🐳Kesempatan

1.3K 70 5
                                    

Seharian berada di kamar bukan berarti Rachel tidak tahu apa yang sebenernya terjadi. Dari balkon kamarnya, Rachel bisa melihat jelas bagaimana pedihnya kehidupan rumah tangga Rachel dan Jelang sekarang. Kejadian itu pula yang membuat Bunda melarang Rachel untuk keluar kamar. Alasannya karena Rachel butuh istirahat, namun nyatanya. Bunda tidak ingin Rachel sedih melihat perjuangan Jelang untuk mempertahankan rumah tangganya.

Saat mendapati Jelang memasuki kamar. Rachel tidak melihat raut kesedihan sedikit pun di wajah Jelang. Seolah-olah tak terjadi apa-apa dengan laki-laki itu.

Padahal, di dalam lubuk hati Jelang. Jelang sedang berusaha keras agar terlihat kuat di hadapan Rachel. Karena Jelang tidak ingin Rachel sedih.

"Habis dari mana?" Tanya Rachel. Tentu ia pura-pura tidak tahu.

"Bantuin Bunda," jawab Jelang. Jelang melangkah menghampiri anaknya yang tengah tertidur pulas di atas kasur.

"Nyenyak banget." Jelang mengelus lembut pipi anaknya, hal itu sama sekali tidak mengusik tidur Bayi mungil tersebut.

Rachel hanya diam di tempatnya. Saat melihat Jelang, rasanya Rachel ingin mendekap laki-laki itu seerat mungkin. Saat ini, mungkin Jelang butuh Rachel untuk menenangkannya. saat ini, mungkin Jelang butuh pelukan untuk membuat perasaannya sedikit lebih baik. Karena tentu, ini terlalu berat untuk Jelang, Jelang berjuang seorang diri untuk mempertahankan rumah tangga mereka. Tentu hal itu tidak mudah untuk Jelang.

Rachel menghapus air mata yang tiba-tiba saja jatuh dari pelupuk matanya. Rachel tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Jelang, karena hal itu malah semakin membuat perasaan Jelang tak karuan.

Rachel melangkah mendekati Jelang. Duduk di samping laki-laki itu, keduanya sama-sama menatap anak mereka yang sedang tertidur pulas.

Bayi laki-laki yang Rachel lahirkan waktu lalu. Terlihat mirip sekali dengan Jelang, menggambarkan jelas kalau Bayi tersebut adalah anak kandung Jelang. Sementara yang mirip dengan Rachel hanya bagian alis dan hidungnya saja.

Sampai saat ini. Bayi tersebut belum memiliki nama, karena Rachel maupun Jelang masih bingung memberi nama untuk anak mereka.

"Nanti kalo ada yang nanya nama anak lo siapa? Terus gue jawab gak tau. Kan malu, lo gak ada saran gitu mau kasih nama anak kita apa?" Tanya Jelang sambil menatap Rachel.

"Lang, nyari nama kan juga harus yang bagus yang ada maknanya. Susah tau," jawab Rachel.

Jelang tertawa kecil, salah satu tangannya mendarat di pucuk kepala Rachel. Lalu mengacak-ngacak gemas pucuk kepala Rachel. Membuat rambut Rachel berantakan.

"Nanti gue minta saran ke Mas Argi," kata Jelang. Jelang bangkit berdiri.

"Mau kemana?" Tanya Rachel.

"Mandi."

"Bajunya gue siapin ya."

Jelang tersenyum lantas menganggukan kepalanya. Sebelum Jelang memasuki kamar mandi yang ada di kamarnya. Jelang menyempatkan diri untuk mengecup bibir Rachel, membuat Rachel terkejut bukan main.

Rachel menyentuh bibirnya sambil menatap sosok Jelang yang perlahan menghilang.

Semenjak kejadian buruk yang menimpa rumah tangganya, Rachel tak pernah merasakan momen romantis lagi bersama Jelang. Semuanya terasa serba canggung, bahkan. Untuk berbicara saja Rachel butuh keberanian lebih.

Namun, saat benda kenyal itu menempel di bibirnya. Rachel bisa merasakan sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Rachel tentu senang dengan hal ini.

Rachel lantas segera menyiapkan baju untuk Jelang, sebelum Jelang selesai dengan mandinya.

Dan tepat pukul 19:00. Bunda meminta semua orang untuk berkumpul di ruang tamu, Rachel yang semula sedang becanda dengan anaknya di kamar, harus menyudahi kegiatannya itu.

Will Be Fine ✓Where stories live. Discover now