🐳Pemilik Sekolah

1.6K 91 2
                                    

Pagi itu. Semua orang yang berada di ruang tamu, Menatap seorang gadis cantik yang di bawa oleh Argi. Argi mengikuti apa yang di pinta Bundanya untuk membawa Gadis yang rencananya akan ia nikahi itu.

Argi tidak berbohong.

Gadis yang duduk bersampingan dengan Argi memang memiliki wajah yang cantik, tatapan matanya begitu teduh membuat siapa saja betah berlama-lama menatapnya.

Tapi itu semua tak berlaku untuk Jelang, gadis yang di bawa oleh Kakaknya itu memang cantik dan memiliki tatapan mata yang cukup teduh. Tapi bagi Jelang, gadis yang paling cantik adalah dia--gadis yang baru bertemu dengannya dua kali, bagi Jelang. Hanya tatapan dia lah yang paling meneduhkan yang mampu membuat Jelang betah berlama-lama menatapnya.

Jelang memperhatikan penampilan gadis itu dari atas hingga bawah, pakaian yang di kenakan cukup rapih dan sopan. Wajar jika Sang Kakak jatuh cinta pada gadis yang tengah hamil muda itu.

"Perkenalkan namamu." Titah Ayah.

Gadis yang duduk di samping Argi tersenyum manis, "Perkenalkan nama saya Anya."

"Orang tua kamu kerja apa?" Kini yang bertanya Bunda.

Argi menatap sinis ke arah Bundanya, ia takut pertanyaan Bundanya itu membuat Anya tak nyaman. Namun dugaan Argi salah, Anya--gadis itu malah tersenyum manis ke arah Bunda.

"Mama sama Papa kerja di jepang." Jawab Anya.

Jelang membulatkan kedua matanya terkejut, tak hanya Jelang. Ayah dan Bundanya pun cukup terkejut mendengar jawaban gadis itu.

"Jadi apa alasan kamu menerima Argi untuk menjadi suamimu? Apa karena agar ada seseorang yang mau bertanggung jawab atas kehamilanmu itu, agar kamu tidak merasa malu dengan apa yang sudah terjadi padamu." Tanya Ayah.

Sontak Jelang dan Argi menatap terkejut ke arah Pria itu. Bagaimana bisa, Ayahnya melontarkan pertanyaan yang sangat menyinggung seperti itu. Mungkin, pertanyaan Bundanya tadi masih bisa di maklumi. Tapi tidak dengan pertanyaan Ayahnya kali ini, menurut Argi ini sudah melewati batas.

"Gak seharusnya Argi ikutin apa kata Bunda. Pertanyaan Ayah barusan itu udah keterlaluan!" Argi menarik tangan Anya. Meminta gadis itu untuk berdiri, sebaiknya Argi segera membawa gadis itu pergi daripada gadis itu terus tersakiti oleh pertanyaan yang di lontarkan oleh Ayah dan Bundanya.

Anya menatap Argi, menarik kembali tangan Argi meminta laki-laki itu untuk kembali duduk.

"Gak sopan tau." Bisik Anya.

"Aku gak mau kamu sakit hati sama omongan mereka!" Kesal Argi.

"Itu wajar Gi. Orang tua kamu cuma mau kamu dapetin istri yang baik buat kamu." Kata Anya lembut.

Seketika amarah Argi mereda, suara Anya yang lembut, tatapan mata Anya yang begitu teduh, serta senyuman manis Anya yang tidak pernah hilang dari bibir tipisnya membuat Argi sangat menyukai gadis itu. Argi sangat merasa bersyukur ketika kekasih Anya pergi meninggalkan Anya, seolah-olah Argi di berikan kesempatan untuk memiliki Anya.

Anya kembali menatap satu persatu orang-orang yang ada di depannya. Senyum di bibirnya tak pernah hilang sedari tadi.

"Boleh saya jawab pertanyaan Om?" Tanya Anya.

"Silahkan."

"Saya tau kalau Argi suka sama saya sejak lama, apalagi waktu jaman sekolah Argi adalah kakak senior saya. Untuk alasan saya menerima Argi sebagai suami saya. Karena saya tau, cuma dia laki-laki yang mencintai dan menyayangi saya dengan tulus. Masalah yang telah terjadi menimpa saya. Sejujurnya saya sudah mengingatkan diri sendiri untuk tidak menerima laki-laki manapun untuk menikahi wanita berbadan dua seperti saya, karena yang saya inginkan untuk laki-laki di luaran sana maupun untuk Argi. Mereka wajib mempunya istri yang baik, istri yang mampu memberikan apa yang suaminya minta. Tapi Argi, Argi tetap pada pendiriannya untuk menikahi saya.

Will Be Fine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang