🐳keputusan

1.1K 68 8
                                    

Sudah tiga hari setelah kejadian itu. Kejadian yang membuat semua orang enggan untuk berhubungan lagi dengan Jelang. Karena mereka merasa, Jelang telah mengkhianati mereka.

Dan sudah tiga hari pula Jelang tidak masuk kerja. Hari-harinya ia habiskan hanya untuk mendekam di kamar. Kondisinya terlihat begitu mengenaskan. Luka-luka akibat dihajar oleh ayahnya masih membekas di wajahnya, bahkan Jelang merasa, kematiannya sudah ada di depan mata.

Jelang sama sekali tidak nafsu makan, bahkan memikirkan kebersihan dirinya sendiri saja tidak.

Saat ini yang ada di pikiran Jelang hanya kondisi Rachel, bagaimana keadaan wanita itu setelah Jelang menggoreskan luka yang cukup dalam di hatinya? Bagimana kondisi kandungan wanita itu. Apakah baik-baik saja? Mengingat. Setelah kejadian buruk itu. Pasti Rachel banyak pikiran sehingga berpengaruh pada kandungannya.

Bahkan sebelum anaknya lahir. Jelang sudah gagal menjadi seorang ayah yang baik, Jelang telah gagal menjadi seorang suami yang baik untuk istrinya.

Bahkan setelah kejadian itu, tak ada satu orang pun dari keluarganya yang perduli dengannya. Jelang layaknya seorang batang kara yang tidak punya tujuan hidup.

Jelang menatap sebuah bingkai foto berukuran besar yang tertempel di dinding. Foto pernikahan Jelang dan Rachel.

Jelang tertawa miris. Rumah tangganya hancur karena kebodohannya sendiri. Kelurganya pergi, Rachel pergi dan tidak ada satu orang pun yang perduli dengan kondisi Jelang saat ini. Memang, Jelang pantas mendapatkan semunya. Ini adalah balasan untuk manusia jahat seperti dirinya.

Sedang asik meratapi nasibnya. Tiba-tiba Jelang dikejutkan dengan kemunculan seseorang.

Jelang menatap seorang laki-laki yang tengah berdiri di ambang pintu kamarnya.

Jelang tahu. Jika tidak ada urusan penting, laki-laki itu pasti enggan melihat Jelang. Karena kebenciannya pada Jelang sudah mendarah daging.

"Gak perlu nyesel, hal kayak gini kan yang lo mau?" Tanya Argi sambil melangkah mendekati Jelang.

"Ngapain lo ke sini?" Tanya Jelang.

Jelang bisa mendengar Kakak kandungnya itu tertawa. Lebih tepatnya tertawa mengejek. Mengejek kehidupan Jelang yang sudah hancur.

"Bunda mau ketemu lo. Mending lo siap-siap. Gue tunggu di mobil." Setelah mengatakan hal tersebut, Argi melangkah keluar. Tanpa sedikit pun ada niat untuk membantu sang adik.

Jika Argi masih memiliki hati nurani. Mungkin Argi akan membantu merapikan kamar Jelang yang sudah seperti kapal pecah. Bahkan lebih dari sekedar kapal pecah. Namun, karena dirinya masih kecewa atas tindakan bodoh adiknya itu. Argi pun memilih untuk mengabaikan segala sesuatu yang ia lihat. Biarkan Jelang yang menanggung semuanya.

Setelah kepergian Argi. Jelang kembali menatap foto pernikahannya dengan Rachel. Helaan nafas panjang keluar dari mulut Jelang, Jelang pun memutuskan untuk segera membersihkan diri. Sepertinya ada kabar tak buruk lagi yang akan Jelang Terima.

****

"Saya gak mau tau, Aileen jangan sampai diajak main ke rumah mereka. Bawa Aileen main ke tempat lain. Asalkan jangan ke sana!"

Rachel menatap sang ayah yang tengah berbicara dengan BabySitter.

Setelah kejadian itu. Ayah terlihat marah sekali, di rumah bunda. Ayah bisa saja terlihat biasa-biasa saja dan berusah untuk tidak marah atau menangis. Tapi ketika sudah berada di rumah sendiri, tidak terhitung berapa banyak barang yang ayah lempar ke lantai. Aileen bahkan sampai menangis ketakutan melihat kemarahan ayah.

Will Be Fine ✓Where stories live. Discover now