🐳Can Not

1K 67 2
                                    

Sudah memasuki hari ketiga. Waktu dimana Nada dirawat di Rumah Sakit.

Setiap hari Jelang dan Rachel berada di Rumah Sakit untuk menemani Nada. Jelang maupun Rachel belum berani untuk memberitahu pihak keluarga yang lain soal kondisi Nada, mengingat mereka sangat membenci Nada setelah Nada datang menghancurkan rumah tangga Jelang dan Rachel.

Saat subuh. Jelang harus pulang ke rumah karena ia harus bekerja, sementara Rachel tetap berada di Rumah Sakit untuk menemani sahabatnya itu. Bahkan Rachel sampai membawa baju-bajunya untuk ganti. Dan selama tiga hari pula rumah dalam keadaan kosong. Tapi Jelang sudah meminta seseorang untuk membersihkan rumah selagi Jelang dan Rachel tidak ada.

"Hel. Mending lo balik, gue gak apa-apa ko sendirian," ujar Nada sambil melirik ke arah Rachel yang tengah sibuk mengotak atik remot televisi.

Setelah menemukan siaran yang menurut Rachel menyenangkan, barulah Rachel berhenti mencet-mencet tombol remot yang ada di tangannya.

"Lo lagi hamil. Bahaya kalau wanita hamil sendirian," jawab Rachel. Ia jadi teringat dengan perkataan Dokter itu waktu lalu.

"Lo juga lagi hamil. Seharusnya lo bisa lebih memperhatikan diri lo sendiri, Lo ngapain sih sibuk ngurusin gue. Gue bisa ngurus diri gue sendiri!"

Rachel spontan menatap Nada dengan tatapan terkejutnya. Barusan Nada menaikan nada bicaranya, menandakan jika wanita itu sedang marah.

Bahkan Rachel bisa mendengar Nada berulang kali menghela napas kasar. Seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres yang sedang wanita itu rasakan. Rachel tak tahu apa yang terjadi, namun setelah hari kedua berada di Rumah Sakit, Rachel bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada sahabatnya itu.

Tiba-tiba Nada bangkit dari tidurnya. Melepas paksa selang infus yang menempel di tangannya. Hal itu sontak membuat Rachel semakin terkejut, Rachel bangkit berdiri lantas segera menahan Nada ketika Nada hendak pergi.

Kondisi Nada belum pulih, Dokter pun sudah menyarankan agar Nada tidak banyak bergerak dan harus istirahat yang cukup agar kondisinya beserta Bayinya baik-baik saja. Rachel benar-benar tidak ingin hal buruk menimpa sahabatnya itu.

"Lo kenapa si?!" Tanya Rachel. Rachel mencengkram kedua pundak Nada. Agar wanita itu tidak pergi kemana-mana.

Kejadiannya begitu tiba-tiba. Rachel benar-benar tak mempersiapkan dirinya, sehingga dirinya terjatuh mulus ke lantai setelah didorong oleh Nada. Tidak hanya itu, kepala Rachel pun membentur keras soffa yang ada di belakangnya. Membuat Rachel tak sadarkan diri.

Tepat saat itu. Pintu ruangan terbuka, muncul sosok Bunda, Anya dan Audi Ketiga manusia tersebut memekik terkejut melihat sosok Rachel yang sudah tergeletak tak berdaya. Lalu tatapan mereka beralih pada sosok wanita yang tengah terdiam duduk di atas brankar.

"Rachel!" Anya dan Audi berlari menghampiri Rachel. Mengguncang tubuh Rachel, berharap Rachel segera sadarkan diri.

Sementara Bunda. Dengan amarah yang sudah berkobar-kobar di dalam dirinya, melangkah mendekati Nada yang sedang ketakutan.

Plak!

Bunda menampar keras pipi Nada. Saking kerasnya, membuat sudut bibir Nada berdarah.

Napas Bunda nampak memburu. Menandakan kalau wanita itu benar-benar sedang marah. Sementara Anya dan Audi masih berusaha untuk membangunkan Rachel.

"Cepet panggil Dokter!" Teriak Bunda.

Audi menganggukan kepalanya. Baru saja ia hendak keluar, pintu ruangan sudah dibuka terlebih dahulu oleh seseorang.

Seorang Dokter laki-laki bersama dua orang Suster memasuki ruangan. Ketiga orang itu nampak terkejut dengan keributan yang terjadi di ruangan ini. Segera, Dokter tersebut datang menghampiri seorang wanita yang tak lain adalah Rachel. Yang kini sedang membutuhkan pertolongan. Dokter tersebut membopong tubuh Rachel, lalu berlari keluar ruangan diikuti oleh dua Suster tadi dan juga Anya.

Will Be Fine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang