🐳Pulang

1.9K 76 7
                                    

Jelang mengusap-ngusap rambutnya yang basah memggunakan handuk kecil, ia melangkah menuju balkon kamarnya. Selama berada di sini, ia tinggal di sebuah apartement milik Kakaknya. Jelang tidak tahu darimana uang yang dimiliki Argi sebanyak itu sehingga bisa membeli satu buah kamar di apartement ini.

Esok, Jelang akan pulang lebih dulu. Tugasnya sudah selesai di sini. Selama berada di sini ia hanya ditugaskan untuk memantau proses pembangunan kantor baru, sekaligus mengurus barang-barang yang harus di beli untuk mengisi kantor tersebut jika sudah selesai dibangun.

Selama seminggu berada di sini. Jelang sama sekali tidak ada menghubungi Rachel, ia hanya menghubungi Bunda atau Ayahnya. Meskipun begitu, Jelang tetap menanyakan kabar Rachel lewat Bunda Atau Ayahnya. Bukan tanpa alasan Jelang melakukan ini. Hanya saja, Jelang ingin tahu apakah Rachel akan menghubunginya terlebih dahulu atau tidak. Dan selama Jelang tidak menghubungi Rachel. Jelang hanya mendapatkan pesan singkat selama tiga hari dari Rachel, selebihnya ponselnya kosong tidak ada notif apapun.

"Punya Istri cueknya bukan main," gumam Jelang sambil menghela nafas cukup panjang. Jelang kembali masuk ke dalam kamar. Ia harus segera membereskan barang-barangnya. Sore ini ia harus kembali ke rumah, kemungkinan akan sampai tengah malam nanti.

Saat hendak memakai baju. Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Kebetulan juga Jelang tidak mengunci pintu kamarnya.

Jelang maupun seseorang yang berada di ambang pintu nampak sama-sama terkejut. Bahkan seseorang itu sampai menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya, sementara Jelang dengan tergesa-gesa memakai bajunya untuk menutupi tubuh bagian atasnya.

"Ketuk pintu dulu bisa gak sih? Untung gue gak lagi telanjang!" Kesal Jelang sambil menghampiri Nada yang masih berdiri di ambang pintu.

"Ngapain lo ke sini?" Tanya Jelang.

Nada menyerahkan sebuah Paper Bag berukuran besar kepada Jelang. Jelang menatap bingung Paper Bag yang disodorkan oleh Nada.

"Apaan?" Tanya Jelang sambil menerima Paper Bag tersebut.

"Buat Rachel, gue masih seminggu lagi ada di sini. Gue usahain setelah balik dari sini gue langsung temuin Rachel," jawab Nada.

"Thanks." Jelang tersenyum tipis sambil mengangkat Paper Bag pemberian Nada.

"Lo lagi ngapain?" Nada melangkah memasuki kamar Jelang, kedua netranya bergerak kesana kemari memperhatikan setiap sudut tempat tinggal Jelang selama berada di sini.

"Beres-beres, gue mau langsung balik," jawab Jelang.

Nada melangkah menuju sebuah koper dan tumpukan baju yang berserakan di atas kasur.

"Gue bantu ya."

"Baik amat lo." Jelang Terkekeh, tubuhnya ia rebahkan di atas kasur. Sementara Nada sibuk memasukan pakaian Jelang ke dalam koper.

"Lo seneng bisa nikah sama Rachel?" Tanya Nada tiba-tiba. Membuat Jelang refleks bangkit dari rebahannya. Jelang menatap Nada yang masih sibuk dengan kegiatannya.

"Kenapa nanya gitu?" Tanya Jelang.

Nada memasukan baju terakhir ke dalam koper. Setelah itu menutupnya, pandangan Nada beralih menatap Jelang yang duduk tidak jauh darinya.

"Gue takut Rachel gak bisa jadi istri yang baik buat lo, sebelumnya lo juga tahu Rachel itu gimana. Gue gak mau Rachel nerima lo karena unsur keterpaksaan, sehingga dia gak bisa menjadi istri yang baik buat lo," ujar Nada.

Jelang terdiam.

"Lang, Rachel itu. Sahabat paling berharga yang gue punya. Kalau dia lakuin kesalahan. Bimbing dia pelan-pelan, Rachel masih terlalu muda untuk ngerasain gimana repotnya jadi Istri. Gue harap, lo gak ninggalin Rachel dalam keadaan apapun. Rachel udah terlalu menderita selama ini. Dan dia butuh banget seseorang yang mampu dan mau nemenin dia dalam keadaan apapun," lanjut Nada.

Will Be Fine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang