🐳Seorang pelindung.

1.5K 88 0
                                    

Jelang berulang kali menghembuskan nafasnya, menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. Lihat, Jelang nampak terlihat sangat berantakan hanya karena seorang gadis jutek yang sekarang berada di dalam kamarnya.

Jam sudah menunjukan pukul dua pagi, Jelang sengaja membawa tubuh lemah Rachel ke sebuah rumah sederhana hasil jerih payahnya sendiri. Rumah yang nantinya akan ia dan pendampingnya tempati. Dan sekarang, meskipun keadaannya bisa di bilang tidak baik-baik saja. Jelang tetap senang, karena akhirnya seseorang yang nantinya akan ia jadikan sebagai teman hidupnya. Telah menginjakan kakinya di rumah sederhana yang Jelang dirikan hasil kerja kerasnya.

Namun, saat ini. Perasaan Jelang belum benar-benar plong. Gadis yang ia bawa masih pingsan dan sedang di urus oleh seseorang di dalam sana. Jelang menunggu tak tenang di sebuah soffa yang berada di ruang tamu, hampir saja ia hilang kendali ketika melihat keadaan Rachel yang mampu membuat laki-laki siapa saja akan tergoda termasuk Jelang yang notabennya adalah laki-laki normal.

Mendengar suara pintu terbuka, Jelang segera bangkit berdiri. Ia menghampiri seorang wanita yang tadi ia mintai pertolongannya.

"Udah Bu?" Tanya Jelang.

Wanita yang rumahnya tepat di sebelah rumah Jelang itu mengangguk sambil tersenyum hangat, "Saya seneng lho, liat kamu akhirnya bawa calon istri kerumah. Dia masih sekolah?" Tanya Wanita itu.

Jelang nampak tersenyum malu-malu, "Iya Bu. Sebentar lagi lulus." Jawab Jelang.

"Calon istrinya jagain, bajunya udah saya ganti. Nanti kompresnya ganti yah. Suhu panasnya belum turun. Kalau gitu, saya permisi dulu ya." Wanita itu menepuk pundak  Jelang dua kali.

"Makasih Bu."

Wanita itu mengangguk, lalu melenggang pergi meninggal Jelang yang masih betah pada posisinya, yaitu berdiri di depan pintu kamarnya.

Jelang melangkah masuk, disana. Tepatnya di atas kasur, Jelang dapat melihat tubuh Rachel di balut oleh selimut tebal yang hangat. Perlahan, Jelang melangkahkan kakinya menghampiri kasur yang menjadi tempat tidurnya. Jelang begitu beruntung, karena akhirnya. Gadis yang paling ia sayangi itu dapat menyentuh tempat tidur miliknya. Jelang duduk tepat di samping tubuh Rachel.

Belum Jelang mendaratkan telapak tangannya untuk mengelus rambut panjang Rachel. Jelang di kejutkan oleh pergerakan kedua kelopak mata gadis itu.

"Hel."

Rachel meringis, ia merasakan ada yang aneh di dahinya.

"Jangan di lepas, suhu panasnya belum turun." Ujar Jelang lembut, menahan tangan Rachel yang akan melepas kain kompres yang berada di kening gadis itu.

"Gue dimana?" Lirih Rachel, kedua bola matanya bergerak-gerak menelisik sebuah ruangan tempat dimana sekarang ia berada.

Kedua mata Rachel tiba-tiba membulat sempurna, refleks ia bangkit dari tidurnya membuat Jelang yang masih duduk di sampingnya hampir saja terjatuh. Rachel membuka selimut yang membalut tubuhnya, mulutnya menganga lebar, tatapannya berubah menjadi tatapan yang menyeramkan. Jelang sampai begidik, takut jika gadis itu kerasukan makhluk halus.

"LO APAIN GUE?!" Teriak Rachel.

Jelang meringis, merasa kupingnya berdengung hebat ketika teriakan Rachel masuk dengan sempurna ke indra pendengarannya. Jelang mengerti, gadis itu pasti sekarang sedang mikir yang tidak-tidak. Diam-diam Jelang tersenyum penuh arti. Jika Jelang laki-laki brengsek, mungkin saja ia sudah membuat gadis itu tidak bisa berjalan. Dan mungkin saja keadaan keduanya akan sama-sama telanjang saat ini.

"Apa? Gak usah mikir yang macem-macem." Sarkas Jelang, Jelang kembali mendudukan bokongnya tepat di samping tubuh Rachel.

Rachel mendelik tajam ke arah laki-laki brengsek itu. Ia melirik jam dinding, waktu menunjukan pukul setengah empat pagi.

Will Be Fine ✓Where stories live. Discover now