🐳You Want

2.3K 77 3
                                    

"Padahal punya gue yang kejepit, tapi ko malah lo yang kesakitan?"

Rachel tidak menjawab, kedua mata gadis itu masih terpejam. Sementara air mata tidak berhenti mengalir dari pelupuk matanya. Hal itu tentu membuat Jelang tidak tega melihat keadaan Istrinya sekarang. Gairahnya mendadak sirna setelah melihat Rachel terus meringis sedari tadi.

"Cabut jangan?" Tanya Jelang.

Rachel menggeleng.

"Sakit banget ya Hel?"

Rachel mengangguk.

Jelang terdiam, laki-laki itu terus menahan tubuhnya agar tidak terlalu menindih Rachel yang berada di bawahnya. Tubuh keduanya yang tidak di balut sehelai benang pun membuat Jelang bisa merasakan betapa halus dan lembutnya kulit Rachel, kulit yang kini terlihat mengkilap dan basah oleh keringat.

Hal ini sama-sama keduanya tidak di duga. Rachel yang awalnya begitu menolak keras bsrsentuhan dengan Jelang, tidak ingin melepas sesuatu yang selama ini ia jaga untuk suaminya. Kini malah nampak tidak berdaya di bawah kukungan Jelang, setelah mendengar perkataan Anya waktu lalu. Rachel merasa pikirannya lebih terbuka.

Jelang adalah suaminya. Jelang berhak mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan dari Rachel yang berstatus sebagai Istri laki-laki itu. Rachel sebagai seorang Istri pun harus bisa menjalankan kewajibannya dan memenuhi kebutuhan suaminya. Malam ini, Rachel benar-benar telah memutuskan untuk melepas semuanya. Membiarkan tubuhnya tidak tertutupi sehelai benang pun dan tentunya membiarkan Jelang menyentuhnya sesuka laki-laki itu.

Sementara Jelang. Ada rasa senang tersendiri yang ia rasa, ada rasa gelenyar aneh yang membuat kepalanya pening namun Jelang menikmatinya. Ini adalah hal pertama dalam hidupnya.

Jelang mengusap lembut rambut Rachel, mencoba meredakan kesakitan yang Istrinya rasakan setelah kewanitaannya Jelang terobos.

"Nanti sakitnya ilang ko," ujar Jelang sambil menghapus air mata Rachel.

"Pala lo ijo! Ini tuh sakit banget!" Kesal Rachel.

Sudah sekitar sepuluh menit Rachel menangis, dan sudah selama itu pula Jelang menunggu sampai ia bisa menggerakan tubuhnya.

"Seharusnya lo gue bius dulu tadi, biar lo gak perlu ngerasa kesakitan kayak gini. Gak tega gue. Masa gue doang yang keenakan," ujar Jelang. Ingin saat ini juga Rachel menabok wajah Suami tercintanya itu.

"Bego," lirih Rachel.

Jelang terus menunggu sampai sakit yang Rachel rasakan pada kewanitaannya mereda.

Jelang memainkan rambut Rachel, sesekali matanya melirik ke bawah, atau melirik ke arah dua gunung kembar yang terlihat begitu sempurna dan tampak pas ada di telapak tangan Jelang. Jelang menggelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran kotor di saat kondisi Rachel sedang seperti ini. Meskipun, Jelang sudah tidak tahan.

"Gerakin," lirih Rachel. Rachel melingkarkan kedua tangannya ke leher Jelang. Agar ia dengan mudah menarik Rambut Jelang jika ia merasa kesakitan nanti.

Jelang tersenyum senang. Dengan hati-hati, Jelang menggerakan tubuhnya membuat sesuatu yang ada di bawah sana juga ikut bergerak.

Jelang mendesis nikmat. Sementara Rachel mendesis menahan sakit yang masih begitu terasa.

"Pelan-pelan...."

Jelang menganggukan kepalanya, laki-laki itu terus bergerak dengan tempo pelan sesuai yang diinginkan Rachel, Jelang menatap lekat wajah Rachel.

Mulut gadis itu sedikit terbuka, kedua matanya terpejam. Hal itu membuat Jelang tidak bisa mengontrol dirinya, tanpa di komando. Jelang menggerakan pinggulnya dalam tempo cepat sampai membuat Rachel menjerit di bawahnya.

Will Be Fine ✓Where stories live. Discover now