akan disibukan mengurus anaknya nanti. Membayangkannya saja sudah membuat Rachel senang bukan main. Rachel jadi tidak sabar menunggu kelahiran Bayinya, padahal usia kandungannya saja masih sangat muda.

Cklek

Rachel menoleh tepat saat seseorang masuk ke dalam kamar. Rachel melirik ke arah jam dinding, tak terasa. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam. Pasti Jelang kelelahan mengingat laki-laki itu bekerja dari pagi sampai malam. Dan saat sampai rumah laki-laki itu harus mengantar Rachel ke Dokter kandungan.

Rasanya tidak tega setelah melihat wajah lelah Jelang.

Rachel melangkah menghampiri Jelang. Rachel dengan cepat menerima baju Suaminya yang baru saja dilepas dari tubuhnya. Sehingga membiarkan tubuh bagian atas Jelang tak tertutup apapun.

"Jadi kan ke Dokter?" Tanya Jelang.

Setelah meletakan baju ke keranjang pakaian kotor. Rachel segera menghampiri Jelang yang tengah tiduran di atas kasur.

"Gak hari ini juga gak apa-apa," ujar Rachel.

Jelang bangkit dari tidurnya.

"Kenapa?"

"Lo kayaknya capek banget. Mending lo istirahat, biar besok gue sama Bunda ke dokternya," jawab Rachel.

Jelang tersenyum, ia lantas memeluk tubuh Rachel dari samping.

"Gue gak pernah berhenti bersyukur karena udah dapetin lo," ujar Jelang lembut.

Rachel tersenyum tipis, ia mengusap lembut lengan kokoh Jelang yang memeluk tubuhnya. Meskipun Jelang bau keringat karena belum mandi, namun Rachel nyaman ada dipelukan Jelang seperti ini. Meskipun hanya sebuah pelukan. Tapi hal itu mampu membuat rumah tangga semakin awet.

"Mandi gih." Rachel melepas pelukannya.

"Gak mau," jawab Jelang. Laki-laki itu menggeleng seperti anak kecil.

Rachel mengerutkan keningnya, raut wajahnya menggambarkan jelas sebuah pertanyaan yang mampu dimengerti Jelang.

"Nanti juga keringetan lagi. Mending sekalian gak usah mandi," jawab Jelang. Senyum laki-laki terlihat begitu mencurigakan.

"Jangan bilang--" belum sempat Rachel selesai bicara. Jelang sudah menghempaskan tubuh Rachel hingga Rachel terlentang di atas kasur. Jelang tentu tidak membuang kesempatan yang ada. Ia segera menindih tubuh Rachel agar jarak keduanya terlihat semakin intim.

Jelang tersenyum menggoda. Sementara Rachel hanya mampu menghela nafas kasar, ia tahu apa yang saat ini Jelang inginkan. Ia ingin menolak pun namun tidak bisa. Karena harus Rachel akui, Rachel rindu dengan sentuhan lembut Jelang yang mampu membuat dirinya tak berdaya di bawah kendali laki-laki itu.

Rachel bisa merasakan tubuhnya bergetar hebat sekaligus melemas dalam satu waktu saat tangan Jelang mengelus lembut paha mulusnya. Karena saat ini Rachel hanya mengenakan kaos serta hotpants.

Tatapan mata Jelang tak pernah lepas dari Rachel. Seolah-olah hanya Rachel yang bisa ia lihat saat ini. Jelang tersenyum penuh kemenangan saat melihat raut wajah Rachel yang begitu tersiksa karena sentuhannya.

Will Be Fine ✓Where stories live. Discover now