🐳Sebuah kesalahan

1.6K 71 2
                                    

Menangis, adalah sesuatu yang sangat Rachel benci. Air mata yang membasahi pipi ditambah rasa sesak malah membuat Rachel semakin membenci dirinya sendiri.

Air mata adalah sesuatu yang membuat Rachel terlihat lemah. Dan Rachel benci itu.

Namun malam ini, Rachel benar-benar tidak bisa membendung air mata yang selama ini selalu ia tahan. Rasa sesaknya selama seminggu ini mungkin bisa ia tahan dan seolah-olah Rachel terlihat baik-baik saja di depan orang-orang. Nyatanya. Di saat semua orang tertidur, Rachel malah masih terjaga. Suara Isak tangis tidak henti-hentinya berhenti, air mata juga tidak ada tanda-tandanya mau berhenti membasahi pipi mulus Rachel. Bahkan Rachel sampai menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya hanya agar wajah menyedihkannya tidak terlihat. Meskipun saat ini ia sedang sendiri.

Menangis seperti ini apakah pertanda bahwa Rachel sudah sepenuhnya mencintai Jelang? Karena alasan ia menangis malam ini hanya laki-laki itu.

Sudah seminggu sikap Jelang berubah. Jelang tidak pernah mengajaknya bicara, bahkan laki-laki itu selalu pergi ke kantor lebih awal di saat Rachel belum bangun tidur ditambah laki-laki itu kini lebih sering pulang malam. Bahkan pernah tidak pulang.

Jelang tega membiarkan Rachel seorang diri di sini, di saat Rachel sangat membutuhkan laki-laki itu, di saat Rachel rindu pelukan hangat Jelang, di saat Rachel rindu berdebat dengan laki-laki itu dan di saat Rachel rindu dengan suasana rumah yang selalu ramai hanya karena dua orang yang selalu teriak-teriak.

Malam ini sama seperti malam kemarin. Jelang tidak pulang lagi, alasannya karena banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.

Rachel mencoba memaklumi. Tapi tetap saja, rasanya beda sekali. Ada sesuatu yang sulit Rachel jelaskan namun sudah jelas begitu menyesakan.

Dalam kondisi seperti ini, Rachel ingin sekali pulang. Bertemu Sang Ayah. Menceritakan banyak hal, namun Rachel tidak berani.

Tubuhnya yang semakin hari semakin kurus sudah menjelaskan bagaimana keadaan Rachel di sini. Rachel tidak ingin membuat Ayahnya khawatir.

Audi juga berkali-kali ingin mengunjungi Rachel. Namun Rachel selalu menolaknya, alasannya hanya karena Rachel sedang sibuk. Padahal Rachel tidak ingin Audi melihat kondisinya saat ini.

Sebenarnya ada sesuatu yang begitu mengganjal. Soal perkataan Audi waktu lalu.

Rachel sempat berpikir yang tidak-tidak soal Nada. Terlebih kini Nada adalah rekan kerja Jelang, tidak menutup kemungkinan jika kedua orang itu memiliki banyak waktu berdua di kantor maupun di luar kantor.

Rachel yang saat ini sedang duduk di atas lantai sambil menyenderkan tubuhnya pada kasur. Terkejut ketika mendengar pintu terbuka. Rachel menoleh, mendapati seseorang yang menjadi alasannya menangis malam-malam begini. Rachel menghapus air matanya, ia bangkit berdiri. Melirik ke arah jam yang menunjukan pukul 2 pagi.

"Lang..."

Belum selesai Rachel bicara, Jelang sudah melenggang pergi. Rachel pun dengan cepat menyusul laki-laki itu.

"Lang, lo udah makan? Kalau belum. Biar gue panasin lagi lauknya." Rachel berdiri di hadapan Jelang. Laki-laki itu sedang duduk di atas soffa sambil menonton televisi.

Jelang hanya diam saja.

"Gue kira lo gak pulang. Untung rumah belum gue kunci." Rachel tertawa sumbang. Jangankan menanggapi ucapannya, melirik sedikit pun saja tidak.

"Gue buatin minum dulu ya." Rachel melenggang menuju dapur, membuatkan segelas susu hangat untuk Jelang. Kebetulan di luar juga sedang hujan meskipun tidak begitu deras.

Will Be Fine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang