🐳Jawaban

1.4K 97 0
                                    

"Nak. Kemari sebentar."

Rachel yang baru saja menidurkan Aileen, segera menoleh ke sumber suara. Dilihatnya sosok Sang Ayah yang tengah duduk di soffa sambil membuka sesuatu.

"Kenapa Yah?" Tanya Rachel sambil mendudukan bokongnya di samping Sang Ayah.

"Coba liat. Kamu kenal gak siapa mereka?" Tanya Ayah sambil menunjuk sebuah foto yang ada di tangannya. Rachel sontak menggeleng, karena memang ia tak tahu siapa orang yang berada di dalam foto tersebut. Kecuali sosok Sang Ayah dan Bunda yang juga ada di dalam foto tersebut.

"Itu Ayah sama Bunda kan?" Tanya Rachel.

Ayah menganggukan kepalanya. "Tapi kamu harus tahu siapa dua orang ini."

"Emangnya mereka siapa?"

Ayah nampak sedang menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Ini Bunda dan Ayahnya Jelang," ujar Ayah tiba-tiba. Yang berhasil membuat Rachel terkejut bukan main. Bahkan mulut gadis tersebut sampai terbuka membentuk huruf O ditambah kedua bola matanya yang membulat sempurna.

"Ko bisa?" Tanya Rachel.

Ayah mengangguk. "Bisa dong, kan ayah sama mereka temanan. Bahkan sebelum kamu lahir."

Rachel terdiam.

"Setelah bertahun-tahun Ayah gak ketemu sama mereka. Akhirnya, Ayah bisa lagi liat wajah mereka waktu Ayah sadar dari koma. Kamu mungkin bisa membayangkan gimana perasaan kamu saat kembali dipertemukan dengan sahabat lama kamu. Dan Hel." Ayah menatap lekat anak gadisnya.

"Jelang datang langsung ke Ayah buat lamar kamu."

Lagi dan lagi. Ayah berhasil membuat detak jantung Rachel berdetak tak karuan dalam satu waktu.

"Ayah tau. Sampe sekarang, kamu belum kasih jawaban apa-apa buat Jelang. Tapi Hel, Ayah yakin. Sangat yakin, kalau Jelang itu laki-laki baik. Ayah bisa liat ketulusan di matanya waktu dia lamar kamu di hadapan Ayah. Jelang juga yang meminta dokter-dokter itu untuk bantu proses penyembuhan Ayah. Ayah percaya. Kalau Jelang bisa jagain kamu sebagaimana Ayah jagain kamu, Ayah percaya. Kalau Jelang bisa sayang sama kamu sebagaimana Ayah sangat menyayangi kamu. Kamu bukan lagi anak kecil, kamu udah dewasa. Dan seharusnya kamu bisa ngerti sama isi hati kamu sendiri. Ayah tau, kamu juga memiliki perasaan yang sama untuk Jelang. Ayah gak akan paksa kamu. Tapi, Ayah akan sangat senang kalau Rachel terima Jelang jadi suami Rachel," ujar Ayah panjang lebar. Tatapan matanya menyiratkan sebegitu besar rasa sayangnya untuk Rachel. Dan Rachel bisa melihat itu dengan jelas.

Rachel tak bisa menyembunyikan raut bahagia sekaligus sedihnya. Ia pun segera memeluk tubuh Sang Ayah.

"Rachel baru aja ngerasain kebahagiaan waktu Ayah sadar dari koma lalu disusul kedatangan Aileen. Rachel gak mau membuang waktu berharga yang Rachel miliki," ujar Rachel.

Ayah tersenyum, telapak tangannya yang lebar mengusap lembut pucuk kepala Rachel.

"Kalau Rachel gak ada. Nanti siapa yang akan ngurus Ayah dan Aileen. Rachel gak mau Ayah kerepotan ngurus Aileen sendirian," lanjut Rachel.

"Kamu gak usah pikirin soal itu. Hidup Ayah dan Aileen sekarang sudah menjadi tanggung jawabnya keluarga Jelang. Ada babysiter yang akan jagain Aileen, ada Asisten rumah tangga yang bantu-bantu di rumah. Kamu gak usah khawatir soal itu. Pikirkan baik-baik tentang ini Hel. Ayah selalu merasa kalau kamu bisa hidup bahagia sama Jelang."

****

Jelang menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya. Hari ini, pekerjaannya selesai dalam waktu yang cukup cepat. Bahkan sebelum jam kantor selesai ia sudah terlebih dahulu menyelesaikan pekerjaannya.

Will Be Fine ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat